Survei EY-Parthenon Digital Investment Index (DII) menunjukkan bahwa perusahaan terus meningkatkan investasi dalam transformasi digital untuk menghadapi tekanan dengan harapan menghasilkan hasil nyata. Selain mempercepat peluncuran produk berbasis teknologi dan mencapai efisiensi operasional, banyak perusahaan berfokus pada pengalaman pelanggan (CX) sebagai prioritas utama. Meski demikian, tantangan dalam implementasi tetap ada, dan organisasi yang gagal beradaptasi berisiko tertinggal dari pesaing. Oleh karena itu, organisasi perlu memahami dan mengimplementasikan pilar-pilar digital transformasi berikut ini:

01. Fokus pada Penciptaan Nilai Nonlinear dan Diferensiasi
Pendekatan nonlinear dalam menciptakan nilai—yang melibatkan perubahan budaya untuk mendukung transformasi digital berkelanjutan—merupakan elemen paling penting untuk sukses. Studi Transformation Leadership: Humans@Centre dari EY dan Saïd Business School di Universitas Oxford menemukan bahwa faktor-faktor kompleks yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan transformasi berakar pada perilaku emosional manusia. Oleh karena itu, organisasi perlu membangun budaya perubahan dan memahami keterkaitan dengan perilaku emosional karyawan dan pemangku kepentingan utama.

02. Atasi Kesenjangan Keterampilan
Selama transformasi, organisasi membutuhkan keterampilan yang tepat serta rencana yang baik untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja agar dapat mendukung transformasi saat ini dan di masa depan. Survei EY Work Reimagined menunjukkan bahwa 84% pemberi kerja mengharapkan penggunaan AI generatif (GenAI) di tempat kerja. Namun, hanya sebagian kecil yang memprioritaskan pelatihan keterampilan GenAI. Untuk mengatasinya dengan efektif, organisasi perlu memasukkan keterampilan yang mungkin belum dianggap inti, serta mengembangkan keterampilan inti yang ada agar mencakup lebih dari sekadar kebutuhan dasar di setiap fungsi.

03. Jaga Arsitektur Bisnis dan Teknologi yang Fleksibel
Arsitektur bisnis dan teknologi yang fleksibel dapat menjadi fondasi transformasi. Sebagian besar organisasi memiliki sistem yang terfragmentasi—campuran teknologi lama dan digital baru. Sistem yang terfragmentasi dan arsitektur yang kaku menghambat kemampuan organisasi untuk menyediakan pengalaman yang mulus bagi pelanggan dan menyebabkan proses yang tidak efisien. Potensi untuk mengeksplorasi model bisnis, kemitraan, dan produk di masa depan bergantung pada kelincahan teknologi organisasi. Organisasi harus memastikan bahwa aplikasi dan infrastruktur teknologinya tidak dianggap sebagai fungsi yang terpisah, melainkan sejajar dengan strategi dan hasil bisnis.

04. Anggap Data sebagai Aset dan Tanamkan Keamanan Siber
Sejalan dengan pendekatan nonlinear dalam menciptakan nilai, data harus dianggap sebagai aset yang dikelola secara strategis. Nilai data meningkat seiring penggunaannya, sehingga pengelolaan data sebagai aset harus strategis. Namun, ini seringkali rumit karena struktur operasional yang ada, sistem terfragmentasi, dan kurangnya kepemilikan data yang jelas dalam organisasi. Data juga menjadi dasar bagi organisasi untuk memanfaatkan teknologi data atau AI guna menciptakan perusahaan yang mulus. Dengan semakin meningkatnya digitalisasi, organisasi juga semakin rentan terhadap serangan siber, yang meningkatkan risiko pelanggaran data dan privasi. Untuk menghadapi ancaman ini, organisasi harus merancang dan menerapkan solusi teknologi yang memprioritaskan keamanan siber, serta didukung oleh kebijakan perlindungan data dan privasi yang menyeluruh.

05. Tetapkan Kebijakan Tata Kelola yang Jelas dalam Pengambilan Keputusan
Transformasi memberikan dampak besar pada organisasi, karyawan, pelanggan, dan pihak terkait lainnya. Penting untuk memastikan setiap keputusan fokus pada hasil bisnis yang diinginkan sejak awal transformasi. Dalam proses transformasi yang kompleks, fokus ini sering kali hilang, yang dapat menyebabkan kehilangan momentum dan menggagalkan transformasi. Model operasional yang baik, pengambilan keputusan yang jelas, serta kesiapan pemimpin untuk menerima kompromi dalam keputusan sangat penting untuk sukses. Selain itu, tim kepemimpinan dan dewan perlu menetapkan kebijakan tata kelola yang jelas terkait pengambilan keputusan sejak awal program.


Kesimpulan

Keselarasan berkelanjutan dari lima pilar di atas dengan tujuan jangka pendek dan menengah, serta menekankan urgensi dan ketepatan waktu, sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang transformasi digital. Pemimpin organisasi harus terus mengikuti perkembangan teknologi dan tren, serta mendorong berbagi pengetahuan di antara karyawan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, organisasi dapat memposisikan diri untuk sukses dalam dunia yang semakin kompetitif dan kompleks.

Sumber:

Five pillars of successful digital transformation