Stop.!! Menyiksa Diri
Apakah kamu pernah atau sedang merasa tersiksa oleh keadaan? Merasa sakit yang tidak tertahankan karena kondisi atau kejadian yang tidak kamu inginkan atau tidak mengenakkan hadir di kehidupanmu. Tubuh tidak ada yang teluka tetapi terasa sakit seperti hancur berkeping-keping, dipenuhi oleh ketakutan, kekecewaan, kesedihan, dan keputus asaan.
Tahukah kamu bahwa semua itu sebenarnya tergantung pada bagaimana kita mempersepsikan apa-apa yang ada. Persepsi adalah proses penilaian yang terjadi di dalam pikiran. Pikiran ini seringkali datang tak dijemput, menetap tanpa diminta, dan mengendalikan respon tubuh dan gerak kita. Ketika kondisi yang tidak sesuai denga napa yang kita harapkan dan inginkan terjadi biasanya membuat muncul berbagai pikiran negatif. Prosesnya seringkali tidak kita sadari kapan pikiran negative itu datang, hinggap, dan menetap. Ketidak sadaran ini dapat membuat hidup terasa gelap dan berat karena kita tenggelam dan tertutupi oleh berbagai pikiran negative yang terus bertambah dan menumpuk. Kondisi ini biasa disebut dengan overthinking.
Kuncinya adalah menyadari dan mengenali pikiran yang hadir. Penyebab utaman dari rasa sakit dan ketidak tenangan adalah persoalan overthing yang tidak terkendali. Pikiran negatif itu memiliki sifat seperti bola salju yang semakin bergulir maka akan terus mengumpulkan pikiran-pikiran negative lainnya sehingga menjadi sebuah pikiran buruk yang sangat besar sehingga menimpa diri kita. Hanya diri kita sendiri yang bisa mengakhiri penderitaan yang kita rasakan. Mungkin keadaan belum berubah, tetapi kita dapat memilih untuk membuatnya tidak menyakiti atau menyiksa diri.
Bagaimana caranya menghentikannya ?
- Sadari dan Pahami Mind and Body Connection
Pikiran, emosional, dan perilaku itu saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan, saling mempengaruhi secara signifikan (Levinson, 2010). Oleh karena itu penting untuk menyadarinya. Cobalah kamu perhatikan dan bandingkan bagaimana respon tubuh ketika kamu memunculkan pikiran positif dan negative. Ulang dan latih terus sampai kamu terbiasa menyadarinya. - Mengenal Pikiran Rasional dan Irasional
Corey (2009) menjelaskan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki kecenderungan berfikir rasional atau irasional. Kecenderungan ini karena manusia memiliki sifat bawaan self-preservation, dan self-destruction. Self-preservation merupakan sifat-sifat untuk tumbuh dengan kebahagiaan, mencintai, senang berkumpul dengan orang lain, berfikir dan berkata positif, serta mengaktualisasikan diri. Sedangkan self-destruction merupakan sifat yang berupa penyangkalan, perfectionis, mencela diri sendiri, mengabaikan buah pikiran, kurang toleransi, menghindari potensi dan tidak mengaktialisasikan diri. Self-destruction dapat terjadi ketika cara berfikir cenderung irasional. Sedangkan Self-preservation dapat terjadi ketika cara berfikir cenderung pada rasional. Jadi latihlah dirimu untuk menyadari, memperhatikan, memilah dan memilih pikiran seperti apa yang pantas untuk kamu dengarkan dan abaikan. - Mendapatkan dan Meyakini Pola Pikir yang Adaptif
Kita manusia sebenarnya memiliki kendali atas nasib emosional diri. Ketika seseorang berpikir dengan cara yang sehat dan memiliki emosi yang sehat, maka ia meminimalkan penderitaan diri sendiri. Seseorang dapat mengatasi permasalahan dengan lebih baik, lebih bahagia dari waktu ke waktu, dan menikmati apa yang sedang dilakukan (Ellis, 1979, 1985, 2002, 2015). Coba untuk berani memilih pikiran yang positif. Ambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian untuk menumbuhkan diri sendiri. Jangan pernah lupa untuk menghargai diri sendiri.
Referensi :
Corey, Gerald. (2009). Theory And Practice Of Counseling And Psychotherapy, Eight Ed. USA: Thimson Brooks/Cole.
Ellis, A. (2002). Overcoming Resistance: A Rational Emotive Behavior Therapy Integrative Approach. (2nd Ed). New York: Springer Publishing Company.
Levinson, M. (2010). Alfres Korzybski and Rational Emotive Behavior Therapy. Review of General Semantic, vol.67, no.1.
McCaffrey R, Frock TL, Garguilo H. (2003). Understanding chronic pain and the mind-body connection. Holist Nurs Pract, 17(6): 281-7. doi: 10.1097/00004650-200311000-00002
Ditulis Oleh :
Ajeng Diah Hartawati, M.Psi, Psikolog