Bayangkan jika Anda bisa mengendalikan komputer atau perangkat elektronik hanya dengan pikiran. Brain-Computer Interface (BCI) adalah teknologi yang memungkinkan hal tersebut. BCI menciptakan jalur komunikasi langsung antara aktivitas listrik otak dan perangkat eksternal, misalnya komputer atau robot [1]. Dengan kata lain, sinyal otak ditangkap dan diterjemahkan menjadi perintah yang bisa dimengerti mesin [2].

Bagaimana cara kerjanya?

Otak menghasilkan sinyal listrik saat kita berpikir atau berniat bergerak. Sinyal ini ditangkap dengan elektroda yang dipasang di kepala (non-invasif) atau ditanam langsung di otak (invasif). Data sinyal kemudian diproses menggunakan algoritma AI sehingga bisa diterjemahkan menjadi aksi, seperti menggerakkan kursor atau lengan robot [2].

Contoh penerapan

  • Medis: BCI membantu pasien lumpuh untuk berkomunikasi atau mengontrol alat bantu. Misalnya, riset di UC Davis berhasil menerjemahkan sinyal otak pasien ALS menjadi ucapan dengan akurasi hingga 97% [2].
  • Movement Support Tools: Kursi roda elektrik atau lengan robot bisa dikendalikan hanya dengan pikiran [3].
  • Smart Home: Beberapa prototipe memungkinkan pengguna menyalakan lampu atau TV lewat sinyal otak, tanpa menyentuh tombol [3].

BCI (Brain-Computer Interface) dipandang mampu untuk memulihkan fungsi gerak dan komunikasi, bahkan kelak bisa meningkatkan kemampuan manusia melampaui batas normal [3]. Teknologi ini membuka peluang besar bagi penderita kelumpuhan atau gangguan saraf untuk bisa kembali berinteraksi mendekati level normal di dalam lingkungan secara lebih mandiri. Selain itu, BCI juga berpotensi diterapkan dalam bidang pendidikan, militer, dan hiburan untuk meningkatkan efisiensi dan respons manusia.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, para peneliti terus berupaya menjadikan perangkat BCI lebih praktis, ringan, dan mudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika perangkatnya semakin praktis dan aman, tidak mustahil teknologi ini akan digunakan luas layaknya ponsel pintar [2] untuk bisa mendukung dan menjamin kehidupan manusia. Bayangkan seseorang dapat mengendalikan perangkat elektronik hanya dengan pikiran, tanpa harus menyentuh atau berbicara. Namun, pengembangan BCI juga menimbulkan tantangan etis dan privasi yang harus dipertimbangkan dengan serius. Oleh karena itu, kolaborasi antara ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan teknologi ini digunakan secara bijak dan bertanggung jawab.

Tantangan Penerapan

Ada isu besar terkait etika dan privasi dari penerapan teknologi BCI, yaitu data otak manusia menyimpan berbagai memori ingat yang sifatnya sangat personal, sehingga butuh perlindungan yang sangat ketat agar tidak disalahgunakan. Dari sisi teknis, BCI invasif berisiko karena perlunya tindakan operasi, sedangkan non-invasif masih kurang akurat [3]. Saat ini, BCI masih dalam tahap eksperimen dan uji klinis dalam bentuk pengguna implan aktif di seluruh dunia bahkan masih di bawah 40 orang [1].

Secara potensi, BCI memberi gambaran masa depan di mana otak manusia bisa langsung berkomunikasi dengan mesin. Namun, untuk benar-benar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia, teknologi ini tentunya masih harus melewati berbagai penyesuaian dan tantangan teknis, etika, dan keamanan terlebih dahulu.

Daftar Pustaka

  1. U.S. Government Accountability Office. Brain-Computer Interfaces: Applications, Challenges, and Policy Options. 2024.
  2. N. A. Yehya. New brain-computer interface allows man with ALS to ‘speak’ again. UC Davis Health News. 2024.
  3. B. Becher. Brain Computer Interfaces (BCI). Explained. 2025.

Agustus 2025
Penulis: Gilbert Owen
*Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan hanya berfungsi sebagai artikel edukasi secara umum