BINUSIAN JOURNEY

Ubah Mindset : Merubah Rasa Sakit Menjadi Kekuatan

Rasa sakit merupakan bagian alami dari kehidupan manusia. Cara kita menghadapi dan merespons dapat menentukan bagaimana kita tumbuh sebagai individu. Secara alamiah tubuh kita memiliki refleks defence mechanism terhadap segala hal yang dianggap membahayakan diri. Rasa sakit sering kali diartikan sebagai pertanda ada yang tidak baik pada tubuh karena membuat tidak nyaman dan tidak mengenakkan. Tidak jarang orang mengalami momen-momen sulit yang membuat merasa rapuh, hancur, atau bahkan kehilangan arah. Namun, penting untuk diingat bahwa di balik rasa sakit itu, tersembunyi potensi besar kekuatan baru dan jalan pembaruan diri.

Dalam lingkungan pekerjaan, seringkali kritikan dan sikap rekan kerja atau atasan membuat rasa sakit yang membekas di hati, menyebabkan sulit berkonsentrasi, bad mood, tidak semangat bekerja, dan terjadi perselisihan berkepanjangan. Kemampuan meregulasi rasa sakit ini sangat penting dimiliki untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan dan berkembang. Orang dengan keterampilan emosi yang berkembang baik, kemungkinan besar akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas (Goleman, 2024).

Ada beberapa prinsip-prinsip tertentu agar dapat mengubah rasa sakit menjadi kekuatan yang mendorong kita menuju versi diri yang lebih baik. Berikut adalah lima prinsip yang dapat membantu kita berhasil dalam proses tersebut :

  1. Melatih Kemampuan Regulasi Emosi
    Regulasi emosi adalah kemampuan untuk menilai, mengontrol, mengekspresikan pengalaman emosi dan perasaan ke dalam tindakan atau sikap yang adaptif. Adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi. Kemampuan regulasi emosi memiliki hubungan terhadap kemampuan resolusi konflik. Semakin tinggi kemampuan regulasi emosi kamu maka semakin tinggi kemampuan resolusi konflik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan regulasi emosi kamu maka semakin rendah kemampuan resolusi konflik. Alih-alih hanya mengekspresikan emosi ke dalam sikap-sikap yang dapat merusak, kamu dapat mengarahkan emosi untuk dijadikan sumber energi pergerakan yang lebih membangun dan solutif.
  1. Memiliki Motivasi Internal
    Motivasi internal merupakan sebuah jangkar. Tanpa adanya motivasi internal, tujuan pergerakan akan menjadi tidak menentu arah dan semangat bekerja akan mudah naik turun tidak stabil karena sangat bergantung pada keadaan di luar diri. Dengan memiliki motivasi yang berasal dari dalam diri akan lebih mudah mengendalikan diri demi mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Penilaian tidak lagi berdasarkan orang lain melainkan berdasarkan value diri. Daripada merasakan sakit hati dari komentar negatif atau penilaian buruk orang lain, akan lebih baik jika menilai secara objektif berdasarkan tujuan yang berasal dari diri sendiri.
  1. Bersikap Professional
    Dapat memposisikan diri untuk mampu memahami dan memenuhi tugas dan tanggungjawab hingga selesai apapun keadaan yang sedang dialami adalah sikap profesional. Profesional juga dapat berbentuk tetap fokus dan konsisten terhadap urusan penyelesaiaan pekerjaan meskipun ada keadaan lain yang terjadi di dalam kehidupan personal.
  1. Melatih Kesadaran
    Kesadaran merupakan kunci untuk dapat membaca situasi kondisi dan meresponnya dengan tepat. Cara sederhana untuk melatih kesadaan diri adalah dengan bangun rasa ingin tahu soal diri sendiri, cari sudut pandang orang lain, dan berhenti bertanya kenapa ganti dengan apa yang bisa dilakukan untuk solusinya. Dengan melakukan hal ini, kamu dapat memilih sikap yang terbaik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Referensi :
Goleman, Daniel. 2024. Emotional Intelligence. Jakarta : PT. Gramedia.
Nugroho, Nur Faqih Ragil, Frieda. 2016. Hubungan Antara Regulasi Emosi dengan Resolusi Konflik pada Karyawan PT.Pertamina Refinery Unit IV Cilacap. Jurnal Empati, Vol. 5(3), 533-536.

Penulis : Ajeng Diah Hartawati, M.Psi, Psikolog