4 Resiko menjadi kutu loncat
Kutu loncat adalah sebuah istilah dalam dunia kerja yang menggambarkan seseorang sering gonta-ganti pekerjaan dalam waktu yang singkat. Biasanya orang-orang yang melakukan hal ini karena iming-imingan gaji yang akan menjadi lebih besar dan karir yang naik lebih cepat. Apakah betul pendapat tersebut dapat terjadi ?
Faktanya, rata-rata seorang CEO hanya bekerja di tiga perusahaan selama karir. Semakin lama orang bertahan di suatu perusahaan tersebut maka semakin cepat mereka mencapai puncak. Mengapa demikian ? Karena pada umumnya perusahaan lebih mungkin memberikan promosi ke kandidat internal. Hal tersebut dikarenakan perusahaan lebih aman karena sudah mengetahui track record nya baik secara pekerjaan, target kinerja, attitude, dan personality-nya. Kemudian karena potensi resiko lebih kecil dibandingkan memberi promosi ke kandidat eksternal.
Selain itu, ada empat hidden cost yang jarang disadari ketika kita menjadi kutu loncat, antara lain:
- Skill Dangkal
Menjadi kutu loncat akan membuat kita sulit untuk membangun expertise atau keahlian di bidang industri tertentu. Kita akan menjadi kurang fokus dalam membangun karir. Dan tanpa disadari hal ini akan menghambat pertumbuhan karir jangka panjangmu.
- Progres karir tidak konsisten
Ketika sering berganti-ganti pekerjaan memungkinkan kamu memiliki job role atau tugas yang berbeda di setiap perusahaan. Bahkan jabatan yang sama bisa jadi mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Hal ini akan menurunkan kualitas kita dihadapkan recruiter ketika kamu melamar kerja lagi nantinya. Recruiter akan cenderung kurang tertarik untuk memperkerjakanmu.
- Gaji Stagnan
Aspek kali ini bisa jadi menjadi salah satu alasan seseorang menjadi kutu loncat. Bisa jadi benar gaji seseorang akan naik namun sering kali kenaikan gaji ini hanya bersifat in short term. Seseorang akan sulit untuk mendapatkan kenaikan gaji yang sustained in the long term apabila hanya mengandalkan menjadi kutu loncat.
- Lelah beradaptasi
Menjadi kutu loncat akan identik dengan berganti-ganti perusahaan. Yang mana setiap pindah kerja kamu harus mulai dari awal lagi, misalnya membangun hubungan lagi dengan rekan kerja dan atasan. Selain itu, kita harus menyesuaikan diri lagi dengan budaya, lingkungan, dan rutinitas yang baru. Dan apakah menjamin kinerja kita baik ? Tentu tidak, bisa jadi setelah mengetahui kebiasaan tersebut pekerjaan sebelumnya belum tentu lebih buruk.
Informasi diatas bukan meminta kamu untuk tetap bertahan pada satu perusahaan. Melainkan sebagai bahan berpikir apabila kamu memilih untuk menjadi kutu loncat sebagai strategi karir jangka panjang.
Penulis : Lintang Rizka Ramadhani, S.Psi
Penyunting : Ajeng Diah Hartawati, M.Psi, Psikolog
Referensi :
https://www.instagram.com/p/C03vBAzSMqh/?img_index=1