Di tengah percepatan transformasi digital, kolaborasi menjadi fondasi utama dalam membangun ekosistem kecerdasan artifisial (AI) yang berkelanjutan dan inklusif. AI bukanlah teknologi yang berdiri sendiri. Ia hanya akan berkembang optimal jika berada dalam ekosistem yang terbuka dan kolaboratif, yang menghubungkan berbagai pemangku kepentingan: pemerintah, industri, akademia, dan masyarakat. Pendekatan ini dikenal sebagai Quadruple Helix, dan menjadi semakin relevan dalam konteks pengembangan AI di perguruan tinggi Indonesia.
Kompleksitas AI Butuh Kolaborasi Lintas Sektor
Solusi AI membutuhkan data berkualitas, infrastruktur digital, talenta teknis, serta pemahaman kontekstual terhadap masalah yang dipecahkan. Perguruan tinggi mungkin unggul dalam riset dan inovasi, namun tetap memerlukan data dan validasi dari dunia industri. Sebaliknya, industri membutuhkan wawasan etis dan pendekatan humanistik dari dunia akademik. Pemerintah menyediakan kebijakan dan insentif, sedangkan masyarakat menjadi penerima sekaligus pengontrol sosial atas penggunaan teknologi.
Kolaborasi lintas sektor ini penting agar AI dikembangkan secara bertanggung jawab, tidak diskriminatif, dan sesuai nilai kemanusiaan. Tanpa pendekatan kolaboratif, teknologi cenderung dikembangkan dalam silo, terputus dari kebutuhan nyata dan risiko sosialnya.
Kolaborasi Digital: Interoperabilitas dan Partisipasi
Dalam konteks digital, kolaborasi juga berarti integrasi sistem, pertukaran data lintas platform, dan partisipasi terbuka. Ekosistem digital yang sehat harus bersifat interoperabel, memungkinkan lembaga dan sistem saling terhubung. Di perguruan tinggi, ini berarti kolaborasi antarunit (akademik, kemahasiswaan, karier, IT) untuk memanfaatkan data secara terpadu dalam pengembangan AI, seperti sistem rekomendasi pembelajaran atau prediksi kelulusan.
Lebih dari itu, masyarakat perlu dilibatkan dalam pengembangan AI, baik melalui riset partisipatif, uji coba lapangan, maupun forum konsultasi. Keterlibatan komunitas memastikan bahwa AI yang dikembangkan mencerminkan kebutuhan dan nilai-nilai pengguna akhir.
Peran Pemerintah yang Sudah Terwujud
Pemerintah Indonesia telah menjalankan sejumlah inisiatif penting dalam memperkuat ekosistem AI, khususnya di perguruan tinggi:
- Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA): Dokumen ini menetapkan arah pengembangan AI 2020–2045, dengan fokus pada sektor strategis termasuk pendidikan. Perguruan tinggi didorong menjadi pusat inovasi dan talenta AI.
- Program Digital Talent Scholarship (DTS) oleh Kominfo: Melalui pelatihan AI, data science, dan cloud computing, ribuan dosen dan mahasiswa telah mendapat akses ke pelatihan berbasis industri.
- Pusat Riset AI di Perguruan Tinggi: Pemerintah telah mendukung pendirian pusat unggulan di beberapa universitas seperti UI, UGM, ITS, dan ITB, untuk memperkuat kolaborasi riset antara akademisi dan pelaku industri.
- Kemitraan MBKM dengan Industri Teknologi: Program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka memungkinkan mahasiswa mengikuti pelatihan AI dari mitra industri seperti Google, Microsoft, dan Gojek, memperluas ruang belajar dan jejaring profesional mereka.
- Penguatan Tata Kelola Data melalui UU PDP: Disahkannya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi mendorong kampus untuk lebih siap dalam mengelola data secara aman dan etis pra-syarat utama dalam penggunaan AI yang bertanggung jawab.
AI yang dikembangkan secara kolaboratif cenderung lebih relevan, inklusif, dan etis. Pendekatan Quadruple Helix memastikan bahwa AI tidak hanya lahir dari laboratorium, tetapi juga mencerminkan kebutuhan industri, kebijakan publik, dan aspirasi masyarakat. Di sinilah posisi strategis perguruan tinggi sebagai penghubung antara riset, kebijakan, dan praktik menjadi sangat krusial.
Kolaborasi bukan hanya strategi, tetapi mindset dalam membangun masa depan digital yang lebih adil dan cerdas. Dengan memperkuat kolaborasi antar pemerintah, industri, akademia, dan masyarakat, Indonesia dapat menciptakan ekosistem AI yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga bermakna secara sosial. Perguruan tinggi, sebagai pusat pengetahuan dan inovasi, berada di garis depan untuk memimpin kolaborasi ini—menuju AI yang berdaya guna bagi bangsa.