Alumni Profile Daniel Adhinugraha W. - Direktur dari AdIns Center of Excellence (ACE).

Daniel Adhinugraha W. adalah lulusan BINUS University, ia menempuh S1 Manajemen Informatika (yang pada saat ini namanya sudah berganti menjadi Sistem Informasi) pada tahun 1990. Kemudian, Daniel melanjutkan ke program Magister Manajemen Sistem Informasi pada tahun 1997, di mana ia juga berkesempatan mengambil dual degree dari Curtin University of Technology di Perth, Australia. Saat ini, Daniel menjabat sebagai Direktur dari AdIns Center of Excellence atau sering disingkat ACE.

Perjalanan pendidikan Daniel di BINUS University dan peran penting BINUS dalam membentuk kesuksesan karir hingga saat ini.

Pada dasarnya, BINUS telah memberikan fondasi yang kuat bagi Daniel Adhinugraha W. untuk membangun kariernya sampai pada titik ini. Sekitar 10 tahun pertama dalam masa kerjanya, Daniel fokus menjadi seorang profesional di bidang Teknologi Informasi, khususnya di bidang Application Development. Ia menapaki karir dari seorang Programmer, menjadi Systems Analyst, Project Manager, sampai menjadi Department Head atau IT Manager. Namun seiring perjalanan karirnya di bidang Teknologi Informasi, Daniel mengamati hal baru dalam keseharian pekerjaannya. Makin lama ia makin percaya bahwa Teknologi Informasi hanya bisa menjadi alat yang powerful jika ditangani oleh orang yang tepat. "The man behind the gun," siapa orang yang memegang sebuah alat menjadi lebih penting dari alatnya sendiri. Contohnya, seorang fotografer dengan kamera smartphone yang mumpuni bisa menghasilkan foto yang jauh lebih bagus dan jauh lebih estetik dibandingkan seorang biasa-biasa saja yang memotret dengan kamera dan lensa paling mahal sekalipun. Kesadaran ini membuat Daniel mulai mengalihkan fokus ke bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, atau Human Resources Development. Bukan kebetulan juga kalau di sekitar tahun 2005-2006, pimpinan Daniel di AdIns memberi kesempatan padanya untuk memimpin sebuah proyek yang jenis kegiatannya sangat asing bagi mereka semua pada saat itu, yaitu program IT Management Trainee untuk salah satu klien mereka. Pada dasarnya, program ini meliputi proses rekrutmen dan training komprehensif selama 4 bulan dengan peserta lulusan baru atau fresh graduate IT dari seluruh Indonesia. Inilah pengalaman pertama Daniel secara langsung mengelola pengembangan manusia alih-alih pengembangan aplikasi, dan dari proyek ini perlahan-lahan fokusnya mulai pindah ke pengembangan SDM. Sampai saat ini, Daniel dipercaya memimpin unit bisnis yang memang fokus di bidang SDM ini.

Pengalaman berorganisasi Bapak Daniel selama berkuliah di BINUS University

Pada masa-masa kuliah Daniel Adhinugraha W., belum ada aturan mengenai kegiatan mahasiswa di luar perkuliahan seperti SKPI pada masa ini, sehingga ia juga tidak terlalu aktif berorganisasi pada masa itu. Namun, ada dua kegiatan yang ia geluti, dan dari keduanya ia bisa belajar banyak hal.

