Historical Cost versus Fair Value

Untuk memahami evolusi akuntansi dari sistem berbasis biaya historis menjadi sistem yang sangat bergantung pada akuntansi nilai wajar (fair value), penting bagi kita untuk meninjau bagaimana akuntansi akrual itu sendiri telah berkembang selama bertahun-tahun.

Agar sesuai dengan standar akuntansi yang paling banyak diterima dikembangkan di seluruh dunia, laporan keuangan umumnya harus disusun berdasarkan metode akuntansi akrual. Tetapi dalam banyak kasus, terutama dengan bisnis yang lebih kecil, pelaporan keuangan berbasis kas dapat diterima dengan baik, karena penggunaan laporan keuangan lebih terbatas hanya untuk memantau aktivitas keuangan atau untuk melaporkan pendapatan yang diterima ke bank sehubungan dengan pinjaman. Dengan menggunakan akuntansi basis kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan beban dicatat pada saat dibayarkan. Dengan akuntansi akrual, waktu pengakuan pendapatan dan beban berbeda. Pendapatan dicatat saat diperoleh, yang mungkin terjadi sebelum atau setelah kas diterima. Demikian juga, biaya dan/atau kewajiban dicatat pada saat manfaat telah diterima, seperti pada saat jasa telah diberikan oleh vendor atau barang telah diterima. Akuntansi akrual adalah dasar dari semua standar akuntansi yang umum digunakan di dunia. Tetapi akuntansi akrual telah mengalami banyak perubahan dan perubahan itu tidak terbatas pada peningkatan penggunaan akuntansi nilai wajar (fair value).

Untuk sebagian besar sejarah akuntansi, pelaporan keuangan didasarkan pada biaya historis, di mana aset yang dibeli dilaporkan sebesar jumlah yang dibayarkan untuk aset tersebut, dikurangi akumulasi penyusutan jika perlu. Prinsip serupa digunakan untuk aset dan liabilitas lainnya, yang secara tradisional dilaporkan sebesar nilai nominal dari utangnya. Akuntansi nilai wajar, sebaliknya, bergantung pada prinsip asset harus dilaporkan pada jumlah yang mencerminkan nilai aset tersebut, bukan jumlah yang dibayarkan entitas untuk aset tersebut. Demikian pula dengan liabilitas, nilai wajarnya sama dengan jumlah yang terhutang kepada vendor atau bank.

Setelah pengamatan awal, pengaruh nilai wajar tampaknya berpotensi membuat nilai aset lebih besar daripada kewajiban. Investasi dalam saham yang dibeli bertahun-tahun lalu seharga $1.000 yang sekarang bernilai $100.000 terlihat jauh berbeda ketika akuntansi nilai wajar digunakan.

Argumen untuk dan menentang akuntansi nilai wajar telah berlangsung selama ini bertahun-tahun. Argumen utama yang mendukung penilaian semua aset dan kewajiban pada nilai wajar saat ini adalah bahwa ini memberikan informasi dengan nilai terbesar bagi sebagian besar investor dan banyak pembaca laporan keuangan auditan lainnya. Akuntansi nilai wajar dapat memberikan gambaran yang lebih terkini tentang kondisi keuangan suatu perusahaan daripada akuntansi biaya historis.

Argumen yang mendukung pelaporan aset dengan biaya historis adalah pengakuan biaya itu bersifat subjektif. Tidak seperti akuntansi nilai wajar, yang memerlukan penggunaan pertimbangan yang ekstensif dan seringkali membutuhkan keahlian khusus. Akuntansi biaya historis biasanya bersifat objektif sehingga lebih mudah untuk dibuktikan.

Linda Kusumaning Wedari, S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CLI., CSRA