BINUSIAN JOURNEY

Strategi Untuk Tetap Tenang Dalam Percakapan Sulit

Komunikasi yang sehat di lingkungan kerja dan sosial sangat penting untuk menciptakan hubungan yang produktif dan harmonis. Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam komunikasi adalah pengelolaan emosi, terutama dalam percakapan yang sulit seperti konflik, kritik, dan perbedaan nilai. Dalam konteks tersebut, pendekatan yang efektif dalam mengelola emosi dapat berperan signifikan dalam meningkatkan hubungan antar individu. Sebuah studi menunjukkan bahwa emosi negatif dalam percakapan sulit dapat menjadi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan relasional, di mana strategi komunikasi yang digunakan selama percakapan dapat mempengaruhi hasil hubungan antara pemimpin dan pengikut.

Dari perspektif tim multikultural, tantangan dalam komunikasi sering diperparah oleh perbedaan budaya dan bahasa. Penelitian menyoroti pentingnya strategi komunikasi yang disesuaikan dengan konteks budaya untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam interaksi. Misalnya, gaya komunikasi langsung versus tidak langsung dapat menyebabkan kesalahpahaman, yang pada gilirannya dapat meningkatkan konflik emosi. Hal ini menekankan perlunya pelatihan komunikatif yang efektif untuk mendukung manajemen konflik di lingkungan yang beragam secara budaya.

Strategi pengelolaan konflik juga terbukti vital dalam meningkatkan kesejahteraan tim dan kualitas layanan. Konflik yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan komunikasi yang buruk, yang semuanya dapat merugikan efektivitas tim. Oleh karena itu, penting bagi manajer untuk menerapkan negosiasi dan resolusi konflik yang tepat agar dapat mempertahankan tenaga profesional yang berpengalaman dan mendukung lingkungan kerja yang sehat.

Kunci untuk meredakan konflik, terutama di komunitas yang terlibat dalam proyek besar, adalah pendekatan dialog yang inklusif dan informal yang membantu membangun kesepahaman antar pihak yang berkepentingan. Pendekatan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk mengatasi ketegangan sosial yang muncul dari ketidaksesuaian antara pihak swasta dan komunitas lokal. Ini menunjukkan bahwa dialog terbuka dapat mencegah konsekuensi negatif dari konflik yang tidak terkelola. Secara keseluruhan, mengelola emosi dan konflik dalam komunikasi di lingkungan kerja dan sosial membutuhkan pendekatan strategis yang memperhatikan variabel budaya dan emosional, serta memfasilitasi dialog terbuka di antara pihak-pihak yang terlibat.

  • Pentingnya Tetap Tenang dalam Percakapan Sulit
    Menjaga ketenangan dalam percakapan yang sulit memainkan peranan krusial dalam mempertahankan hubungan sosial dan profesional yang sehat. Emosi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan hubungan yang signifikan dan konflik berkepanjangan. Ketika individu tidak mampu mengelola emosi mereka, mereka berisiko menyebabkan kerusakan pada hubungan interpersonal, yang sering kali mengarah pada lingkungan kerja yang tidak produktif dan tingkat stres yang lebih tinggi.

    Kontrol diri menjadi salah satu keterampilan utama yang membantu individu dalam situasi sulit. Dengan menerapkan kontrol diri, individu dapat membangun kepercayaan di antara rekan-rekan mereka, serta menjaga profesionalisme dalam komunikasi. Keterampilan ini tidak hanya membantu dalam menciptakan solusi konstruktif tetapi juga memperkuat dinamika tim dengan mendorong kolaborasi yang lebih baik. Dalam konteks pendidikan, pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat mengelola hubungan interpersonal yang kompleks dengan lebih baik, yang dinyatakan sebagai krusial bagi efektivitas kepemimpinan.

    Salah satu aspek penting dari pengelolaan emosi adalah kecerdasan emosional, yang menjadi jembatan antara ketenangan dan kemampuan menyelesaikan konflik. Kecerdasan emosional mencakup kompetensi seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, empati, dan keterampilan sosial, yang memungkinkan individu untuk merespons berbagai situasi emosional dengan cara yang lebih seimbang dan efektif. Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi lebih mampu mencegah dan menyelesaikan konflik dengan baik, yang mengarah pada lingkungan kerja yang lebih kondusif.

