Buddha Dhamma dalam Alam Semesta

NAMA : SYLVIA
NIM : 2201750824
KELAS : LA21
JURUSAN : Manajemen

Siddharta Gautama menyatakan bahwa alam semesta diatur oleh lima hukum kosmis (Niyama Dhamma) yakni Utu Niyama, Bija Niyama, Kamma Niyama, Citta Niyama, dan Dhamma Niyama. 

Menurut agama Buddha, alam semesta telah mengalami banyak siklus pembentukan dan kehancuran yang tidak terhitung. Periode dari terbentuknya alam semesta sampai dengan kehancurannya disebut mahakappa atau mahakalpa.

Penyebab kehancuran alam semesta ini tak lain adalah tiga (3) akar kejahatan, yaitu keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha).

Jika para makhluk memiliki keserakahan yang lebih dominan, maka alam semesta akan hancur oleh api, Jika kebencian lebih dominan, Maka alam semesta akan hancur oleh air, Jika kebodohan batin (yaitu ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah), maka alam semesta akan hancur karena angin.

Ketika seluruh alam semesta hancur sampai ke alam Brahma, periode kedua, yaitu periode berlangsungnya kehancuran dimulai. Periode ini berakhir saat munculnya hujan deras yang menandai akan terjadinya pembentukan semesta. Selama periode ini alam semesta dalam keadaan kosong karena semua materi telah musnah, hanya terdapat kegelapan yang mencekam.

“31 Alam Kehidupan” terdapat di dalam sebuah cakkavala (alam semesta). Menurut ajaran Sang Buddha, alam semesta yang berkondisi ini terdapat dimensi dimensi/alam-alam kehidupan (bhûmi) sebanyak 31 (tiga puluh satu) alam.

Terdapat 4 alam sengsara (menyedihkan) yaitu alam Niraya (neraka), alam Tiracchâna (binatang), alam Peta (hantu kelaparan), dan alam Asurakâya (jin). 

Sedangkan alam-alam kebahagiaan (indrawi) ada tujuh (7) yaitu alam Manusaa (manusia) dan enam alam deva yaitu alam Catumahârâjikâ (alam empat raja), alam Tâvatimsâ (alam Tiga Puluh Tiga Dewa), alam Yâmâ, alam Tusitâ (alam Penuh Kebahagiaan), alam Nimmârati (alam deva yang menikmati ciptaannya), dan alam Paranimmitavasavattî. Dalam dua puluh alam brahma, ada enam belas alam Rûpa-brahma dan empat alam Arûpa- brahma. 

Setiap makhluk di semua alam kehidupan ini memiliki kondisi masing-masing berdasarkan hubungannya dengan kesenangan indera yang mereka alami, dari yang jauh dari kesenangan indera (yaitu makhluk-makhluk di alam Apaya) hingga makhluk-makhluk yang telah mengatasi kesenangan indera (terbebas dari kekotoran batin). Sesuai dengan sifat ketidakkekalan kemudian berkurang lagi sampai batas (anicca), begitu pula dunia kita (bumi) pun sepuluh tahun, lama jangka waktu tersebut akan mengalami kehancuran pada suatu saat.

Dalam kehidupan ini, yang masih diberikan kondisi yang cukup. Tetap menjaga satu sama lain, Dengan menerbarkan kebahagiaan yang berarti untuk sesama makhluk, menjaga seluruh alam semesta. Kebagiaan yang ditaburkan akan berdampak bagi kita sendiri, bagi anak cucu kita untuk generasi yang akan datang. 

Rûpa secara mudah dapat dikatakan keadaan yang bersekutu (muncul bersama) sebagai materi atau jasmani (sebutan untuk dengan Citta (kesadaran). Citta hanya makhluk). Sedangkan Citta dan Cetasika berfungsi mengenali obyek, maka citta itu sebenarnya merupakan bagian dari Nama sendiri tidak dapat dikatakan baik atau secara mudah dapat disebut batin buruk. 
REPLY