Pada part 1 tulisan saya mengenai scope 2 carbon emission, saya akan lanjutkan penjelasan saya mengenai scope 2 carbon emissions: Location-based dan market-based.

Carbon Accounting adalah metode untuk menginventarisasi, menghitung, dan melaporkan emisi gas rumah kaca (GRK) suatu organisasi. Karena hampir setiap perusahaan menggunakan listrik dari perusahaan listrik setempat, scope 2 carbon emission dari listrik yang dibeli merupakan bagian penting dari jejak karbon setiap organisasi. Menurut Protokol Gas Rumah Kaca (GHG Protocol), yang merupakan standar internasional untuk penghitungan karbon, ada dua metode untuk menghitung emisi GRK scope 2 carbon emission dari listrik: berbasis lokasi (location-based) dan berbasis pasar (market -based).

Location-based Scope 2 carbon emissions: Location-based

Carbon emisions berbasis lokasi ini tidak memperhitungkan Renewables Obligation Certificates (ROC). Emisi ini hanya bergantung pada total energi yang dikonsumsi oleh perusahaan dan intensitas karbon dari jaringan listrik setempat (hal ini juga dapat diperluas ke jaringan pemanas/uap/pendingin). Oleh karena itu, metode ini telah memperhitungkan penggunaan energi listrik di malam hari ketika tidak ada tenaga surya atau tenaga angin yang tersedia, namun entitas masih menggunakan dan mengambil daya dari jaringan listrik.

Dalam kasus datacenters.com, scope 2 carbon emissions berbasis lokasi ini menunjukkan penggunaan entitas akan intensitas karbon tahunan dari jaringan listrik di Inggris.

Scope 2 carbon emissions berbasis lokasi adalah emisi yang dihitung berdasarkan intensitas emisi rata-rata jaringan listrik lokal.

Location-based Scope 2 CO2e GHG Emissions = kWh of electricity used  x  Local grid emissions factor

Catatan ini mengasumsikan datacenter.com memerlukan pasokan listrik yang konstan sepanjang tahun. Jika mereka mampu menyesuaikan penggunaan listrik dengan keluaran energi terbarukan, maka emisi berbasis lokasi ini akan menjadi lebih rendah.

Inti dari metode penghitungan scope 2 carbon emissions berbasis lokasi adalah bahwa setiap orang yang berada dalam jaringan listrik yang sama adalah setara. Kita semua menggunakan listrik yang sama dari sumber pembangkit yang sama, jadi kita semua harus menghitung emisi berdasarkan intensitas emisi rata-rata dari jaringan listrik lokal tersebut. Tidak ada yang mendapat perlakuan khusus, dan setiap orang berbagi jejak emisi jaringan listrik secara pro rata berdasarkan jumlah listrik yang mereka konsumsi.

Fasilitas industri besar mungkin mengonsumsi listrik jauh lebih banyak dibandingkan tempat pangkas rambut di lingkungan sekitar, namun berdasarkan CO2e per kWh, mereka harus memperlakukan emisi dari konsumsi energi mereka dengan cara yang sama.

Scope 2 carbon emissions: Market-based

Scope 2 carbon emissions berbasis pasar adalah emisi yang dihitung berdasarkan kontrak pembelian atau perjanjian energi tertentu. Berbeda dari scope 2 carbon emissions berbasis lokasi, scope 2 carbon emissions berbasis pasar ini akan memperhitungkan ROC. Oleh karena itu, perusahaan dapat mengurangi scope 2 carbon emissions mereka dengan menggabungkan energi terbarukan yang telah mereka beli dan intensitas karbon yang lebih rendah. Hasilnya, scope 2 carbon emissions berbasis pasar di datacenters.com akan mendekati nol. Jadi, metode berbasis pasar ini memungkinkan perusahaan untuk mengklaim emisi energi terbarukan. Daripada menggunakan faktor emisi untuk jaringan listriknya, perusahaan tersebut dapat mengklaim “net zero electricity.”

Market-based Scope 2 CO2e GHG Emissions = kWh consumed  x  Contract source emissions factor

Berbeda dengan metode berbasis lokasi di mana setiap orang di jaringan listrik diperlakukan sama sebagai pelanggan, metode berbasis pasar berfokus pada masing-masing organisasi dan aktivitas kontraknya di pasar energi.

Catatan – kecil kemungkinannya akan menjadi nol karena masih terdapat intensitas karbon yang tidak nol terkait dengan energi terbarukan. Meskipun secara signifikan lebih rendah dibandingkan sumber bahan bakar fosil mana pun.

Lalu, mana yang sebaiknya kita gunakan? Mari kita baca Part 3 ya

 

Gambar diambil dari:

renewable energy-free pics – Bing images

 

Referensi:

UK electricity generation records its greenest year in 2020. UK electricity generation records its greenest year in 2020 (power-technology.com).