BINUSIAN JOURNEY

Spiritualitas untuk Meningkatkan Produktifitas Kinerja

Dalam dunia bisnis, kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja individu-individu di dalamnya. Akan tetapi, tidak semua pengelola perusahaan mengerti dan memahami cara mengelola sumber daya manusia dengan tepat sehingga kinerja anggota tim benar-benar memberikan kontribuso yang efektif bagi perusahaan. Bagi kamu yang ingin menjadi seorang entrepreneur, kamu juga perlu untuk belajar dan memahami hal ini lho.

Faktor yang mempengaruhi sebuah usaha / organisasi/ bisnis untuk berkembang dan bertahan yaitu peluang dan kinerja. Ketika bertemu peluang tetapi tidak dibarengi tim yang siap untuk mengeluarkan kinerja secara maksimal maka peluang tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang besar atau bahkan sekedar lewat. Kinerja tidak maksimal kebanyakan terjadi ketika orang bekerja hanya dinilai sebagai rutinitas untuk mencari uang atau insentif lain. Bekerja seolah-olah hanya dilihat kegiatan yang mekanistik tanpa pemaknaan. Bekerja hanya sebatas pada hubungan untung rugi.

Manusia pada dasarnya memiliki Hasrat untuk hidup bermakna dan mencari identitas diri dari pekerjaan (Maslow, dkk., 1998). Penelitian Milliman, Czaplewski, dan Ferguson (2003) menemukan bahwa komponen-komponen spiritualitas di tempat kerja dalam diri seseorang berkontribusi secara nyata terhadap perilaku kerjanya. Spiritualitas ini mencakup melakukan pekerjaan dengan bermakna, perasaan terhubung dengan komunitas, dan menegakkan nilai-nilai kerja. Hasil penelitian Dehaghi (2012) menunjukkan bahwa dengan meningkatkan iklim spiritualitas di tempat kerja, komitmen organisasi dan kinerja individu dan organisasi dapat meningkat. Widyarini (2011) menyebutkan bahwa spiritualitas di tempat kerja memiliki kontribusi signifikan terhadap sejauh mana seseorang akan memberikan kontribusinya kepada organisasi secara bertanggunjawab.

Penelitian Yogatama (2015) menyebutkan bahwa pembentuk iklim spiritualitas dalam lingkungan kerja adalah 1) Rasa bertujuan dan bermakna dalam pekerjaan, digerakkan oleh misi dan nilai-nilai organisasi yang dilandasi hati Nurani, 2) Perasaan nyaman, bebas, dan mengalami perkembangan pribadi, adanya kepedulian organisasi untuk mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan individu, dan memberdayakan anggota tim atau karyawan. Dalam praktisnya, hal penting yang perlu dilakukan untuk membentuk iklim spiritual dalam organisasi atau tim antara lain :

  1. Membuat arah pernyataan visi-misi dan nilai-nilai organisasi seara jelas. Sehingga para tim/karyawan dapat menilai secara personal mengenai kecocokan nilai dalam dirinya dengan tujuan/misi/nilai-nilai organisasi.
  2. Membangun iklim yang menyenangkan untuk bekerja sehingga anggota tim/karyawan melihat bahwa organisasi memiliki nilai yang baik yang pada akhirnya dapat mengantarkan mereka pada merasa memiliki masa depan yang baik pula.
  3. Menyadari bahwa anggota tim/karyawan secara personal memiliki kebutuhan untuk berkembang, belajar, mengasah keterampilan. Berdasarkan ini maka usaha yang perlu dilakukan adalah memberi kesempatan pengembangan kompetensi dengan adanya umpan balik, melibatkan hubungan interpersonal yang supportif, mendukung rasa aman, dan bebas dari evaluasi yang merendahkan.
  4. Menyadari bahwa setiap individu memiliki kebutuhan untuk berekspresi dan mengemukakan aspirasinya. Perlu adanya iklim yang menunjukkan penghargaan terhadap aspirasi dan terjaminnya kebebasan berpendapat.
  5. Menyadari tujuan bersama. Membentuk iklim yang menyadarkan setiap anggota/karyawan bahwa para anggota tim/karyawan memiliki tujuan bersama, dan untuk mencapainya butuh kerja sama dan kepedulian satu dengan lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perusahaan atau organisasi perlu memperhatikan iklim siritualitas di tempat kerja. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kinerja tanpa mengeksploitasi anggota tim atau karyawan sangat berkaitan dengan spiritualitas lingkungan kerja.

Referensi :
Dehaghi, M. R., Goodarzi, M., & Arazi, Z. K. (2012). The effect of spiritual values on employees’ organizational commitment and its models. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 62, 159 – 166.
Maslow, A. H., Stephens, D. C., & Heil, G. (1998). Maslow on management. Singapore: John Wiley & Sons, Inc.
Milliman, J., Czaplewski, A. J., & Ferguson, J. (2003). Workplace spirituality and employee work attitudes. An exploratory empirical assessment. Journal of Organizational Change Management, 16(4), 426-447.
Widyarini, N. (2011). Perilaku kewargaorganisasian dan kinerja dalam tugas, dengan prediktor kepemimpinan spiritual, iklim spiritualitas kerja, dan budaya organisasi terbuka. (Disertasi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yogatama, Leo A., Widyarini, Nilam. (2015). Kajian Spiritualitas di Tempat Kerja pada Konteks Organisasi Bisnis. JURNAL PSIKOLOGI, vol.42, NO. 1, 1 – 14.

Ditulis oleh :
Ajeng Diah Hartawati, M.Psi, Psikolog
Internship Center & Career Development