Pembelian kembali saham adalah salah satu dari empat cara utama perusahaan dapat menggunakan uangnya, termasuk berinvestasi dalam operasi, membeli perusahaan lain, dan membayarkan uang sebagai dividen kepada investor.

Dalam tulisan ini, saya akan menjelaskan mengenai pembelian kembali saham (share buyback) sebagai lanjutan tulisan sebelumnya berjudul Share Buyback (Part 1) dan Share Buyback (Part 2) yang bisa anda baca disini dan disini.

Pada bagian tulisan ini, saya akan menjelaskan bagaimana share buyback dapat mempengaruhi laporan keuangan, kelemahan dari aktivitas share buyback, serta sebuah pandangan mengenai baik buruk share buyback.

Share Buyback Mempengaruhi Laporan Keuangan

Aktivitas share buyback memiliki efek yang jelas pada laporan laba rugi perusahaan, karena akan mengurangi saham yang beredar. Share buyback tidak memengaruhi item baris laporan laba rugi dalam artian, tidak dicatat sebagai beban, melainkan hanya mempengaruhi angka EPS yang dipublikasikan dan dilaporkan di bawah laba bersih.

Share buyback tidak hanya akan mempengaruhi laporan laba rugi, tapi juga dapat mempengaruhi laporan keuangan lainnya. Di neraca, share buyback akan mengurangi kepemilikan kas perusahaan dan pastinya juga ke total asetnya, sesuai dengan jumlah uang tunai yang dikeluarkan untuk pembelian kembali. Pembelian kembali secara bersamaan juga akan menyusutkan ekuitas pemegang saham di sisi pasiva dengan jumlah yang sama. Akibatnya, metrik kinerja seperti pengembalian aset (ROA) dan pengembalian ekuitas (ROE) biasanya meningkat setelah pembelian kembali saham.

Perusahaan umumnya akan menentukan jumlah kas yang dihabiskan untuk pembelian kembali saham dalam laporan pendapatan triwulanan mereka. kita juga dapat melihat jumlah kas yang dibelanjakan untuk share buyback dari laporan arus kas di bagian aktivitas pendanaan, dan dari laporan perubahan ekuitas atau laporan laba ditahan.

Dari penjelasan ini dapat kita lihat bahwa aktivitas share buyback akan mempengaruhi laporan keuangan.

Kelemahan Share Buyback

Aktivitas share buyback oleh perusahaan emiten umumnya dimaksudkan untuk menjadi daya dorong meningkatkan harga sahamnya.

Investor sebenarnya juga harus berhati-hati dalam analisis dampak share buyback, karena tidak ditutup kemungkinan kalau aktivitas share buyback bisa dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk melakukan manipulasi. Perusahaan yang melakukan share buyback dapat bertujuan untuk menunjukkan pertumbuhan laba per saham yang cepat yang mungkin saja tidak sesuai dengan kinerja perusahaan yang sesungguhnya.

Apakah share buyback baik atau buruk?

Sama seperti bentuk investasi lainnya, jawaban mengenai aktivitas investasi perusahaan tidak bisa ditebak dengan tepat karena tidak ada seorangpun yng mengetahui dengan pasti motivasi perusahaan emiten melakukan share buyback. Jika perusahaan benar-benar memiliki uang tunai untuk cadangan, dan sahamnya bisa dibilang undervalued, maka share buyback bisa menjadi cara yang baik untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Tetapi ada kalanya, share buyback  dilakukan perusahaan ketika harga sahamnya mahal, ada baiknya pertanyaan ini langsung ditujukan ke perusahaan tersebut.

Referensi:

  • Japantimes. 2021. Buybacks turn major Japan firms into nation’s whales as BOJ eases ETF purchases. https://www.japantimes.co.jp/news/2021/11/16/business/financial-markets/buybacks-japan-stock-market-whales/
  • Kontan. 2021. Sejumlah emiten lakukan buyback saham, berikut rekomendasi dari analis. https://investasi.kontan.co.id/news/sejumlah-emiten-lakukan-buyback-saham-berikut-rekomendasi-dari-analis
  • Megaw, Nicholas. 2021. US companies authorise more than $870bn in stock buybacks. https://www.ft.com/content/dd9a7b72-1f9b-4b66-ac75-200d1653ce6f
  • Reuters. 2021. Australia’s CBA returns record $7 bln in buyback and dividend as profit rebounds. https://www.reuters.com/world/asia-pacific/australias-cba-sets-record-44-bln-buyback-profit-rebounds-2021-08-10/

Image Sources: Google Images