Buy Now Pay Later kini menjadi sebuah kebiasaan yang tak terpisahkan dari kegiatan kita dalam belanja di platform digital. Platform E-Commerce seringkali memunculkan pembayaran dalalm bentuk angsuran tanpa bunga dalam waktu beberapa minggu pada menu check out nya. Model ini sangat menarik bagi konsumen yang mengutamakan fleksibilitas keuangan dan kemudahan proses. Selain itu model ini juga dianggap sebagai alternatif yang lebih cepat dibandingkan kartu kredit tradisional karena tidak memerlukan aplikasi panjang atau pemeriksaan kredit yang kompleks (MILLER & Daily, 2025). Namun di balik kemudahan itu terdapat sebuah ancaman serius tentang potensi hutang baru dan perilaku konsumtif yang berlebihan. Berita dari Guardian telah menyoroti kisah seorang konsumen dari Amerika Serikat yang memiliki hutang BNPL yang menumpuk hingga US$30.000 di samping hutang kartu kredit yang berjumlah US$88.000 saat melakukan renovasi rumah (Aratani, 2025). Hal ini menggambarkan bagaimana sistem BNPL dapat mempengaruhi konsumen dalam mengabaikan akumulasi hutang jangka pendek dikarenakan fokusnya terhadap pola pembayaran yang kecil.

Penelitian dari Federal Reserve Bank menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki keterlambatan pembayaran BNPL memiliki kemungkinan tinggi untuk rentan secara finansial. Data empiris menjelaskan bahwa 96% pengguna BNPL yang terlambat membayar setidaknya memiliki satu indikator ketidaksejahteraan finansial dibandingkan hanya 86% pada mereka yang tepat waktu membayar (Hayashi & Routh, 2025). Meskipun begitu, beberapa laporan menyatakan bahwa BNPL bukanlah sumber krisis langsung untuk ancaman hutang konsumen. Laporan CFPB menunjukkan bahwa tingkat gagal bayar BNPL relatif rendah, yakni sekitar 2 persen antara tahun 2019‑2022 dibandingkan rata‑rata 10 persen untuk kartu kredit tradisional. Namun beratnya penggunaan berlebihan tetap menjadi perhatian karena dapat memicu konsumen untuk terbawa dalam lingkaran kredit tak terkendali, terutama jika mereka memiliki banyak tagihan kredit lainnya

Selain data statistik yang sudah dipaparkan, Brewer & Arber (2025) menyoroti sisi psikologis dan demografi pengguna BNPL, penelitian mereka mengemukakan bahwa banyak konsumen yang memiliki umur muda belum memahami sepenuhnya syarat peminjaman seperti frekuensi pembayaran , jumlah cicilan, dan dampaknya pada credit score. Hal ini meningkatkan potensi kesalahpahaman dan kepercayaan yang berbahaya terhadap sistem kredit hanya karena terlihat sederhana. Para profesional di dunia keuangan telah menyuarakan peringatan bahwa BNPL berpotensi menjadi jebakan utang yang disebut “Predatory” dikarenakan konsumennya bisa terjebak dalam tren pengeluaran impulsif yang sulit dilacak balasannya (Business, 2025). Namun di sisi lain laporan lain menyebut bahwa BNPL adalah alternatif kredit yang melengkapi sistem, bukan ancaman sistemik, karena struktur pembayaran yang otomatis dapat mencegah gagal bayar yang besar

 

Referensi:

Brewer, Z., & Arber, A. (2025). Risk Perception on Buy-now, Pay-later Platforms. Technology Science. https://techscience.org/a/2025022502

Business, F. (2025, August 9). Financial expert warns young Americans against “buy now, pay later” plans as shopping tactic growing in popularity. New York Post. https://nypost.com/2025/08/09/business/financial-expert-warns-young-americans-against-buy-now-pay-later-plans-as-shopping-tactic-growing-in-popularity

Hayashi & Routh. (2025, June 12). “How did I get approved for $30,000?”: is buy now, pay later headed for a fall? The Guardian; The Guardian. https://www.theguardian.com/us-news/2025/jun/12/buy-now-pay-later-fall

Financial Constraints Among Buy Now, Pay Later Users. (2019). Kansascityfed.org. https://www.kansascityfed.org/research/economic-review/financial-constraints-among-buy-now-pay-later-users

MILLER, H., & Daily, I. B. (2025, August 22). Affirm Keeps Taking Share In Booming “Buy Now, Pay Later” Market. Investor’s Business Daily. https://www.investors.com/research/the-new-america/affirm-stock-afrm-stock-bnpl-market-growth-q4-earnings-2025