Dosen CB Binus Jadi Narasumber Seminar Toleransi Tingkat Kecamatan Parung Panjang, Bogor-Jawa Barat

Parung Panjang, Character Building

Doktor Yustinus Suhardi Ruman, S.Fil., M.Si dan Iqbal Hasanuddin S.Fil., M.Hum yang keduanya merupakan dosen Character Building Univiversitas Bina Nusantara Jakarta menjadi narasumber dalam sebuah seminar toleransi pertama kali tingkat kecamatan yang berlangsung di Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (16/2) 2020.

Kedua dosen CB tampak sangat baik dalam membawakan seminar yang dihadiri sekitar 250 peserta dari unsur pemerintah, kaum muda, masyarakat, ormas, dan tokoh agama lintas agama di Kecamatan Parung Panjang.

Dalam materinya, Iqbal Hasanuddin memaparkan tentang Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara yang digagas Soekarno sebagai ideologi yang tepat untuk bangsa Indonesia dan juga suatu ideologi yang tidak bertentangan dengan agama.

“Soekarno itu sangat paham agama dan banyak melakukan studi dan kajian tentang pemikiran-pemikiran agama, oleh karena itu ketika ia merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, ia memasukkan agama juga di dalam Pancasila yang dibuktikan pada sila pertama di mana bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan”, jelas Iqbal Hasanuddin.

Sementara itu Doktor Yustinus Suhardi Ruman dalam materinya menguraikan bagaimana contoh indahnya hidup bertoleransi dalam hidup sosial bersama orang lain.

“Saya hanya bisa menyebut diri sebagai Katolik, kalau saya keluar dari komunitas kekatolikan saya dan berjumpa dengan sahabat-sahabat saya yang muslim. Oleh karena itu identitas dan kualitas keagamaaan kita, ditentukan oleh kemampuan relasi dan interaksi dengan kelompok umat penganut agama lain di luar kita”, jelas Doktor Sosiologi jebolan Universitas Indonesia ini.

Sementara itu Ketua MUI Parung Panjang, Haji Adnan dalam materinya membidik perlunya kita hidup berdampingan secara damai. “Kita perlu berkomunikasi dan berdialog agar semua persoalan dapat diatasi dengan arif dan bijaksana dalam iklim toleransi dan saling menghormati perbedaan masing-masing agama”, imbau Haji Adnan.

Bapak Egi Wibawa, yang berbicara dari sudut pandang kaum muda Parung Panjang, membidik perlunya keterbukaan pada sesama yang berbeda keyakinan dan agama sehingga kondisi harmoni dapat tercipta dalam hidup bersama di Bumi Parung Panjang ini. “Kita perlu merawat toleransi di Parung Panjang ini mulai dari diri kita sendiri. Di sekolah Bina Putera Mandiri ini pun sudah saya siapkan ruang-ruang ibadat bagi semua siswa yang bersekolah di sekolah ini. Saya sudah berkomitmen menunjukkan toleransi itu melalui sekolah agar anak-anak sudah belajar bertoleransi sejak di bangku sekolah”, contoh Egi.

Ketua Panitia Seminar Doktor Frederikus Fios dalam sambutannya mengatakan kenyataan di Kecamatan Parung Panjang sudah sangat beragam, oleh karena itu diperlukan pendidikan toleransi kepada masyarakat agar dapat bersikap terbuka pada perbedaan agama, suku dan latar belakang sosial yang menjadi panorama keseharian di Bumi Parung Panjang.