Pada tahun 2016, Georgia State University (GSU) dihadapkan pada sebuah dilema besar: hampir 1 dari 5 mahasiswa baru yang sudah diterima gagal melanjutkan ke tahap registrasi akhir. Fenomena ini dikenal sebagai summer melt—istilah untuk mahasiswa yang “menguap” sebelum resmi mendaftar. Bagi sebuah universitas yang berfokus pada akses dan keberhasilan mahasiswa, kehilangan begitu banyak calon mahasiswa adalah pukulan keras, baik dari sisi misi sosial maupun keuangan.
Alih-alih hanya menambah staf atau mengirimkan lebih banyak email, GSU mengambil langkah berani: membangun chatbot berbasis AI yang dinamai Pounce, terinspirasi dari nama maskot kampus mereka. Pounce dirancang bukan sekadar untuk mengirimkan pesan otomatis, melainkan untuk berdialog dua arah dengan mahasiswa secara real-time. Melalui SMS dan chat platform, Pounce menjawab pertanyaan mahasiswa—mulai dari “Kapan saya harus bayar uang kuliah?” hingga “Di mana saya harus menyerahkan dokumen vaksinasi?”—dengan cepat, akurat, dan responsif.

Pada musim panas pertamanya, Pounce menjawab lebih dari 185.000 pertanyaan. Volume ini mustahil ditangani manusia dalam waktu sesingkat itu. Hasilnya? Tingkat summer melt turun signifikan, retensi mahasiswa naik 5%, dan pendaftaran ulang naik 3%. Setiap kenaikan 1% dalam tingkat kelulusan bahkan diperkirakan membawa tambahan $3 juta pendapatan dari biaya kuliah dan pendapatan terkait (Axios, 2019; Mainstay, 2023).
Namun, cerita Pounce tidak berhenti di layanan administrasi. Melihat keberhasilan interaksi non-akademik, GSU mulai mengintegrasikan Pounce ke dalam ruang kelas. Salah satu eksperimen awal dilakukan di mata kuliah “Introduction to American Government,” di mana Pounce digunakan untuk mengirimkan pengingat tugas, tips belajar, dan motivasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang menerima pesan dari Pounce memiliki kemungkinan lebih tinggi mendapat nilai B atau lebih baik. Bahkan, mahasiswa generasi pertama mencatat peningkatan nilai hingga 11 poin dibandingkan yang tidak mendapat pesan (EdWorkingPapers, 2022; GSU News, 2022).

Dampak ini melampaui nilai akademik. Bagi banyak mahasiswa, terutama yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah atau yang pertama di keluarganya kuliah, kehadiran Pounce menjadi jaringan pendukung tak kasat mata yang membantu mereka tetap berada di jalur, mengurangi kecemasan administratif, dan memberikan kejelasan langkah demi langkah.
Keberhasilan Pounce akhirnya menarik perhatian nasional. Departemen Pendidikan AS memberikan hibah $7,6 juta kepada National Institute for Student Success (NISS) di GSU untuk memperluas penggunaan chatbot ke mata kuliah penting lain seperti matematika dan bahasa Inggris, serta memperkenalkan teknologi ini ke universitas mitra seperti Morgan State University dan University of Central Florida (GSU News, 2024). Ini bukan hanya meningkatkan reputasi GSU, tetapi juga membuka peluang kolaborasi penelitian dan publikasi internasional bagi para dosen dan penelitinya.
Di balik semua manfaatnya, tentu ada tantangan. Sebagian staf awalnya khawatir apakah teknologi ini akan menggantikan peran mereka. Namun, alih-alih mengurangi peran manusia, Pounce justru membebaskan staf dari pekerjaan administratif berulang, sehingga mereka bisa lebih fokus mendampingi mahasiswa secara personal dan strategis. Selain itu, GSU mengembangkan kebijakan etika dan privasi data, memastikan interaksi Pounce tetap transparan, aman, dan bebas dari bias algoritmik.
Hari ini, Pounce bukan hanya chatbot; ia adalah wajah baru layanan universitas yang berbasis empati, teknologi, dan data. Cerita GSU mengajarkan kita bahwa AI, jika dirancang dengan hati-hati, bisa menjadi kekuatan pendorong akses, keberhasilan, dan efisiensi, tanpa mengorbankan nilai kemanusiaan.
Survei internal menunjukkan bahwa 92% mahasiswa merekomendasikan penggunaan chatbot dalam pembelajaran mereka. Sebagai tindak lanjut, GSU meluncurkan proyek TEACH ME (Technology Enhanced Academic Communication Help in Math & English) dengan dukungan hibah sebesar $7,6 juta dari Departemen Pendidikan AS. Proyek ini bertujuan untuk mengimplementasikan chatbot dalam mata kuliah matematika dan bahasa Inggris di GSU serta universitas mitra seperti Morgan State University dan University of Central Florida.
📚 Referensi:
- Axios. (2019). Georgia State University’s chatbot boosts student success.
- Mainstay. (2023). How Georgia State University Supports Every Student with Personalized Text Messaging.
- EdWorkingPapers. (2022). The Impact of a Classroom Chatbot on Student Success.
- Georgia State University News. (2022). Classroom Chatbot Improves Student Performance, Study Says.
- Georgia State University News. (2024). National Institute for Student Success Awarded $7.6 Million Grant by U.S. Department of Education.