Finansial Well-Being adalah kondisi dimana seseorang memiliki kendali atas keuangan hariannya, memiliki katahanan dalam guncangan finansial, serta berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan keuangan (CFPB, 2015). Konsep ini menekankan bahwa kesejahteraan finansial tidak hanya berbicara mengenai memiliki banyak uang, tapi lebih tentang keseimbangan antara kebutuhan sehari hari, ketahanan, serta pemenuhan tujuan jangka panjang. Era digital semakin menguatkan relevansi financial well-being melalui fintech dan aplikasi e-banking yang memudahkan pematauan keangan secara real time. Namun, peningkatan akses digital juga membawa tantangan berupa kemudahan akses transaksi yang mengakibatkan perilaku konsumtif bahkan masuk ke dalam jebakan kredit digital. Penelitian oleh Yue et al. (2021) menunjukkan bahwa meskipun digital finance membantu inklusi, akses mudah ke rekening pribadi, dan akses pada pinjaman dapat menjadi pisau bermata dua yang menyebabkan krisis keuangan.

Choung et al. (2023) menekankan pentingnya literasi keuangan digital kini makin diperhitungkan dalam menentukan finansial well-being, penelitian dari menemukan bahwa literasi finansial secara digital dapat berkontribusi signifikan terhadap kesejahteraan finansial individu. Lebih jauh literasi ini terbukti lebih berpengaruh dibanding sekadar pengetahuan finansial yang umum. Proses pengukuran kesejahteraan finansial sebaiknya bersifat multidimensi dan menggabungkan aspek objektif dan subjektif. Framework dari UNSGSA (2021) merekomendasikan penilaian berdasarkan empat komponen utama yaitu keuangan harian, ketahanan, tujuan, dan tingkat kepercayaan diri finansial Model ini memungkinkan skor keseluruhan yang komprehensif dan mencerminkan realitas pengguna

Teknologi digital pada saat ini membuka jalan untuk mengukur dan memperbaiki kesejahteraan finansial melalui pendekatan personal dan sudah terotomatisasi. Aplikasi budgeting, robo advisor, dan dashboard  keuangan memungkinkan penggna memantau pengaluaran dan mengatur dana darurat. Pengguna juga dapat mengevaluasi arus kas mereka secara mendalam, hal ini membantu transformasi keuangan menjadi aktivitas reflektif, bukan hanya reaktif.

 

Referensi:

Choung, Y., Chatterjee, S., & Pak, T. (2023). Digital financial literacy and financial well-being. Finance Research Letters, 58, 104438. https://doi.org/10.1016/j.frl.2023.104438

Consumer Financial Protection Bureau. (2015). Financial well-being: What it means and how to help. Retrieved from https://files.consumerfinance.gov/f/201501_cfpb_digest_financial-well-being.pdf

UNSGSA. (2021). Measuring financial health. Retrieved from https://www.unsgsa.org/sites/default/files/resources-files/2021-11/Measuring-Financial-Health-note-v2.pdf

Yue, P., Korkmaz, A. G., Yin, Z., & Zhou, H. (2021). The rise of digital finance: Financial inclusion or debt trap? Finance Research Letters, 47, 102604. https://doi.org/10.1016/j.frl.2021.102604