Yang pertama, Daniel aktif di Persekutuan Oikumene. Perlu dijelaskan bahwa ia bertumbuh dalam satu denominasi gereja yang sama sejak kecil sampai SMA, sehingga wawasannya terhadap denominasi gereja lain relatif terbatas. Namun, saat bergabung di PO ini, Daniel melihat dan belajar banyak tentang keberagaman dan bagaimana harus hidup dan mengelola keberagaman di sekitar dengan bijaksana. Teman-teman aktivisnya di PO Binus datang dari berbagai denominasi gereja, yang membuat mereka harus memikir ulang berbagai hal yang selama ini mereka anggap sudah pasti, karena keberagaman ini menuntut toleransi dan fleksibilitas yang lebih tinggi dari yang biasa dialami sehari-hari. Yang kedua, Daniel pernah menjadi volunteer di acara Academic Orientation atau yang dulu disebut Pekan Pra Kuliah (P2K). Di sini ia diminta untuk menjadi penanggung jawab salah satu kelas yang berisi sekitar 50 mahasiswa baru yang datang dari berbagai kota dengan latar belakang yang berbeda-beda, dengan berbagai karakter yang berbeda pula. Pada momen ini, Daniel mencoba sesuatu yang baru, yaitu berusaha membuka komunikasi yang aman dan nyaman dengan mahasiswa yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pada masa itu, biasanya kakak-kakak penanggung jawab kelas akan bersikap galak dan jutek kepada mahasiswa baru. Mungkin maksud mereka baik, yaitu agar timbul rasa hormat dan patuh kepada otoritas, namun menurut Daniel cara ini menimbulkan rasa kurang nyaman. Jadi, ia mencoba cara baru dengan bersikap ramah kepada mereka, setidaknya ia membuka ruang untuk komunikasi dalam kelas, untuk berdiskusi dalam memutuskan sesuatu, dan sebagainya. Ia tidak tahu apakah cara ini lebih baik atau lebih buruk, tapi setidaknya sampai akhir kegiatan P2K, kelas yang dipimpinnya tetap kompak dan berhasil menyelesaikan semua tugas yang diberikan. Rasanya itu dua hal paling menarik yang diingat Daniel dari kegiatannya di luar perkuliahan.


Cerita inspiratif selama perjalanan karir

Sebetulnya, pengalaman paling menarik selama Daniel Adhinugraha W. kuliah dan selanjutnya mengajar di Binus adalah interaksi dengan orang-orang hebat di dalamnya, dan bagaimana ia bisa belajar banyak dari mereka. Saat pertama kali datang ke Binus untuk mendaftar sebagai calon mahasiswa, Daniel diarahkan ke ruangan di pojok lantai 1 Gedung M kampus Syahdan. Saat ia masuk ke ruangan, ia melihat seorang bapak duduk di belakang meja pendaftaran bersama para staf PMB lainnya. Bapak ini tampak berbeda, karena beliau banyak bercerita dan berinteraksi dengan para calon mahasiswa. Cara beliau bercerita sangat menarik, karena saat itu beliau dengan berapi-api menyemangati para calon mahasiswa untuk berusaha keras menjadi yang terbaik selama kuliah di Binus. Kharisma beliau begitu kuat sampai para calon mahasiswa betah duduk berlama-lama di ruang PMB mendengarkan beliau sampai beliau permisi meninggalkan ruangan karena ada keperluan lain. Semangatnya itu benar-benar bisa dirasakan dan menular kepada para calon mahasiswa yang ada di ruangan pada saat itu. Belakangan, Daniel tahu bahwa beliau adalah Pak Joseph Wibowo. Pengalaman interaksi singkat dengan beliau itu begitu membekas bagi Daniel sampai hari ini, lebih dari 30 tahun kemudian, karena ia bisa melihat seseorang yang filosofinya, pemikirannya, dan perbuatannya semuanya selaras, sampai pada titik bisa dirasakan dan bisa mempengaruhi orang lain. Orang kedua di Binus yang membuat Daniel kagum adalah Bu Theresia Widia Soerjaningsih, atau biasa dipanggil Bu Widia. Selama kuliah, Daniel memang hampir tidak pernah berurusan langsung dengan beliau. Interaksi yang lebih intens justru terjadi saat ia lulus kuliah, tepatnya saat ia menyelesaikan kuliah S2-nya. Saat itu, sehari setelah sidang tesisnya, Daniel dihubungi oleh Binus dan ditawari kesempatan mengajar di Program Pascasarjana Binus. Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan olehnya, dan singkat cerita, di titik itu ia memulai perjalanan panjang selama sekitar 17 tahun sebagai Associate Lecturer di Program Pascasarjana Binus. Assignment pertama Daniel adalah mengajar kelas matrikulasi S2, jadi bukan mengajar mata kuliah di prodi S2, tetapi di kelas persiapan untuk masuk ke prodi S2 tersebut. Pada masa-masa inilah ia mulai banyak bertemu dan berinteraksi dengan Bu Widia. Pertemuan pertama Daniel sebagai dosen dengan beliau berjalan biasa-biasa saja, ia diperkenalkan sebagai dosen baru pada rapat dosen. Tidak ada yang istimewa. Yang istimewa dan membuat Daniel takjub adalah, sejak saat itu, setiap kali bertemu dengan Bu Widia, beliau memanggilnya dengan namanya, tidak pernah salah sekalipun. Saat itu, Daniel hanyalah dosen muda dengan pengalaman 0 tahun, tetapi Bu Widia mengingatnya hanya dengan sekali perkenalan, dan hal ini benar-benar berkesan baginya. Personal touch mungkin telah menjadi sesuatu yang mewah pada masa di mana semua hal diatur dengan angka dan ID, tetapi Bu Widia memberi contoh yang sangat membekas dalam hidup Daniel bahwa personal touch itu akan menjadi sangat berarti bagi penerimanya, sekecil apa pun itu. Tentu saja, banyak pribadi-pribadi lain di Binus yang tidak dapat disebut satu per satu yang juga menimbulkan kesan yang mendalam bagi Daniel, dan kepada setiap dari mereka, ia ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kontribusi mereka dalam membentuknya sebagaimana ia ada pada hari ini.

