BINUSIAN JOURNEY

Ketika Merasa Salah Jurusan

Memulai hidup baru sebagai seorang mahasiswa memberikan gairah dan semangat tersendiri untuk kita. Banyak mimpi-mimpi baru yang ingin kita capai. Maka dari itu penting sekali untuk kita memilih juruasan kuliah yang tepat yang memang sesuai dengan passion kita dan mimpi kita. Namun sayangnya terkadang kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan yang kita miliki. Terkadang beberapa diantara kita terjebak dalam perasaan bahwa kita telah salah dalam memilih jurusan kuliah. Hal ini membuat kuliah kita terasa menjemukan dan tidak enak untuk dijalani.

Ada klien saya yang begitu menikmati kuliahnya bahkan sampai jenjang S2 karena ia memang mencintai jurusannya. Namun ada klien saya yang mengambil jurusan Geografi dan pada saat semester 3 kuliah, ia mengundurkan diri dari jurusan tersebut dan berpindah ke jurusan akuntansi dikarenakan perasaan salah memilih jurusan sehingga ia tidak menikmati kuliah di jurusan pertama yang ia pilih.

Sebelum kita berpindah jurusan dikarenakan perasaan salah memilih jurusan, ada beberapa fakta yang perlu kita pertimbangkan :

  1. Kalau kita berpindah jurusan itu artinya kita perlu mengikuti proses seleksi kampus untuk masuk jurusan yang baru. Maukah kita mempersiapkan diri untuk mempelajari materi dan mempersiapkan segala dokumen dalam mengikuti seleksi tersebut?
  2. Kalau kita berpindah jurusan kita harus merelakan uang pangkal kampus dan SPP yang telah kita bayarkan selama kita sudah kuliah di jurusan tersebut hilang, bisa ikhlaskah kita? Dan bisa ikhlaskah orang tua kita yang telah mengeluarkan segala biaya tersebut?
  3. Kalau kita berpindah jurusan itu artinya kita harus siap berpisah dengan teman-teman kita dan sahabat-sahabat kita yang membersamai kita di jurusan pertama tersebut. Sudah siapkah kita berpisah dengan mereka dan sudah siapkah kita memulai menjalin pertemanan yang baru?
  4. Kalau kita berpindah jurusan maka kita sama dengan memulai segala perjuangan dari nol lagi, dari awal lagi. Bersedia kah kita?

Saat berada di kondisi bahwa kita merasa kita telah salah jurusan, Cuma ada 2 pilihan keputusan yang bisa kita ambil. Yaitu memilih tetap bertahan di jurusan tersebut dan belajar mencintai jurusan tersebut atau berpindah jurusan dengan konsekuensi seperti hal-hal yang dipaparkan di atas. Apapun keputusan yang akan kita ambil, kita perlu memastikan bahwa kita benar-benar telah memahami konsekuensinya dengan baik dan siap menanggung apapun konsekuensi dari keputusan yang akan kita ambil. Karena pengambilan keputusan adalah tentang kesediaan menanggung konsekuensi dari jalan yang kita pilih.

Dalam pengambilan keputusan ada pihak-pihak yang perlu kita pertimbangkan pendapatnya, terutama orang tua. Apabila kita mengambil keputusan untuk berpindah jurusan, orang tua harus telah mengetahuinya dan telah memberikan ijin/ restu atas pilihan tersebut. Hal ini tentu saja dikarenakan faktor pembiayaan kuliah kita yang masih didukung oleh orang tua.

Terdapat beberapa Langkah yang bisa kita ambil bila kita memutuskan tetap bertahan di jurusan sekarang dan belajar mencintai jurusan yang kita rasa salah pilih itu:

  1. Menggali informasi tentang alumni-alumni di jurusan kita yang telah sukses meniti karir. Hal ini bisa dilakukukan supaya kita termotivasi bahwa jurusan yang sedang kita jalani memiliki prospek masa depan yang baik.
  2. Sharing dengan beberapa dosen/ alumni / kakak tingkat mengenai potensi menjalankan bisnis di bidang yang sesuai dengan jurusan kita setelah kita lulus.
  3. Mengunjungi unit konseling mahasiswa di fakultas kita atau universitas kita supaya kita bisa memburai pemikiran negatif yang sedang kita alami dan mendapatkan solusi dari psikolog yang berkompetensi.
  4. Menerima kenyataan bahwa tidak ada satu pun jurusan kuliah yang sempurna. Semua jurusan kuliah memiliki tantangan dan kesulitannya masing-masing.
  5. Mengambil jeda sejenak dari kejenuhan kita dan perasaan negatif kita dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang menghibur diri seperti liburan, menonton bioskop, berkaraoke dsb

Perlu kita sadari bahwa di dunia ini “The beginning is always the hardest.” Permulaan selalu bagian yang tersulit dari suatu perjalanan. Sebelum mengambil keputusan kita perlu memotivasi diri sendiri terlebih dahulu untuk beradaptasi menaklukkan kesulitan di awal mula perjalanan ini. Sehingga setelah kita mampu menaklukkan the beginning tersebut diharapkan jalan selanjutnya yang akan kita tempuh akan menjadi lebih ringan.

Created by : Nuurul Ilaahi, M.Psi, Psikolog