Dark Mode Website Lebih Disukai Dibanding Light Mode, Kenapa?
Bagi banyak orang yang sering menggunakan gadget, pilihan antara dark mode dan light mode sudah menjadi hal yang akrab. Dark mode biasanya menampilkan latar belakang hitam atau abu-abu gelap dengan tulisan berwarna terang, sementara light mode menampilkan latar belakang putih dengan tulisan hitam. Meskipun awalnya hanya dianggap sebagai fitur tambahan, kini dark mode semakin populer di berbagai aplikasi, website, dan sistem operasi. Remaja sering menyukai dark mode karena tampilannya dianggap keren, modern, dan lebih nyaman dilihat di malam hari. Sementara itu, orangtua kadang masih terbiasa dengan light mode karena dianggap lebih jelas dan tradisional. Fenomena ini menarik untuk dipelajari karena menunjukkan bagaimana preferensi visual dipengaruhi oleh psikologi, kesehatan mata, hingga teknologi. Mengapa dark mode begitu digemari ??? Apakah benar lebih baik dibanding light mode???
Alasan pertama dark mode disukai adalah faktor kenyamanan mata. Saat menggunakan ponsel atau komputer di ruangan yang redup, layar dengan latar belakang putih cenderung menyilaukan dan membuat mata cepat lelah. Dengan dark mode, cahaya yang masuk ke mata menjadi lebih sedikit sehingga terasa lebih nyaman, terutama bagi mereka yang sering membaca atau bekerja pada malam hari. Bagi remaja yang sering menghabiskan waktu belajar online atau bermain media sosial, dark mode membantu mengurangi ketegangan mata. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa dark mode bisa membuat fokus lebih terjaga ketika membaca teks dalam waktu lama. Namun, tidak semua orang merasakan manfaat ini, karena sebagian justru merasa tulisan terang di atas latar gelap lebih sulit dibaca. Jadi, meskipun ada keuntungan nyata, preferensi tetap bergantung pada kenyamanan pribadi.
Selain kesehatan mata, dark mode juga dikaitkan dengan penghematan daya baterai. Perangkat dengan layar OLED atau AMOLED, seperti banyak smartphone modern, bisa mematikan piksel hitam sepenuhnya sehingga konsumsi daya berkurang. Artinya, semakin banyak warna hitam pada layar, semakin hemat energi yang digunakan. Hal ini membuat pengguna merasa praktis, terutama ketika bepergian dan sulit listrik untuk mengisi daya. Bagi orangtua yang mungkin lebih sering menggunakan ponsel untuk komunikasi atau membaca berita, fitur hemat daya ini bisa terasa sangat berguna. Bagi remaja, penghematan baterai berarti bisa lebih lama menggunakan media sosial atau bermain game. Meskipun begitu, pada layar jenis LCD, penghematan baterai tidak terlalu signifikan, sehingga manfaat ini lebih terasa pada perangkat tertentu saja.
Dari sisi desain dan estetika, dark mode sering dianggap lebih modern dan elegan. Banyak aplikasi dan website kini menawarkan mode gelap karena tampilannya dianggap lebih profesional dan sesuai dengan tren digital masa kini. Remaja sering menyukai tampilan ini karena terlihat lebih “kekinian” dan selaras dengan gaya hidup digital mereka. Sementara itu, orangtua mungkin awalnya merasa tidak terbiasa, tetapi lama-lama mulai menerima karena desainnya terasa nyaman untuk penggunaan jangka panjang. Bahkan, perusahaan teknologi besar berlomba-lomba untuk mengembangkan dark mode yang interaktif agar sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Pilihan estetika ini juga mencerminkan bagaimana teknologi tidak hanya soal fungsi, tetapi juga tentang pengalaman visual yang menyenangkan. Dengan kata lain, dark mode bukan sekadar fitur teknis, tetapi juga gaya hidup di dalam dunia digital.
Namun, perlu dicatat bahwa dark mode tidak selalu lebih baik dalam semua situasi. Pada kondisi cahaya terang, tulisan putih di atas latar belakang hitam bisa terasa kurang jelas dan menyulitkan sebagian orang. Light mode justru lebih baik digunakan di luar ruangan atau saat berada di tempat dengan pencahayaan cukup. Bagi orang yang memiliki gangguan penglihatan tertentu, seperti astigmatisme, dark mode malah bisa membuat huruf terlihat lebih buram. Oleh karena itu, pilihan terbaik adalah memberikan fleksibilitas kepada pengguna untuk beralih sesuai kebutuhan. Beberapa orang bahkan memilih untuk menggunakan kombinasi: dark mode pada malam hari dan light mode pada siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi sebaiknya menyesuaikan diri dengan kebiasaan manusia, bukan memaksakan satu standar tunggal.
Pada akhirnya, popularitas dark mode menunjukkan bagaimana teknologi berkembang mengikuti preferensi dan kebutuhan manusia. Fitur ini bukan hanya sekadar perubahan tampilan, tetapi juga membawa dampak pada kesehatan mata, daya baterai, hingga gaya hidup digital. Baik remaja, orangtua, maupun masyarakat umum memiliki pengalaman berbeda dalam memilih mode tampilan yang paling sesuai untuk mereka. Dark mode memang memberikan banyak keuntungan, tetapi light mode tetap relevan dalam situasi tertentu. Dengan adanya pilihan ini, setiap pengguna bisa menyesuaikan sesuai kenyamanan dan kebutuhan pribadi. Jadi, pertanyaan apakah dark mode lebih baik daripada light mode, sebenarnya tidak punya jawaban tunggal. Yang terpenting adalah memahami kelebihan dan kekurangan dari keduanya agar kita bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak sesuai preferensi dan kondisi personal.
Daftar Pustaka
- P. Sengsoon & R. Intaruk. Immediate Effects of Light Mode and Dark Mode Features on Visual Fatigue in Tablet Users. Int. J. Environ. Res. Public Health. Vol. 22(4), art. 609, 2025. DOI: 10.3390/ijerph22040609.
- Wikipedia contributors. Light-on-dark color scheme. Wikipedia, The Free Encyclopedia. 2025. Diakses dari: https://en.wikipedia.org/wiki/Light-on-dark_color_scheme. Diakses pada 24 Agustus 2025.
- A. Sprabary. Is dark mode better or worse for your eyes?. All About Vision. 2023. Diakses dari: https://www.allaboutvision.com/digital-eye-strain/is-dark-mode-better-for-eyes/. Diakses pada 25 Agustus 2025.
Agustus 2025
Penulis: Gilbert Owen
*Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan hanya berfungsi sebagai artikel edukasi secara umum
Comments :