Dalam setiap proses belajar, terkadang kita berpikir “Kenapa sih saya harus belajar mata kuliah ini? Emangnya nanti akan terpakai?” atau malah kita belajar hanya karena kewajiban agar mendapat nilai yang cukup untuk lulus. Ya, memang itulah yang terjadi pada setiap proses belajar, bagaimana teori yang dipelajari dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari? Terlebih lagi apabila materi yang disampaikan bersifat abstrak, maka penyampaiannya juga pasti lebih kompleks.

Tantangan terbesar seorang dosen, guru atau bahkan seorang instructional designer yang sedang mengembangkan konten eLearning yakni memastikan pebelajar memahami betul kenapa mereka harus mempelajari konten tersebut. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan minat dan hasil belajar setelah pebelajar dibantu untuk mengaitkan antara pengetahuan baru yang akan dipelajari dengan pengalaman yang telah mereka miliki.

Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang mengenali belajar sebagai sebuah proses yang kompleks dan beragam, tidak hanya metode stimulus-respon seperti teori behaviorisme yang umum digunakan dalam konteks pembelajaran.

Menurut teori pembelajaran kontekstual, belajar hanya terjadi ketika pebelajar memproses informasi atau pengetahuan baru sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki (baik itu di dalam memori, pengalaman, dan respon yang diberikan). Secara alamiah, pikiran seseorang akan mencari makna dibalik konteks tertentu dengan mencari hubungan antar konteks yang masuk akal dan berguna. Berdasarkan itulah, pembelajaran kontekstual berfokus pada berbagai aspek dari lingkungan belajar, baik itu ruangan kelas, laboratorium, lab komputer, atau lokasi kerja.

Seorang pengajar atau instruksional desainer didorong untuk memilih dan menyusun lingkungan belajar yang mampu meniru berbagai bentuk pengalaman sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Dengan demikian, pebelajar mampu menemukan hubungan antara ide-ide abstrak dengan cara aplikatif di kehidupan sehari-hari. Menerapkan pembelajaran kontekstual juga dapat digunakan dalam model belajar CCAF untuk konten eLearning.

Penerapan

Setelah kita memahami teori dan konsep awal dari pembelajaran kontekstual, bagaimana menerapkan teori tersebut ke dalam konten belajar yang akan disampaikan?

Deskripsi yang Jelas

Hal pertama yang dilihat oleh pebelajar biasanya adalah deskripsi. Pengenalan itulah yang seharusnya menggambarkan seluruh informasi penting dan (lebih baik lagi) menarik perhatian. Misalnya Anda akan membuat konten tentang rekaman webinar, sebaiknya berikan informasi judul, pembicara, tanggal, tempat dan ringkasan singkat mengenai topik yang dibahas. Informasi singkat tersebut bahkan lebih menjelaskan daripada hanya mencantumkan judul “Rekaman Webinar”

Contoh

Memberikan contoh mungkin salah satu alat yang paling efektif dan serbaguna yang dapat digunakan saat menerapkan konteks ke dalam konten belajar. Contoh memberikan detail spesifik yang dapat membantu pebelajar menangkap keseluruhan dari sebuah konsep abstrak, sehingga pebelajar lebih mudah untuk mengingatnya. Misalnya kita ingin menyampaikan pentingnya mengisi sebuah form untuk syarat peminjaman buku. Hal tersebut terlalu mudah untuk diabaikan, namun apabila kita membuat cerita seseorang yang mendapat konsekuensi ketika Ia tidak mengisi form tersebut, maka akan lebih mudah diingat dan menarik.

Bantuan di waktu dan tempat yang dibutuhkan

Idealnya, pebelajar dapat menemukan jawaban yang mereka butuhkan tanpa menghentikan apa yang sedang dilakukan. Pada konten eLearning, bantuan dapat diletakkan di sebuah area yang mudah ditemukan seperti tombol bantuan. Tampilan alamat email atau nomor telepon yang dapat dihubungi juga dapat membantu pebelajar.

Komponen Sosial

Kontekstual berarti memberikan potongan kecil ke dalam sebuah puzzle besar, pada akhirnya pebelajar pasti akan tetap menemukan kesulitan. Menambahkan kolom diskusi atau komentar akan memberikan kesempatan pebelajar untuk bertanya, mencari bantuan, mendapatkan masukan, atau bahkan berbagi dengan lainnya.

Menambahkan wajah, kutipan, atau suara yang dikenali

Pebelajar akan lebih mudah teryakinkan apabila Anda menambahkan seseorang yang berhasil di bidangnya, apalagi mereka memberikan testimonial. Namun harus diperhatikan orang yang dijadikan role-model baiknya yang dikenali dan dihormati.

Konteks dapat memberikan dampak yang besar dan dapat mengubah pemahaman seseorang terhadap sebuah kalimat. Memberikan konteks ke dalam konten eLearning akan membantu pebelajar memahami informasi dan mengingat kembali ketika dibutuhkan. Konteks juga dapat menunjukkan pentingnya informasi yang ingin disampaikan dan bagaimana diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari.

Referensi:
https://www.kdplatform.com/5-ways-bring-contextual-learning-association/
http://cordonline.net/CTLtoolkit/downloads/What%20Is%20Contextual%20Learning.pdf
Photo by Austin Distel on Unsplash