    Dalam sektor perbankan, misalnya, konflik yang muncul akibat perbedaan pendapat atau ketegangan interpersonal dapat mempengaruhi produktivitas dan semangat kerja karyawan. Dengan demikian, kecerdasan emosional berperan penting dalam penyelesaian dan pencegahan konflik, serta mendorong kerjasama yang lebih efektif di lingkungan kerja. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengendalian emosi yang baik tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja, tetapi juga mempertahankan moralitas tim dalam menghadapi tantangan yang ada di tempat kerja.

    Secara keseluruhan, hubungan antara ketenangan, kontrol diri, dan kecerdasan emosional sangat penting dalam mengelola percakapan sulit. Dengan meningkatkan kesadaran diri dan kemampuan emosional, individu tidak hanya dapat menghindari dampak negatif dari emosi yang tidak terkendali tetapi juga berkontribusi pada penyelesaian konflik yang lebih konstruktif dan kolaboratif.

  • Strategi Tetap Tenang dalam Percakapan Sulit
    Dalam menghadapi percakapan yang menghadirkan tantangan emosi, Michael Leber menyajikan tujuh strategi utama yang dapat membantu individu untuk tetap tenang dan efisien dalam berkomunikasi. Strategi-strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri dan mengelola reaksi emosional, sehingga menghasilkan interaksi yang lebih positif dan produktif.
  • Berhenti Sejenak (Pause)
    Pentingnya jeda sebelum memberikan respons tidak bisa diremehkan. Berhenti sejenak memungkinkan individu untuk menenangkan diri, berpikir, dan merenungkan situasi sebelum bereaksi. Teknik pernapasan singkat dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengatur emosi. Mengambil napas dalam-dalam beberapa kali sebelum berbicara dapat mengurangi ketegangan dan memberikan waktu bagi otak untuk memproses informasi. Penelitian menunjukkan bahwa tindakan pause ini berkontribusi pada pengendalian emosi dengan memicu respon tubuh yang lebih tenang dan terencana.
  • Kenali dan Kelola Emosi Diri
    Identifikasi sinyal-sinyal emosional, seperti rasa marah, cemas, atau frustrasi, adalah langkah krusial dalam pengelolaan emosi. Kesadaran terhadap emosi yang dialami membantu individu untuk mengalihkan fokus dari reaksi impulsif menuju respon yang lebih konstruktif. Upaya ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik yang berkepanjangan, yang sering kali diakibatkan oleh respons emosional yang tidak dikelola.
  • Dengarkan Secara Aktif
    Mendengarkan secara aktif melibatkan perhatian penuh kepada pembicara dan tidak menyela pembicaraan. Menunjukkan empati dan pemahaman terhadap perspektif lawan bicara memperkuat ikatan komunikasi dan mengurangi ketegangan. Menurut penelitian, mendengarkan secara aktif tidak hanya akan menenangkan suasana tetapi juga dapat membantu pihak yang terlibat merasa dihargai dan dipahami, sehingga mengurangi konflik.
  • Gunakan Bahasa Tubuh yang Tenang
    Bahasa tubuh memainkan peranan penting dalam bagaimana pesan dikomunikasikan dan diterima. Postur yang terbuka, kontak mata yang buruk, dan intonasi suara yang lembut merupakan indikator ketenangan dan keterbukaan. Penelitian menunjukkan bahwa bahasa tubuh yang positif memberi sinyal kepada lawan bicara bahwa kita terlibat secara emosional, sehingga memfasilitasi dialog yang lebih produktif.
  • Bersikap Ingin Tahu, Bukan Defensif
    Mengajukan pertanyaan terbuka daripada menyalahkan menumbuhkan semangat dialog, bukan debat. Ketika seseorang menghadapi situasi sulit, pendekatan yang ingin tahu mendorong eksplorasi pemahaman yang lebih dalam tentang masalah. Ini menciptakan peluang untuk kolaborasi alih-alih konfrontasi, yang sering kali berujung pada penyelesaian konflik secara lebih efektif.
  • Tetapkan Batasan yang Sehat
    Mengetahui kapan harus mengakhiri percakapan yang memanas adalah aspek penting dalam menjaga kesehatan emosional. Individu memiliki hak untuk menjaga ruang emosional pribadi. Menetapkan batasan bisa mencegah situasi menjadi semakin buruk, memberikan kesempatan untuk merenung dan kembali ke diskusi dengan perspektif yang lebih jernih di masa yang akan datang.
  • Refleksi Diri Setelah Percakapan
    Evaluasi pascapercakapan sangat penting untuk pengembangan pribadi. Apa yang berjalan baik dan apa yang dapat diperbaiki perlu dipertimbangkan sebagai bagian dari proses belajar. Fokus pada refleksi diri membantu individu untuk menilai kemajuan dalam kemampuan komunikasi mereka dan memperkuat keterampilan yang diperlukan untuk pertemuan di masa yang akan datang. Penelitian menunjukkan bahwa refleksi diri yang konsisten semakin berkontribusi pada pengembangan keterampilan emosional.

