Apakah COVID-19 Telah Memberikan Pengaruh atas Investasi di Teknologi Digital?

Pandemi telah memaksa perusahaan untuk menyesuaikan proses produksi dan operasional mereka dengan dinamika penahanan penularan virus COVID-19 (OECD 2021). Penyesuaian besar-besaran untuk bekerja dari rumah (work from home / WFH), misalnya, telah secara dramatis mengubah tempat dan cara karyawan melakukan pekerjaan mereka (Bartik et al. 2020). Pada saat yang sama, terjadi juga gangguan rantai pasokan, keterlambatan produksi, dan penurunan drastic permintaan konsumen akan barang; yang ini semua telah menciptakan banyak ketidakpastian baru. Dengan kondisi ketidakpastian ini, tentu saja investor cenderung mengurangi atau menunda investasi, dan kemudian telah mendorong investasi dalam teknologi baru.

Apakah perusahaan berinvestasi dalam teknologi digital?

Sejak awal pandemi, hampir setengah dari semua Perusahaan, telah berinvestasi dalam teknologi digital seperti perangkat keras, perangkat lunak, atau infrastruktur digital. Perusahaan yang lebih besar jauh memiliki kemampuan sumber daya yang lebih besar untuk berinvestasi. Perusahaan-perusahaan di bidang informasi dan komunikasi, pendidikan, dan kesehatan, kemungkinan besar telah mempercepat investasinya. Namun, Perusahaan dalam sektor konstruksi, transportasi, dan lainnya, termasuk sektor yang sulit bekerja dari rumah, sehinggi perusahaan sektor ini cenderung tidak berinvestasi pada periode COVID-19. Bisnis sektor akomodasi dan makanan merupakan sektor yang sangat terpengaruh oleh gangguan permintaan selama PSBB/lockdown. Mayoritas perusahaan besar berpendapat bahwa pandemi telah menjadi akselerator digitalisasi sehingga mereka dengan cepat berinvestasi di teknologi digital.

Kondisi yang menyebabkan para karyawan bekerja dari rumah merupakan salah satu pendorong penting untuk memperbarui infrastruktur digital. Pandemi tidak hanya memaksa perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap krisis kesehatan; itu juga mempercepat difusi dan penggunaan teknologi digital, terutama kondisi bekerja dari rumah dan menahan semua aktivitas masyarakat untuk dilakukan dari rumah. Dengan investasi ini, segala perubahan terkait proses kerja perusahaan dan pengaturan kerja yang lebih fleksibel akan menjadi pola kerja baru yang tetap ada secara permanen (Baldwin 2020, Barrero et al. 2021).

Gambar diambil dari:

https://thinkmarketingmagazine.com/wp-content/uploads/2015/11/Investment-and-Technology-Conference-to-be-held-on-Tuesday-24th-of-November.jpg

Referensi:

Baldwin, R (2020), “Covid, hysteresis, and the future of work”, VoxEU.org, 29 May.

Barrero, J M, N Bloom and S J Davis (2021), “Why Working from Home Will Stick”, NBER Working Paper No. 28731.

Bartik, A, Z Cullen, E Glaeser, M Luca and C Stanton (2020), “How the COVID-19-crisis is reshaping remote working”, VoxEU.org, 19 July.

OECD (2021), OECD Employment Outlook 2021: Navigating the COVID-19 crisis and Recovery, OECD Publishing, Paris.

Linda Kusumaning Wedari S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CLI., CSRA.