BINUSIAN JOURNEY

10 Cara Untuk Tetap Bisa Berdiskusi dengan Orang yang Tidak Sependapat

Di era informasi yang serba cepat ini, perbedaan pendapat seringkali terasa seperti jurang yang sulit diseberangi. Apalagi di lingkungan kampus tempat bertemunya beragam ide, latar belakang, dan pandangan kemampuan untuk berdiskusi secara konstruktif dengan orang yang tidak sejalan adalah sebuah keterampilan krusial yang menentukan kualitas peradaban akademik kita.

Alih-alih mundur karena gesekan, mari kita jadikan diskusi sebagai ladang untuk belajar dan bertumbuh. Mengambil inspirasi dari komunikasi yang efektif, berikut adalah 10 cara untuk memastikan Anda tetap bisa berdialog secara produktif, bahkan ketika menghadapi pandangan yang sangat berbeda.

  • Fokus Penuh, Jangan Multitasking
    Ketika sedang berdiskusi, berikan perhatian 100% pada lawan bicara Anda. Hindari godaan untuk melihat ponsel, memikirkan tugas kuliah yang belum selesai, atau menyiapkan balasan di dalam kepala. Dengan kehadiran penuh (fully present), Anda tidak hanya menunjukkan rasa hormat, tetapi juga benar-benar menangkap nuansa dan makna di balik kata-kata mereka. Kualitas interaksi Anda berbanding lurus dengan tingkat fokus Anda.
  • Jangan Menggurui atau Mendominasi Pembicaraan
    Diskusi yang sehat adalah jalan dua arah, bukan sebuah panggung untuk berpidato. Hindari kecenderungan untuk ‘menceramahi’ atau ‘mengkhotbahkan’ sudut pandang Anda. Begitu Anda mulai mendominasi atau bersikap superior, diskusi akan berhenti dan berubah menjadi kuliah satu arah yang mematikan minat lawan bicara Anda. Jaga keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan.
  • Ajukan Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Questions)
    Untuk memahami akar dari perbedaan, Anda perlu menggali lebih dalam. Alih-alih melontarkan pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’, gunakanlah pertanyaan terbuka yang dimulai dengan “Bagaimana,” “Mengapa,” atau “Apa yang membuat Anda berpikir demikian?” Ini akan mendorong lawan bicara Anda untuk menjelaskan pemikirannya secara mendalam dan membantu Anda memetakan area ketidaksepakatan yang sebenarnya.
  • Ikuti Alur, Tinggalkan Persiapan Kaku
    Jangan terlalu terpaku pada poin-poin yang sudah Anda siapkan di kepala. Jika ada pemikiran baru yang muncul saat lawan bicara Anda sedang berbicara, biarkan pikiran itu lewat. Fleksibilitas ini dikenal dengan istilah “Go with the Flow.” Diskusi yang otentik seringkali membawa Anda ke arah yang tak terduga, terimalah itu dan biarkan alur membawa Anda ke pemahaman baru.
  • Akui Jika Anda Tidak Tahu
    Memiliki kerendahan hati untuk berkata, “Saya tidak tahu,” adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Dalam sebuah perdebatan, seringkali kita merasa tertekan untuk memiliki jawaban atas segalanya. Jika Anda tidak memiliki data atau pengetahuan untuk mendukung suatu klaim, akui saja. Kejujuran ini membangun kredibilitas dan menunjukkan bahwa Anda menghargai kebenaran di atas ego.
  • Jangan Menyamakan Pengalaman Anda dengan Pengalaman Mereka
    Ketika seseorang berbagi pengalaman personalnya, jangan langsung memotong dengan kalimat, “Ah, saya juga pernah. Bahkan lebih parah…” Tindakan ini dapat mengalihkan fokus dari cerita mereka ke cerita Anda, dan membuat mereka merasa tidak didengarkan. Ingatlah: percakapan bukanlah kompetisi siapa yang paling menderita atau paling hebat.
  • Hindari Pengulangan Argumen
    Sampaikan poin Anda sekali, dengan jelas dan ringkas, lalu biarkan ia dicerna. Mengulang-ulang argumen, betapapun pentingnya, hanya akan membuat Anda terdengar seperti sedang ‘menggurui’ atau seolah-olah Anda meremehkan daya tangkap lawan bicara Anda.
  • Fokus pada Inti, Hindari Detail yang Tidak Perlu
    Dalam menyampaikan suatu pandangan, hindari ‘terjebak di semak-semak’ (stay out of the weeds), yaitu detail-detail kecil yang tidak relevan dengan gambaran besar. Tidak ada yang peduli apakah kejadian itu terjadi hari Selasa atau Rabu. Fokuslah pada substansi argumen agar diskusi tetap menarik dan relevan.
  • Dengarkan untuk Memahami, Bukan untuk Membalas
    Ini adalah inti dari semua keterampilan komunikasi. Tanamkan dalam diri Anda bahwa Anda terlibat dalam diskusi untuk belajar, bukan untuk mengonversi pandangan orang lain. Ketika Anda mendengarkan dengan tujuan memahami bukan sekadar menunggu giliran untuk berbicara, Anda akan mulai melihat celah dan alasan di balik perbedaan pendapat tersebut. Empati adalah kunci untuk menjembatani ide yang berseberangan.
  • Sampaikan dengan Singkat dan Padat
    Seringkali, gagasan terbaik disampaikan dengan ringkas. Konon, “Diskusi yang baik itu seperti rok mini; cukup pendek untuk mempertahankan minat, tetapi cukup panjang untuk menutupi subjek.” Pastikan setiap kalimat Anda memiliki tujuan yang jelas. Dengan berbicara secara efektif dan tidak bertele-tele, Anda menghargai waktu lawan bicara Anda dan memastikan pesan utama tersampaikan.

Dengan menguasai 10 cara ini, Anda tidak hanya meningkatkan keterampilan komunikasi personal, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan iklim akademik yang matang dan toleran di kampus. Kemampuan untuk berdiskusi dengan hormat di tengah perbedaan adalah tolok ukur tertinggi dari seorang akademisi terpelajar. Mari kita praktikkan dan jadikan kampus kita sebagai laboratorium bagi dialog yang konstruktif.

Refrensi :
Conferences, T. (2025, August 11). We’re more polarized than we’ve ever been — which means we’re not listening to each other, says Celeste Headlee. Here are 10 ways to have better conversations with people you don’t agree with:. . . | TED Conferences | 81 comments [Video]. https://www.linkedin.com/posts/ted-conferences_were-more-polarized-than-weve-ever-been-activity-7360737943080116225-dNbX?utm_source=share&utm_medium=member_desktop&rcm=ACoAABZQtNMBXFnNX1EvXZm6KBJMcqcI3XVWwws

Penulis : Erna Susilowati