Di zaman yang membuat individu dapat saling berkoneksi secara online, perusahaan mengandalkan teknologi kolaborasi virtual dengan istilah “Remote Work”. Kondisi ini menguji bagaimana budaya kerja dalam tetap terbentuk ketika interaksi tatap muka tidak lagi dilakukan di wilayah kantor. Studi dari microsoft terhadap lebih dari 61 Ribu karyawan, mereka membuktikan bahwa jaringan kolaborasi menjadi lebih statis dan terkota karena hilangnya jembatan informal antara tim-tim yang sebelumnya mudah dijalin saat bkerja di kantor secara onsite (Yang, 2021). Guna menjaga produktivitas dan kekompakan tim, perusahaan memadukan model kerja hybrid dengan strategi budaya kerja yang sengaja diukur. Studi dari Ghar (2025) menemukan adanya potensi peningkatan produktivitas dan fleksibilitas mekipun kolaborasi kerja dilakukan secara daring, studi ini diperkuat oleh artikel dari Indiana Wesleyan University yang menyebutkan bahwa (Cawthorn, 2025). Kolaborasi virtual pun memerlukan kerangka komunikasi yang solid. Praktik terbaik mencakup sesi brainstorming rutin, penggunaan teknologi kolaborasi tingkat lanjut seperti papan ide interaktif dan breakout rooms digital serta acara sosial online untuk membangun emosional connection. Mereka juga menyebutkan bahwa pendekatan tersebut mempu menggantikan kebiasaan yang hilang secara perlahan.

Produktivitas dapat dijaga agar tetap tinggi jika budaya saling percaya dan kolaborasi dibangun dengan kesadaran, Kazi (2025) menunjukkan bahwa saat karyawan merasa dapat mengandalan tim, mereka 8,2 kali lebih mungkin memberikan usaha yang ekstra. Hal ini menunjukkan bahwa budaya kerja di era remote butuh pondasi kepercayaan yang kuat. Namun budaya kerja ini memiliki risiko isolasi danerosi budaya ketika tim terlalu terfragmentasi yang mengakibatkan pekerja remote kehilangan interaksi sosial dan profesional yang biasa terjadi di kantor serta lambat menyampaikan informasi esensial karena kurangnya komunikasi sponta. Singkatnya membangun budaya yang kuat di kala bekerja secara remote work tidak hanya membicarakan soal sistem atau alat digital, hal yang lebih perlu diperhatkan adalah membina budaya kolaborasi yang sadar dan didukung oleh aspek komunikasi, kepercayaan, dan akses pemanfaatan data yang inklusif.

 

Referensi:

Cawthorn, A. (2025). The Future of Remote Work: How Businesses Are Adapting to a New Normal. Indwes.edu; Indiana Wesleyan. https://www.indwes.edu/articles/2025/02/the-future-of-remote-work-how-businesses-are-adapting-to-a-new-normal?image=&utm_source=chatgpt.com

Kazi, C. (2025, May 20). Remote Work Productivity Study: Surprising Findings From a 4-Year Analysis. Great Place to Work®; Great Place To Work. https://www.greatplacetowork.com/resources/blog/remote-work-productivity-study-finds-surprising-reality-2-year-study

Yang, L., Holtz, D., Jaffe, S., Suri, S., Sinha, S., Weston, J., Joyce, C., Shah, N., Sherman, K., Hecht, B., & Teevan, J. (2021). Author Correction: The effects of remote work on collaboration among information workers. Nature Human Behaviour, 6(1), 164. https://doi.org/10.1038/s41562-021-01228-z