Etika Akuntansi di Tengah Tekanan Target Keuangan
Profesi akuntansi sering dihadapkan pada dilema etika ketika perusahaan menetapkan target keuangan yang ambisius. Tekanan untuk mencapai target laba dapat memicu praktik manipulasi laporan keuangan yang berpotensi menyesatkan pemegang saham dan publik. Etika akuntansi hadir untuk menjadi landasan moral dalam menghadapi tekanan ini, karena akuntan dituntut menjaga integritas dan objektivitas dalam setiap pelaporan. Penelitian menegaskan bahwa perilaku tidak etis dalam akuntansi biasanya muncul akibat tekanan organisasi yang tinggi untuk memenuhi ekspektasi pasar dan pemegang saham (Svanberg & Öhman, 2016). Integritas seorang akuntan menjadi faktor penting dalam mencegah praktik yang menyimpang dari standar profesional. Ketika akuntan mengedepankan etika, mereka mampu menolak permintaan manajemen untuk melakukan rekayasa akuntansi seperti income smoothing atau manipulasi accrual. Keputusan etis yang diambil akuntan dapat melindungi reputasi perusahaan dalam jangka panjang, meskipun mungkin mengorbankan pencapaian target keuangan jangka pendek. Studi empiris membuktikan bahwa perusahaan dengan budaya etika yang kuat cenderung menghasilkan laporan keuangan yang lebih andal dan dipercaya investor (Kaplan et al., 2018).
Tekanan target keuangan juga sering menimbulkan konflik antara kepentingan pribadi, kepentingan perusahaan, dan kepentingan publik. Dalam kondisi ini, kode etik profesi akuntan seperti yang diterbitkan oleh International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA) menjadi acuan penting. Kode etik tersebut menekankan prinsip integritas, objektivitas, kompetensi profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional yang wajib dipatuhi akuntan. Penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap kode etik ini mampu menekan risiko terjadinya fraud serta memperkuat kepercayaan pasar terhadap profesi akuntan (Pflugrath et al., 2007). Selain kode etik, faktor lingkungan organisasi juga sangat memengaruhi perilaku etis akuntan. Perusahaan yang menekankan budaya kepatuhan dan transparansi akan memberikan dukungan lebih kuat bagi akuntan untuk menolak praktik tidak etis. Sebaliknya, perusahaan yang hanya berorientasi pada pencapaian laba sering kali mendorong akuntan untuk melanggar prinsip etika. Riset di berbagai negara berkembang menunjukkan bahwa tekanan organisasi yang kuat untuk mencapai target laba dapat melemahkan komitmen etis akuntan, sehingga meningkatkan risiko manipulasi laporan keuangan (Latan et al., 2019).
Tantangan etika dalam akuntansi semakin kompleks dengan hadirnya teknologi digital dan tuntutan transparansi global. Investor dan regulator kini lebih mudah mengakses data keuangan, sehingga praktik tidak etis akan lebih cepat terdeteksi. Hal ini menuntut akuntan untuk tidak hanya memahami standar teknis, tetapi juga menginternalisasi nilai etika dalam setiap keputusan profesional. Studi terbaru menunjukkan bahwa akuntan yang memiliki orientasi etika tinggi lebih mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang penuh tekanan, dan tetap menghasilkan laporan keuangan yang kredibel (Bailey et al., 2022). Secara keseluruhan, etika akuntansi menjadi fondasi utama dalam menjaga kredibilitas laporan keuangan meskipun ada tekanan target keuangan. Akuntan dituntut untuk menegakkan integritas, berpegang pada kode etik profesi, serta menolak intervensi yang berpotensi menyesatkan publik. Dengan menjunjung tinggi etika, akuntan tidak hanya melindungi kepentingan perusahaan, tetapi juga kepentingan masyarakat luas. Pemahaman yang mendalam tentang pentingnya etika akan membekali mahasiswa akuntansi dan para praktisi untuk tetap profesional di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.
Referensi:
Bailey, C., Hodge, F., & Hunton, J. (2022). Ethics and accounting in a digital age. Accounting, Organizations and Society, 93, 101201. https://doi.org/10.1016/j.aos.2021.101201
Kaplan, S. E., Samuels, J. A., & Thorne, L. (2018). The effect of social and ethical identity on auditors’ judgments. Behavioral Research in Accounting, 30(2), 99–114. https://doi.org/10.2308/bria-52012
Latan, H., Jabbour, C. J. C., & Lopes de Sousa Jabbour, A. B. (2019). Whistleblowing intentions in the face of wrongdoing: A moderated mediation model of ethical climate and organizational commitment. Journal of Business Research, 98, 324–336. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.02.045
Pflugrath, G., Martinov-Bennie, N., & Chen, L. (2007). The impact of codes of ethics and experience on auditor judgments. The British Accounting Review, 39(5), 556–575. https://doi.org/10.1016/j.bar.2007.05.002
Svanberg, J., & Öhman, P. (2016). Auditors’ identification with their clients and its effect on auditors’ objectivity. The British Accounting Review, 48(4), 395–408. https://doi.org/10.1016/j.bar.2016.01.002
Comments :