Latar belakang pekerjaan saat ini di PT Adicipta Inovasi Teknologi.

saat ini Daniel Adhinugraha W. dipercaya memimpin unit bisnis AdIns Center of Excellence atau sering disingkat ACE, sebuah anak perusahaan AdIns yang bergerak dalam penyediaan Human Resources Services dan Business Process Outsourcing. Fokus layanan ACE adalah untuk membantu klien-klien mereka melakukan rekrutmen SDM yang tepat dan mengelola mereka, khususnya untuk peran seputar Teknologi Informasi. Di samping itu, mereka juga memiliki berbagai layanan training untuk mempertajam kompetensi SDM di tempat klien mereka. Sedangkan AdIns sendiri adalah perusahaan penyedia solusi core system bagi industri Multi Finance, plus berbagai layanan dan aplikasi di seputar core system tersebut.

Mentor atau tokoh yang berpengaruh dalam karir Daniel

Meski Daniel Adhinugraha W. tidak mengidolakan satu atau beberapa orang, pada dasarnya ada sejumlah pribadi yang telah membawa pengaruh besar dalam hidupnya, meski ia tidak bisa menyebutkan satu per satu. Namun, tentu saja ada beberapa orang yang patut disebut secara khusus karena dampaknya yang signifikan dalam hidup Daniel. Salah satu pribadi itu adalah pimpinannya di AdIns, Bapak Guntur Gozali, yang saat ini menjabat sebagai Komisaris AdIns. Dari beliau, Daniel belajar banyak hal, yang terpenting adalah tentang nilai-nilai kehidupan dan bagaimana menghidupi nilai-nilai itu secara konsisten dalam kesehariannya.

Daniel dalam menghadapi tantangan atau hambatan dalam perjalanan karir

Daniel Adhinugraha W. selalu menekankan pentingnya mencari akar masalah, mencari alternatif solusinya, mempertimbangkan semua alternatif yang ada, dan menentukan serta melaksanakan alternatif terbaik yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Masalah yang sama yang terjadi pada saat berbeda bisa jadi membutuhkan jawaban berbeda. Untuk itu, Daniel percaya bahwa perlu untuk bersikap agile dan fleksibel, serta mau terus belajar agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Dan tentu saja, ia selalu mengingatkan untuk berdoa dan meminta pimpinan Tuhan senantiasa dalam segala yang dilakukan, agar segala yang dilakukan sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya dalam hidup.

Komunitas selain bekerja

Ada satu hal yang secara berkesinambungan dilakukan oleh Daniel Adhinugraha W. sejak sekitar 25 tahun lalu, yaitu aktif di dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Selama 25 tahun itu, Daniel tidak pernah berhenti meluangkan waktu untuk mengajar di berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan Tangerang, 17 tahun di antaranya di Binus, khususnya di kampus JWC dan Alam Sutera. Di luar sesi-sesi kelas rutin, Daniel juga senang mengisi berbagai seminar, talk show, atau kuliah tamu. Jika dihitung-hitung, ia sudah mengisi berbagai acara di lebih dari 40 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia dalam kurun waktu ini, baik mengajar mahasiswa Diploma, S1 dan S2, dan dalam beberapa kesempatan ia dipercaya mengajar para dosen juga. Selain mengajar, Daniel juga senang berdiskusi dengan para pendidik untuk secara berkesinambungan terus meningkatkan kualitas pengajaran di kampus dan sekolah. Bentuk riilnya misalnya diskusi review kurikulum atau Focus Group Discussion seputar materi pembelajaran dan aktivitas penunjangnya. Di luar pekerjaan dan dunia pendidikan, Daniel juga aktif di berbagai kegiatan gereja, yang dimulai sejak ia masih usia SMP.

