Akuntabilitas yang Terlalu Rendah dan Informasi yang Terlalu Banyak, Merugikan Badan Amal

Skandal keuangan adalah pelanggaran besar kepercayaan bagi perusahaan mana pun, tetapi jika menyangkut sektor nirlaba, peristiwa semacam itu bisa menjadi bencana besar. Bagaimana organisasi berkomunikasi dengan donor setelah kejadian seperti itu adalah kunci untuk bertahan hidup. Namun seringkali juga, badan amal dan organisasi nirlaba kemudian mengungkapkan informasi yang berlebihan, yang mungkin juga memperburuk ketidakpercayaan dan bahkan, memicu kecurigaan dari para donor. Singkatnya, memberikan terlalu banyak informasi, sebetulnya juga dapat menyebabkan lebih banyak kerugian bagi organisasi itu.

Dalam hubungan saling percaya ini, masing-masing donor sebenarnya mengharapkan badan amal bertindak dengan tepat dan menggunakan dana yang disumbangkan secara efektif. Namun pada kenyataannya, kegiatan amal ini rentan karena donor memiliki sedikit kendali atas tindakan amal yang dilakukan oleh sector nirlaba.

Mencabut kembali kepercayaan (trust)

Hubungan yang rapuh antara badan amal dan donor individu, yang dapat dirusak secara permanen oleh anggapan kurangnya akuntabilitas, prevalensi berbagai skandal dan peristiwa negatif.

Pengungkapan akuntansi dapat menjadi bagian dari ‘upaya perbaikan kepercayaan’ badan amal, dan informasi akuntansi yang berbeda, memiliki potensi kontradiktif dalam memperbaiki kepercayaan donor individu setelah terjadinya peristiwa negatif. Ketika dihadapkan dengan peristiwa negatif, badan amal mungkin perlu menyesuaikan pengungkapan akuntansinya dengan berbagai jenis donor individu, dan bukannya mengadopsi pendekatan satu jenis pengungkapan informasi yang sama untuk berbagai jenis donor.

Ketika terjadi skandal dipublikasikan, badan amal sering mengungkapkan informasi akuntansi dalam bentuk laporan, situs web, media sosial, buletin, dan email, untuk mencoba menunjukkan akuntabilitas dan mencoba memperbaiki kepercayaan donor. Tetapi proses akuntabilitas seperti ini sebenarnya dapat menghambat proses tersebut, karena mengabaikan profil masing-masing donor dan alasan yang mereka miliki untuk menyumbang.

 

Pentingnya memahami jenis donor

Terdapat tiga topik utama yang mempengaruhi apakah dan bagaimana informasi akuntansi dapat berperan dalam memulihkan kepercayaa, yaitu: karakteristik dan pengalaman donor; persepsi donor tentang peristiwa negatif; dan bagaimana donor memproses informasi akuntansi.

Selain itu, terdapat tiga jenis donor individu masing-masing dengan dasar kepercayaan utama yang berbeda dalam beramal.

  • Kelompok pertama adalah para donatur yang bernalar, yang memercayai badan amal individu berdasarkan kompetensi.
  • Kelompok kedua adalah pendonor emosional, yang memercayai badan amal individu berdasarkan integritas;
  • Kelompok ketiga adalah para donor generalis, yang memercayai lembaga-lembaga sektor amal.

Untuk ketiga kelompok donor ini, informasi akuntansi yang diungkapkan dalam menanggapi peristiwa negatif dapat memperbaiki kerusakan kepercayaan donor berbasis kompetensi dan mendukung kepercayaan berbasis lembaga di sektor amal. Namun informasi akuntansi ini mungkin sulit membantu memperbaiki kerusakan kepercayaan kelompok donor berbasis integritas. Hal ini karena para donor memiliki dasar yang berbeda untuk memercayai badan amal, jadi memahami bagaimana pengungkapan akuntansi dapat memperbaiki kepercayaan memerlukan analisis jenis donor yang berbeda daripada memperlakukan mereka sebagai kelompok pemangku kepentingan yang homogen.

 

Referensi:

Linda Kusumaning Wedari, S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CLI., CSRA