Website kemahasiswaan sering kali gagal bukan karena kekurangan konten, tetapi karena tidak mampu menghubungkan informasi dengan pengalaman. Bagi calon mahasiswa, halaman yang lengkap belum tentu memberi gambaran tentang kehidupan kampus. Bagi mahasiswa aktif, struktur yang terlalu editorial justru memperlambat akses ke layanan penting. Redesign website kemahasiswaan BINUS University berangkat dari persoalan ini, dengan implikasi langsung pada cara institusi pendidikan mengomunikasikan student life secara digital.

Pendekatan yang diambil menandai pergeseran fungsi. Website kemahasiswaan tidak lagi diperlakukan sebagai pusat pengumuman atau direktori layanan, tetapi sebagai medium utama untuk membentuk persepsi pengalaman mahasiswa. Informasi tetap menjadi fondasi, namun disusun dalam kerangka narasi yang berorientasi pada perjalanan pengguna dan konteks kehidupan kampus.

Ketegangan antara Narasi dan Fungsi

Dua kebutuhan utama muncul secara bersamaan dan sering kali saling bertabrakan. Calon mahasiswa membutuhkan gambaran yang bisa dibayangkan tentang komunitas, aktivitas, ruang, dan dinamika kampus. Mahasiswa aktif membutuhkan akses cepat dan jelas ke layanan kemahasiswaan serta tools yang digunakan sehari-hari.

Website yang hanya mengutamakan fungsi cenderung efisien tetapi terasa kering. Sebaliknya, website yang terlalu naratif berisiko kehilangan arah tindakan. BINUS merespons ketegangan ini dengan satu prinsip operasional: narasi digunakan sebagai titik masuk, sementara fungsi tetap disediakan sebagai kelanjutan yang langsung dapat diakses.

Halaman Depan sebagai Pernyataan Posisi

Pengalaman pengguna diatur sejak interaksi pertama. Alih-alih membuka dengan menu atau daftar fitur, halaman depan dimanfaatkan untuk menyetel ekspektasi melalui pernyataan identitas:

“Live a story in a dynamic and digitally ready campus.”

Kalimat ini berfungsi sebagai penanda posisi. Website kemahasiswaan diposisikan sebagai ruang untuk menjalani kehidupan kampus, bukan sekadar tempat mencari informasi. Dengan pendekatan ini, komunikasi tidak dimulai dari struktur, tetapi dari makna yang ingin dibangun.

Storytelling sebagai Struktur, Bukan Konten Tambahan

Narasi tidak ditempatkan sebagai rubrik atau lapisan editorial, melainkan sebagai kerangka navigasi. Student life dibagi ke dalam jalur eksplorasi tematik yang berfungsi sebagai gerbang pengalaman, bukan kategori administratif.

  • Start Your BINUS Journey menempatkan fase awal mahasiswa sebagai proses adaptasi yang dipandu.
  • Explore mengangkat ruang, lingkungan, dan keseharian sebagai setting kehidupan kampus.
  • Connect memposisikan komunitas dan kegiatan sebagai elemen pembentuk rasa memiliki.
  • Care mengintegrasikan dukungan wellbeing sebagai bagian natural dari kehidupan mahasiswa.
  • Grow menyusun pengembangan diri sebagai perjalanan melalui aktivitas peningkatan kapasitas.

Struktur ini memungkinkan pengguna memilih konteks pengalaman yang relevan tanpa harus menavigasi menu yang padat atau terfragmentasi.

Menunjukkan Kehidupan, Bukan Sekadar Menjelaskannya

Agar narasi tidak berhenti pada klaim, website menampilkan bukti dalam bentuk outcome dan peran mahasiswa. Prestasi ditampilkan sebagai hasil keterlibatan. Peran mahasiswa sebagai pemimpin, duta, dan penggerak kegiatan menjadi representasi tokoh dalam kehidupan kampus. Aktivitas community service diposisikan sebagai bagian integral dari student life, bukan aktivitas tambahan.

Pendekatan ini menggeser fokus dari “apa yang tersedia” menjadi “siapa yang menjalani” dan “apa dampaknya”.

Menjaga Ritme dan Arah Tindakan

Dinamika website dijaga melalui sorotan harian yang menampilkan momen aktual seperti news, gallery, event, dan testimonial. Elemen ini memastikan website tidak terasa statis atau arsipis. Di sisi lain, akses ke student services dan tools tetap disajikan secara jelas dan mudah dijangkau, memastikan bahwa setiap jalur narasi dapat berujung pada tindakan praktis.

Implikasi Desain Digital Pendidikan

Pendekatan ini menunjukkan bahwa website kemahasiswaan yang efektif membutuhkan lebih dari sekadar kelengkapan informasi. Ia memerlukan pernyataan posisi yang jelas, struktur perjalanan yang konsisten, bukti pengalaman yang dapat diamati, serta mekanisme yang menjaga relevansi harian.