Psikologi Keuangan: Bagaimana Emosi Mengendalikan Keputusan Investasi
Dalam dunia investasi, sering muncul anggapan bahwa keputusan investasi diambil secara rasional berdasarkan data dan analissi. Namun realitanya investor seringkali melibatkan emosi seperti ketakutan dan keserakahan yang justru menjadikan keputusan tidak didasari oleh rasionalitas. Behaviour finance menjelaskan bagaimana emotional bias memengaruhi investor bisa menyebabkan pasar kolaps atau membentuk gelembung keuangan saat euforia membumbung tinggi seperti yang terjadi pada era dot‑com. Investopedia mencatat bahwa fear and greed adlaah kekuatan yang seringkali memicu fluktuasi pasar secara besar sehingga menggerakan investor untuk bertindak impulsif (Hayes, 2023). Dalam konteks perilaku investor, emosi seperti overconfidence dan herd instinct seringkali lebih mendominasi dibandingkan analisis fundamental, saat pasar naik investor cenderung mengikuti tren tanpa menilai risiko, sebaliknya saat pasar turun investor cenderung panik. Penelitian behavioral finance oleh Mahmood (2024) menunjukkan bahwa bias perilaku menyebabkan investor melakukan trading berlebihan tanpa evaluasi nilai intrinsik aset.
Kemampuan individual dalam mengenali dan mengelola emosi juga berperan besar dalam mengambil keputusan investasi, R Annapurna & Savitha Basri (2024) menemukan bahwa emotional intelligence dapat berpengaruh signifikan dalam mengurangi pengaruh bias seperti herd mentality dan overconfidence, artinya investor yang mampu mengendalikan emosinya cenderung membuat keputusan yang lebih seimbang berdasarkan data. Teori klasik mengenai bagaimana individu menilai risiko dan manfaat secara emosional juga menjadi acuan penting dalam psikologi keputusan. Prospect theory dari Kahneman and Tversky (1979) menjelaskan bahwa rasa sakit akibat kerugian jauh lebih kuat dibandingkan kegembiraan karena keuntungan sehingga investor cenderung menghindar dari rugi daripada mengejar untuk meskipun secara objektif bisa merugikan dalam jangka panjang. Selain itu affect heuristic atau pendekatan keputusan berbasis perasaan menunjukkan bahwa manusia cenderung menilai risiko dan manfaat berdasarkan perasaan terhadap situasi bukan fakta Studi menyimpulkan bahwa jika emosi terhadap suatu aset positif maka risiko dianggap rendah padahal objektivitas mungkin berkata sebaliknya.
Memahami psikologi keuanganbukan hanya penting untuk investor individu, tetapi juga penting bagi pengembang produk dan penasihat keuangan agar investor tidak terperangkap dalam bias emosional. Maka dari itu literasi finansial perlu difokuskan pada pemahaman bias psikologis Teknik seperti automated reminders untuk meninjau portofolio secara periodik serta pendekatan diversifikasi dan strategi jangka panjang dapat membantu mengurangi dampak emosi dan menjaga alur investasi tetap stabil
Referensi:
Hayes, A. (2023). Financial Markets: When Fear and Greed Take Over. Investopedia. https://www.investopedia.com/articles/01/030701.asp
Kahneman, D., & Tversky, A. (1979b). Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk. Econometrica, 47(2), 263. https://doi.org/10.2307/1914185
Mahmood, F., Arshad, R., Khan, S., Afzal, A., & Bashir, M. (2024). Impact of behavioral biases on investment decisions and the moderation effect of financial literacy; an evidence of Pakistan. Acta Psychologica, 247, 104303. https://doi.org/10.1016/j.actpsy.2024.104303
R Annapurna, & Savitha Basri. (2024). The influence of emotional intelligence and behavioural biases on mutual fund churning frequency: Evidence from India. Acta Psychologica, 248, 104426–104426. https://doi.org/10.1016/j.actpsy.2024.104426
Comments :