Di era digital, AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam pendidikan, membuka peluang baru untuk pembelajaran yang lebih personal dan interaktif. Namun, untuk benar-benar memanfaatkan potensi AI, kita perlu memahami cara berinteraksi dengannya secara kritis.
Bagaimana Kita Berinteraksi dengan AI?
Meskipun disebut sebagai Artificial Intelligence, AI sebenarnya bukanlah “cerdas” dalam arti konvensional, juga tidak sepenuhnya “artifisial.” Model AI generatif (GenAI) sangat bergantung pada data dari internet, yang membuatnya rentan terhadap bias dan ketidakakuratan. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk tetap mengutamakan tugas yang authentic, praktis, bermakna, dan menarik dalam proses penilaian.
Sayangnya, referensi yang diberikan oleh AI sering kali tidak mencerminkan sumber yang benar-benar otentik. Maka dari itu, pelatihan guru harus menjadi fokus utama untuk memastikan mereka tidak hanya memiliki pengetahuan tetapi juga keterampilan dalam memanfaatkan AI secara efektif. Dalam konteks ini, literasi AI menjadi kunci, membantu pendidik dan peserta didik memahami batasan teknologi sekaligus memanfaatkan keunggulannya.
Mengatasi Isolasi Sosial pada Generasi Muda
Teknologi memang membawa kemudahan, tetapi kebergantungan penuh pada pembelajaran berbasis teknologi dapat meningkatkan risiko isolasi sosial, terutama di kalangan generasi muda. Untuk mengatasi hal ini, institusi pendidikan harus mengadopsi model pembelajaran tatap muka atau blended learning. Pendekatan ini memungkinkan interaksi sosial yang sehat sambil tetap memanfaatkan keunggulan teknologi digital.
Menuju Pembelajaran Digital yang Lebih Manusiawi
Membangun generasi pembelajar yang siap menghadapi tantangan masa depan tidak hanya tentang adopsi teknologi canggih. Ini tentang bagaimana kita, sebagai pendidik dan pemimpin, membentuk pengalaman pembelajaran yang seimbang—menggabungkan wawasan teknologi dengan kebutuhan sosial dan emosional manusia. AI adalah alat yang kuat, tetapi keberhasilannya bergantung pada bagaimana kita menggunakannya secara bijaksana dan manusiawi.
Kesimpulannya, meskipun AI menawarkan potensi besar dalam pendidikan dengan menghadirkan pembelajaran yang lebih personal dan interaktif, penggunaannya memerlukan pendekatan kritis. Literasi AI menjadi esensial untuk membantu pendidik dan siswa memahami keterbatasan teknologi serta memanfaatkannya secara optimal. Di sisi lain, penting untuk mengatasi risiko isolasi sosial yang mungkin ditimbulkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, misalnya melalui model blended learning yang seimbang. Keberhasilan penerapan AI dalam pendidikan tidak hanya bergantung pada teknologi itu sendiri, tetapi juga pada kemampuan kita untuk mengintegrasikannya secara bijaksana, dengan tetap memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional pembelajar.
Sumber:
Diskusi Panel di Edutech Asia 2024 (Powering the Next Generation of Digital Learning with AI)