Tokenisasi Komoditas Pertanian sebagai Solusi Traceability dan Tantangan Pencatatan Akuntansi
Perkembangan teknologi blockchain telah membuka peluang besar untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam rantai pasok pertanian. Salah satu inovasi yang muncul dari teknologi ini adalah tokenisasi komoditas pertanian, yaitu proses mengubah komoditas fisik seperti kopi, beras, kakao, atau teh menjadi representasi digital dalam bentuk token pada blockchain. Token-token ini memungkinkan setiap unit komoditas ditelusuri asal-usulnya, pergerakannya, serta perubahan kualitasnya secara real-time melalui ledger terdistribusi yang tidak dapat diubah (Bosona & Gebresenbet, 2023). Konsep ini sangat relevan bagi sektor pertanian yang kerap menghadapi permasalahan terkait keaslian produk, penipuan mutu, dan rendahnya transparansi dalam rantai distribusi.
Tokenisasi memberi manfaat besar dalam hal traceability, terutama untuk produk pertanian bernilai tinggi atau yang memerlukan sertifikasi tertentu seperti organik, fair trade, atau halal. Dengan blockchain, setiap tahapan perjalanan komoditas, mulai dari petani, pengumpul, pabrik pengolahan, hingga distributor, dapat dicatat secara permanen. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan konsumen, tetapi juga memperkuat posisi petani dalam ekosistem bisnis karena data yang tercatat tidak dapat dimanipulasi oleh pihak manapun. Namun, di balik berbagai keunggulan tersebut, muncul tantangan signifikan dalam aspek pencatatan akuntansi, terutama terkait pengakuan, pengukuran, dan pelaporan token digital sebagai representasi aset fisik (Alles & Gray, 2023)
Tantangan pertama adalah menentukan klasifikasi akuntansi dari token komoditas. Apakah token yang merepresentasikan hak atas komoditas fisik harus dicatat sebagai persediaan, instrumen keuangan, atau aset tidak berwujud? Klasifikasi ini memengaruhi perlakuan akuntansi selanjutnya, seperti metode penilaian dan pengakuan pendapatan. Karena belum ada pedoman resmi dari IFRS atau PSAK yang mengatur tokenisasi komoditas, perusahaan harus menggunakan penilaian profesional yang kuat untuk menentukan perlakuan yang paling mencerminkan substansi ekonomi.
Tantangan kedua adalah terkait pengukuran nilai token. Nilai komoditas pertanian sering berubah mengikuti kondisi pasar, musim, dan kualitas panen. Ketika komoditas ditokenisasi, fluktuasi harga dapat tercermin secara langsung dalam nilai token. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait pemilihan model pengukuran: apakah menggunakan biaya historis atau nilai wajar? Jika nilai wajar digunakan, perusahaan harus memastikan bahwa pasar tempat token diperdagangkan memiliki likuiditas dan transparansi yang memadai untuk menghasilkan nilai yang andal.
Selain itu, verifikasi keberadaan aset fisik (existence) menjadi isu penting dalam audit. Auditor perlu memastikan bahwa setiap token benar-benar didukung oleh komoditas fisik yang ada di gudang atau fasilitas penyimpanan. Proses ini memerlukan integrasi antara bukti digital dari blockchain dan bukti fisik melalui inspeksi lapangan, sehingga menuntut auditor memahami teknologi blockchain dan sistem kontrol internal yang berkaitan dengan tokenisasi.
Terakhir, tokenisasi komoditas pertanian menuntut adanya pengungkapan (disclosure) yang jauh lebih detail dalam laporan keuangan. Perusahaan harus menjelaskan metode valuasi token, risiko pasar, model bisnis tokenisasi, dan mekanisme pengawasan terhadap komoditas digital tersebut (Aksoy & Satı, 2025). Tanpa pengungkapan yang memadai, laporan keuangan berpotensi menyesatkan pengguna laporan seperti investor atau kreditur.
Dengan demikian, tokenisasi komoditas pertanian merupakan inovasi penting yang dapat meningkatkan transparansi rantai pasok, tetapi juga membawa kompleksitas baru dalam praktik akuntansi. Agar teknologi ini dapat diadopsi secara luas, diperlukan standar akuntansi yang jelas serta peningkatan kompetensi profesional akuntansi dalam memahami aset digital dan ekosistem blockchain.
Referensi:
Aksoy, D. M., & Satı, Z. E. (2025). Tokenization of Real World Assets: An Agricultural Token System Implementation Based on Blockchain Architecture. The Journal of Applied Engineering and Agriculture Sciences, 2(1).
Alles, M. L., & Gray, G. L. (2023). Hope or hype? Blockchain and accounting. The International Journal of Digital Accounting Research, 19. https://doi.org/10.4192/1577-8517-v23_2
Bosona, T., & Gebresenbet, G. (2023). The Role of Blockchain Technology in Promoting Traceability Systems in Agri-Food Production and Supply Chains. Sensors, 23(11). https://doi.org/10.3390/s23115342
Comments :