Penerapan strategi untuk tetap tenang dalam percakapan sulit sangatlah penting dalam menjaga hubungan interpersonal yang sehat serta menciptakan komunikasi yang efektif, baik di lingkungan kerja maupun sosial. Melalui tujuh strategi utama yang dikemukakan oleh Michael Leber  mulai dari berhenti sejenak untuk mengatur emosi hingga refleksi diri setelah percakapan  individu dapat belajar mengelola reaksi emosional mereka, berkomunikasi lebih empatik, dan mendorong dialog yang konstruktif. Pentingnya kecerdasan emosional dan kesadaran diri dalam mengatasi konflik tidak dapat diabaikan, karena hal ini berkontribusi pada hasil interaksi yang lebih positif dan produktif, serta peningkatan kesejahteraan emosional secara keseluruhan. Oleh karena itu, penerapan strategi-strategi ini berfungsi tidak hanya untuk meredakan ketegangan dalam situasi tertentu, tetapi juga memperkuat kemampuan individu dalam berkomunikasi secara efektif dalam jangka panjang.

Referensi :
Andriyani, A., W, M. I. R., & Wicaksono, B. S. (2023). Mitigation of Workplace Bullying by Increasing Awareness of the Negative Impact It Causes on Employee Behavior. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 1–8. https://doi.org/10.23960/jbm.v19i1.924
Hwang, W. J., Yang, H. K., & Kim, J. H. (2020). What Are the Experiences of Emotional Labor and Workplace Violence That Are More Harmful to Health in Korean Workforce? International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(21), 8019. https://doi.org/10.3390/ijerph17218019
Karna, W., Stefaniuk, I., & Jafari, M. (2024). Strategies for Managing Interpersonal Conflicts in Multicultural Teams. KMAN Counsel and Psych Nexus, 2(1), 84–90. https://doi.org/10.61838/kman.psychnexus.2.1.13
Leber, M. (2025, January 3). 7 Strategies to Stay Calm in Difficult conversations [Online forum post]. Mike Leber. https://www.linkedin.com/posts/michaelleber_7-strategies-to-stay-calm-in-difficult-conversations-activity-7280936949928845312-Tvya/?utm_source=combined_share_message&utm_medium=member_desktop_web
Macaday-Quioco, D. (2024). The Prevalent Skills and Competencies of Emotional Intelligence for Effective Educational Leadership: A Systematic Review of Literature. International Journal of Multidisciplinary Research and Analysis, 07(10). https://doi.org/10.47191/ijmra/v7-i10-22
Martins, M. M., Trindade, L. d. L., Vandresen, L., Amestoy, S. C., Prata, A. P., & Vilela, C. (2020). Conflict Management Strategies Used by Portuguese Nurse Managers. Revista Brasileira De Enfermagem, 73(suppl 6). https://doi.org/10.1590/0034-7167-2019-0336
Park, H., Kim, J., Jo, S., Kim, H., Jo, Y., Kim, S., & Yoo, I. (2022). Measuring Emotional Variables in Occupational Performance: A Scoping Review. Work, 72(4), 1195–1203. https://doi.org/10.3233/wor-205162
Santiago, N. (2024). Role of Emotional Intelligence in Conflict Resolution and Prevention in Colombia. Journal of Conflict Management, 4(1), 14–25. https://doi.org/10.47604/jcm.2381
Shah, P., & Singh, A. (2022). Relationship Between Self-Awareness and Conflict Management Style: A Correlation Study. International Journal of Neurolinguistics & Gestalt Psychology, 2(2). https://doi.org/10.52522/ijngp.v1i3.3
Williams, C., Thomas, J. S., Gooty, J., & Dunne, D. D. (2024). Negative Emotions, Difficult Conversations and Leader–follower Relationships. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 98(1). https://doi.org/10.1111/joop.12566
Yang, M., Lin, P., Zheng, L., & Wu, B. (2024). Emotional Management and Clinical Communication Among Nursing Students: A Single Institution Experience. Frontiers in Psychiatry, 15. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2024.1327629

Penulis : Erna Susilowati