Asal-Usul Emoji: Bahasa Populer Di Media Sosial
Setiap hari, jutaan orang di seluruh dunia menggunakan berbagai bentuk emoji dalam mengekspresikan rasa yang dialami via fitur chat atau konten. Mulai dari remaja yang mengirimkan emoji senyum kepada teman, orangtua yang memberi tanda jempol kepada anak, hingga publik umum yang memakai emoji hati di media sosial. Emoji telah menjadi bagian penting dari komunikasi digital modern yang mampu melengkapi kata-kata dengan simbol visual sederhana. Namun, tahukah kita dari mana sebenarnya emoji berasal? Bagaimana simbol kecil ini bisa berkembang dari sekadar gambar sederhana menjadi bahasa universal di era digital? Pertanyaan ini menarik untuk dibahas karena menyangkut hubungan teknologi, budaya, dan cara manusia berkomunikasi.
Emoji pertama kali muncul di Jepang pada akhir 1990-an. Shigetaka Kurita, seorang desainer di perusahaan telekomunikasi NTT DoCoMo, menciptakan kumpulan simbol berwarna 12×12 piksel untuk memperkaya komunikasi di ponsel. Tujuannya sederhana, “membuat pesan singkat lebih ekspresif tanpa harus menggunakan terlalu banyak kata”. Awalnya, emoji hanya berisi ikon dasar seperti wajah tersenyum, hati, matahari, dan awan. Namun, pengguna dengan cepat menyukai ide ini karena membantu menyampaikan emosi yang sulit ditulis dengan teks biasa. Inovasi kecil ini kemudian menyebar ke berbagai perusahaan telekomunikasi di Jepang dan menjadi ciri khas komunikasi digital di sana. Dari sinilah awal mula emoji perlahan mulai mendunia.
Seiring perkembangan teknologi, emoji keluar dari Jepang dan mulai dikenal secara global. Apple menjadi salah satu perusahaan besar yang memperkenalkan emoji ke pangsa pasar internasional ketika merilis iPhone dengan dukungan keyboard emoji. Langkah ini diikuti oleh Google, Microsoft, dan berbagai platform lainnya, sehingga emoji menjadi standar komunikasi lintas perangkat. Bahkan, Unicode Consortium, lembaga yang mengatur standar teks internasional, memasukkan emoji ke dalam sistem resminya. Hal ini memastikan bahwa emoji bisa tampil konsisten di berbagai platform dan sistem operasi. Remaja di berbagai negara mulai menggunakannya untuk menunjukkan identitas, sementara orangtua perlahan ikut terbiasa. Emoji pun resmi menjadi bagian dari bahasa digital secara global.
Selain untuk komunikasi pribadi, emoji juga mulai memiliki makna sosial dan budaya. Banyak emoji kini mewakili keragaman manusia, seperti warna kulit yang berbeda, gender, hingga simbol inklusivitas. Kehadiran emoji ini memberi ruang bagi orang-orang dari berbagai latar belakang untuk merasa terwakili dalam percakapan digital. Di sisi lain, emoji juga sering digunakan dalam kampanye sosial, iklan, bahkan politik, karena kekuatannya dalam menyampaikan pesan secara singkat dan langsung. Publik umum tidak hanya melihat emoji sebagai hiasan pesan, tetapi juga sebagai simbol budaya yang mencerminkan nilai-nilai zaman. Dengan kata lain, emoji telah berevolusi dari sekadar alat komunikasi menjadi cerminan identitas global.
Perkembangan emoji juga menghadirkan tantangan baru. Misalnya, tidak semua emoji terlihat sama di berbagai perangkat, karena desainnya bisa berbeda antara Apple, Samsung, atau WhatsApp. Hal ini kadang menimbulkan salah tafsir, terutama jika simbol yang sama terlihat berbeda di layar penerima. Selain itu, ada juga perdebatan tentang emoji baru mana yang seharusnya dimasukkan ke dalam Unicode, karena jumlahnya terus bertambah setiap tahun. Tantangan ini menarik bagi mahasiswa dan peneliti di bidang Computer Science, karena menunjukkan bagaimana standar teknologi bisa memengaruhi cara manusia berkomunikasi. Emoji bukan hanya soal desain, tetapi juga tentang bagaimana teknologi menghubungkan orang di seluruh dunia.
Pada akhirnya, emoji telah menjadi bahasa baru yang memperkaya komunikasi manusia di era digital. Ia lahir dari inovasi sederhana di Jepang, lalu menyebar hingga menjadi simbol universal yang dipahami lintas bahasa, usia, dan budaya. Bagi remaja, emoji adalah cara kreatif mengekspresikan diri; bagi orangtua, emoji adalah jembatan agar tetap nyambung dengan anak-anak mereka; dan bagi publik umum, emoji adalah sarana praktis untuk membuat pesan lebih hidup. Perkembangan emoji menunjukkan bahwa teknologi tidak hanya soal mesin, tetapi juga soal bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan cara baru dalam berkomunikasi. Maka, memahami asal-usul emoji membantu kita melihat bahwa inovasi kecil bisa membawa dampak besar dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi
- S. Stark and A. Crawford, Emoji Speak: Communications and Textuality in the Digital Age. Oxford: Oxford University Press, 2021.
- Unicode Consortium, “Emoji,” Unicode Standard, 2023. [Online]. Available: https://unicode.org/emoji/.
- J. Danesi, The Semiotics of Emoji: The Rise of Visual Language in the Age of the Internet. London: Bloomsbury Publishing, 2017.
September 2025
Penulis: Riccosan
*Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan hanya berfungsi sebagai artikel edukasi secara umum
Comments :