Apa harapan/tujuan masa depan yang ingin dicapai baik dalam karir dan kehidupan pribadi.

Satu hal yang selalu dipegang teguh oleh Daniel Adhinugraha W. adalah bahwa hidup ini harus menjadi berkat. Pekerjaan harus menjadi berkat bagi orang lain, pelayanan harus menjadi berkat, dan keseharian harus menjadi berkat. Hal ini memang bukan tujuan jangka panjang, tetapi menjadi tujuan atau target harian dalam hidup. Daniel selalu mengingatkan hal ini setiap hari agar ada dorongan yang terus memotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam segala yang dilakukan.

Hobi dan minat.

Secara umum, Daniel Adhinugraha W. menyukai travelling untuk melepaskan diri sesaat dari rutinitas dan mencoba berbagai aktivitas baru, berkenalan dengan orang-orang baru, mencicipi makanan khas dari berbagai daerah, dan mempererat bonding dengan keluarga atau rekan-rekan perjalanan. Hobi lain yang masih ia jalani meskipun tidak terlalu ia seriusi adalah fotografi, dan kemanapun Daniel pergi, hampir tidak pernah ia meninggalkan kamera SLR-nya. Meskipun fotografi dengan smartphone sudah sangat berkembang saat ini, Daniel tetap merasa ada fleksibilitas yang hanya bisa didapat dari kamera SLR yang proper, meskipun tidak perlu yang mahal.

Membagi waktu dalam "Karir, Keluarga, dan Pekerjaan"

Pertanyaan ini menjadi menarik bagi Daniel Adhinugraha W., karena sejujurnya ia tidak memiliki rumus khusus dalam mengatur waktu. Prinsipnya adalah tetap fleksibel, dengan mengutamakan apa yang paling penting pada saat itu tanpa mengabaikan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Ada waktu-waktu di mana Daniel harus bekerja saat weekend atau di hari libur. Ia kerjakan saja tanpa terlalu banyak memikirkan tentang "ini hari libur saya" dan sebagainya, karena pada momen itu, menyelesaikan pekerjaannya dapat memiliki dampak besar bagi perusahaan. Daniel mengingat sebuah kejadian beberapa waktu lalu, di mana timnya meminta bantuan untuk melakukan wawancara dengan seseorang di pagi hari sebelum ia berangkat liburan siang harinya. Baginya, tidak masalah karena wawancara itu memang penting dilakukan pada saat itu. Namun, di kesempatan lain, Daniel mungkin akan meninggalkan pekerjaannya jika ada keperluan yang lebih penting di keluarganya atau dalam pelayanannya di gereja, tentu setelah memastikan bahwa semua pekerjaan di kantor bisa diselesaikan dengan baik olehnya atau oleh timnya, atau jika pekerjaan itu bisa ditunda. Satu hal yang penting bagi Daniel adalah untuk hidup dalam momen itu. Ia menjalani dan menikmati setiap momen dalam hidupnya, karena menyadari bahwa momen itu tidak akan kembali. Daniel tidak ingin terdistraksi oleh berbagai hal di sekitarnya, terutama gadgetnya. Ia menikmati kebersamaan saat makan atau berbincang dengan anggota keluarganya, atau saat melakukan perjalanan bersama mereka. Ia juga menikmati waktu bersama teman-temannya di kantor atau teman-teman lainnya.

Pesan-pesan untuk Binusian

Untuk teman-teman Binusian, jangan berhenti belajar dan jangan takut untuk mencoba hal baru. Kita harus tetap adaptif dengan dunia yang terus berubah dengan cepat dan konstan di sekitar kita.

Apakah Daniel bangga menjadi alumni BINUS University dan apakah merekomendasikan BINUS University sebagai salah satu universitas untuk calon-calon mahasiswa.

Tentu saja, menjadi alumni Binus merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi Daniel Adhinugraha W. Selain itu, ia juga akan terus merekomendasikan Binus sebagai salah satu universitas terbaik bagi calon mahasiswa.

1 Kalimat atau Harapan untuk BINUS University.

Teruslah menjadi berkat sesuai komitmen untuk membina nusantara, menyediakan solusi pendidikan dan pengembangan yang terbaik untuk generasi muda Bangsa Indonesia tercinta

=================

Stay connected with us on Instagram:
www.instagram.com/binusalumni