Krisis Lingkungan dari Limbah Tekstil

Tahukah kalian, dulu ada perspektif atau opini lama yang mengatakan: “Populasi sedikit, kebutuhan sedikit, namun sumber daya melimpah”. Memang ada limbah yang dapat didaur ulang secara alami, sebagian besar dapat terurai secara hayati. Sayangnya, setelah munculnya revolusi industri, muncul berbagai jenis limbah yang seringkali tidak dapat terurai secara hayati dan mengandung bahan sangat berbahaya. Proses produksi industry selalu dikaitkan dengan beberapa bentuk pencemaran dan jenis limbah yang dihasilkan pada setiap tingkat pengolahannya.

Setelah plastik dan kertas, tekstil merupakan sumber limbah terbesar ketiga di banyak negara. Bahkan, per 2022, terdapat 92 juta ton limbah tektile yang dihasilkan seluruh dunia setiap tahunnya. Menurut data yang dirilis oleh The Indian Textile Journal, diperkirakan lebih dari 1 juta ton tekstil dibuang setiap tahun. Diprediksi, pata tahun 2050, limbah tekstil ini akan mencapai 300 juta ton seluruh dunia, dimana angka ini akan menjadi lebih besar dari sampah plastic (Thinkconscious, 2022).

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk ikut berpartisipasi dalam mengurangi limbah textile.

  1. Beli pakaian lebih sedikit (buy less): Mencegah pemborosan tekstil dimulai dengan membeli pakaian lebih sedikit dan seperlunya. Kunci untuk mewujudkannya adalah memperpanjang umur pakaian yang sudah kita miliki. Tentunya, ini artinya, kita perlu merawat pakaian kita dengan baik, mengikuti label perawatan pencucian akan meningkatkan masa pakai pakaian tersebut.
  2. Beralih ke ekonomi sirkular: Tidak seperti ekonomi linier, ekonomi sirkular mempromosikan perbaikan, regenerasi, dan penggunaan kembali produk, sebagai ganti ekonomi manufaktur-pakai-buang. Ini bahkan bisa dilakukan di rumah, misalnya mendaur ulang produk textile menjadi gorden atau mendaur ulang kemeja menjadi sarung bantal yang lucu. Menyumbangkan pakaian lama ke bank tekstil atau toko amal setempat adalah salah satu cara terbaik untuk membuang pakaian lama Anda karena sudah didaur ulang dan dibuang dengan benar.
  3. Hemat: Saat orang memahami situasi yang mengkhawatirkan, mereka memilih pakaian bekas atau apa yang kita sebut dengan berhemat. Dengan cara ini, kita dapat menerapkan gaya hidup dengan biaya lebih murah. Juga, kita dapat menjual pakaian kita ke toko barang bekas lokal atau online.
  4. Pilih pakaian yang berkelanjutan: Daripada membeli pakaian poliester, rayon, atau nilon yang murah, pilihlah investasi yang lebih baik seperti kain 100% katun, bambu, atau linen yang terurai sepenuhnya sebagai kain organik.
  5. Mode penanda yang efisien: Penggunaan warna solid saat memproduksi garmen secara massal, mode penanda lebih efisien akan dapat menghasilkan limbah kain yang lebih sedikit.
  6. Penggunaan pewarna berkualitas baik: Pencelupan melibatkan penggunaan banyak bahan kimia yang tidak dapat terurai secara hayati, mengganti pewarna sintetis tersebut dengan pewarna berkualitas baik akan membuat perawatannya lebih mudah sebelum dibuang dan tidak akan mencemari lingkungan.

Referensi:

Paramitha, Tasya. 2022. Dunia Hasilkan 92 Juta ton Limbah Tekstil Setiap Tahun. https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1479252-dunia-hasilkan-92-juta-ton-limbah-tekstil-tiap-tahun

Think conscious. 2021. https://thinkconscious.id/bukan-lagi-plastik-limbah-tekstil-menjadi-penyumbang-sampah-terbanyak/

Gambar diambil dari :

https://1.bp.blogspot.com/–6S8c2hEm7g/YGKfdIp71MI/AAAAAAAASxM/09kq-gj1OukkpUlOXngNgNYM0HQNPwjNwCLcBGAsYHQ/w640-h426/textile-waste-1.jpg

Linda Kusumaning Wedari S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CLI., CSRA.