Big Data dan Controller dan Akuntan Manajemen

Lingkungan bisnis di hampir seluruh area industri sedang terus berkembang dan berubah oleh teknologi informasi canggih yang berkembang pesat. Proses transformasi ini tentu saja memberikan konsekuensi luas pada struktur dan proses bisnis organisasi. Munculnya teknologi digital, seperti big data, diharapkan dapat mengubah aktivitas pekerjaan di berbagai profesi dan juga telah menciptakan pekerjaan yang sepenuhnya baru di seluruh sektor industri, seperti analisis big data, aplikasi pengembangan atau desain software. Akibatnya, persyaratan keterampilan baru yang harus dimiliki dalam beragam profesi sedang dibentuk. Hal inilah yang menyebabkan adanya kebutuhan yang lebih tinggi di luar sektor teknologi, akan tenaga kerja dengan keterampilan digital (Berger and Frey, 2016).

Munculnya big data diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya tantangan bagi profesi controlling dan akuntansi manajemen. Big data analytics dianggap bermanfaat, karena memungkinkan akuntan mendeteksi anomaly data dari sejumlah besar data, sebelum akuntan dapat menarik kesimpulan (John Walker,2014). Kemampuan untuk mendeteksi anomaly data ini, dapat membantu manajer untuk mengevaluasi dan mengelola bisnis mereka lebih tepat. Selain itu, manajer juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara membuat prediksi yang lebih baik dan keputusan yang lebih tepat (McAfee et al.,2012).

Untuk dapat menggunakan big data, perusahaan juga akan membutuhkan data yang berkualitas dan tenaga kerja yang mampu bekerja dengan informasi dari big data (McAfee et al., 2012). Banyak tugas controller dan akuntan manajemen juga terkait dengan data-intensif dalam mendukung proses pengambilan keputusan manajerial. Lingkungan bisnis yang semakin digital bersama dengan sejumlah besar data digital, ikut mendorong adanya tuntutan dari banyak perusahaan besar terhadap kelompok profesi ini untuk terus mengembangkan ketrampilannya terkait teknologi canggih seperti big data dan analitik bisnis. Volume data yang terus meningkat dan banyaknya sumber data merupakan tantangan besar bagi para controller dan akuntan manajemen dalam mejalankan pekerjaannya, terkait keterampilan analitik bisnis dan kompetensi untuk menangani data ini (Bhimani dan Willcocks, 2014).

Namun, kita juga perlu memahami bahwa peningkatan keahlian tambahan bagi controller dan akuntan manajemen juga tergantung pada ukuran perusahaan. Oleh karena itu, kita bisa berasumsi bahwa perusahaan yang sangat besar yang telah mengadopsi big data, mungkin lebih memilih untuk mempekerjakan seorang ahli seperti data scientist, daripada meningkatkan keterampilan controller perusahaan untuk melakukan tugas data analitik. Hal ini karena, seorang data scientist pasti memiliki keahlian penuh di bidang big data dan data analitik. Sementara di perusahaan berukuran medium, akan cenderung  memperluas tugas controller untuk mencakup tugas-tugas analisis data. Sementara untuk perusahaan berukuran kecil, karena kompleksitas aktivitas bisnis yang rendah dan ukuran data yang jauh lebih kecil, cenderung masih dapat mempertahankan karyawan yang bekerja tanpa perlu memiliki keterampilan analisis data.

Referensi:

  • Berger, T. and Frey, B. (2016), “Digitalisation, jobs and convergence in Europe: Strategies for closing the skills gap”, Oxford Martin School, available at: scale_digitalisation_report.pdf (eskills-scale.eu) (accessed 17 October 2021).
  • Bhimani, A. and Willcocks, L. (2014), “Digitisation, ‘big data’ and the transformation of accounting information”, Accounting and Business Research, Vol. 44 No. 4, pp. 469-490.
  • John Walker, S. (2014), Big Data: A Revolution That Will Transform How We Live, Work, and Think, Taylor and Francis, Milton Park.
  •  McAfee, A., Brynjolfsson, E., Davenport, T.H., Patil, D.J. and Barton, D. (2012), “Big data: the management revolution”, Harvard Business Review, Vol. 90 No. 10, pp. 60-68.

Image Sources: Google Images

Linda Kusumaning Wedari, S.E., M.Si., Ph.D.