Market-based and Location-based Scope 2 Emissions (Part 3)
Pada Part 1 dan Part 2 telah saya jelaskan mengenai kategori carbon emission dan cara penghitungannya dengan menggunakan dua metode, yaitu location-based dan market-based. Pasti kita kembali bertanya, dari kedua metode penghitungan itu, mana yang sebaiknya kita gunakan?
Penghitungan karbon (carbon accounting) harus berfokus pada keakuratan, maka sebaiknya fokus pertama kita adalah penghitungan scope 2 carbon emissions berbasis pasar, karena penghitungan ini lebih spesifik untuk perusahaan kita. Namun, secara umum saya menyarankan untuk tidak menggunakan pengukuran scope 2 carbon emissions berbasis pasar, dan sebagai gantinya saya menyarankan kita menghitung scope 2 carbon emissions menggunakan metode berbasis lokasi. Alasannya adalah:
- Energi listrik pada suatu jaringan tidak dapat dibedakan berdasarkan asal usulnya. Bahkan jika entitas secara sukarela membeli kredit energi terbarukan (RECs) atau instrumen lainnya, kontrak ini tidak secara mendasar mengubah atau mengurangi emisi entitas tersebut, juga tidak memutuskan entitas itu dari jaringan listrik kecuali entitas secara khusus (dan ini jarang terjadi) menggunakan energi listrik dengan pembangkit listrik yang dikelola oleh entitas sendiri. REC, pembelian energi terbarukan, dan kredit karbon lainnya dapat diperhitungkan dalam inventaris karbon (GHG inventory) perusahaan kita, namun hal ini harus dinilai dan dilaporkan secara terpisah Dalam GHG inventory perusahaan, dan tidak diperhitungkan dalam scope 2 carbon emissions dari listrik yang dibeli.
- Di sebagian besar jaringan listrik maju, seperti negara Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan negara lain, membeli atau memasang energi terbarukan tidak akan memutuskan sambungan entitas kita dari jaringan listrik lokal. Sebaliknya, listrik yang dihasilkan sistem energi terbarukan yang kita hasilkan, dapat dijual atau dimasukkan kembali ke jaringan listrik, seringkali melalui pengukuran bersih. Kita masih mengkonsumsi dan menggunakan jaringan listrik (kecuali sistem energi terbarukan Anda menggerakkan baterai di lokasi atau dapat melakukan penyimpanan energi), dan semua orang yang termasuk dalam jaringan listrik yang sama dapat berbagi manfaat tambahan energi bersih untuk sistem listrik kita. Dengan car aini, sistem energi terbarukan kita dapat mengurangi intensitas karbon dari keseluruhan jaringan, yang pada akhirnya dapat diperhitungkan dalam faktor intensitas emisi rata-rata agregat dari jaringan tersebut. Itulah yang dapat kita gunakan untuk penghitungan scope 2 carbon emissions berbasis lokasi.
Cara untuk melakukan carbon accounting dan penghitungan carbon emissions
Saat ini, ribuan Perusahaan kelas dunia, termasuk Amazon, Apple, Google, Levi’s, Netflix, Unilever, Walmart, dan banyak lagi lainnya, telah mempraktikkan penghitungan karbon (carbon accounting) dan pengukuran emisi di scope 1, 2 & 3. Kemampuan entitas dalam menghitung dan mengurangi emisi secara transparan telah menjadi sebuah hal yang sangat penting karena dalat dijadikan indikator untuk reputasi merek dan tanggung jawab lingkungan entitas tersebut.
Entitas biasanya memilih untuk bekerja sama dengan pakar keberlanjutan (sustainability) dan menggunakan software, alat, dan metode penghitungan karbon yang fleksibel, komprehensif, dan mudah digunakan untuk membantu tim keberlanjutan mengumpulkan data dengan lebih mudah, melibatkan pemangku kepentingan, berbuat lebih banyak untuk mitigasi carbon emissions dan memahami jejak emisi (carbon footprint) mereka.
Gambar diambil dari:
Greenhouse Gas Emissions – CDD – City of Cambridge, Massachusetts (cambridgema.gov)
Referensi:
What is carbon accounting? What is Carbon Accounting? | IBM
The CO2lumnist: Market versus location-based scope 2 emissions. The COâ‚‚lumnist: Market versus location-based scope 2 emissions (robeco.com)
Comments :