Alumni Profile Nico Alyus - Founder dan CEO di OMNIVR dan Digikagi

Nico Alyus, seorang alumni BINUS University yang menjalani pendidikannya pada tahun 2000 dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2004 pada jurusan Teknik Informatika. Saat ini, Nico menjabat sebagai Founder dan CEO di OMNIVR  dan Digikagi.

Pengalaman pendidikan Nico di BINUS University.
Pada tahun 2000, ketika Nico akan memulai perjalanannya di perguruan tinggi, informasi terkait pendidikan tidaklah sejelas yang tersedia saat ini. Pada masa itu, untuk mendapatkan informasi mengenai kuliah, Nico hanya bisa mengandalkan para alumni. Salah satu pengalaman yang paling mengesankan bagi Nico adalah ketika beberapa alumni dari beberapa universitas di Indonesia datang untuk memberikan sosialisasi di sekolah Nico di Palembang. Di antara para alumni yang hadir, yang paling membuat Nico terkesan adalah alumni dari Universitas BINUS. Minat Nico dalam dunia gaming telah ada sejak dulu, dan hal tersebut menjadi faktor penting dalam keputusan Nico dan beberapa temannya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas BINUS. Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk mengambil jurusan Teknik Informatika. Nico memilih jurusan ini karena keyakinannya bahwa bidang ini memiliki beragam penerapan yang luas. Namun, seiring berjalannya waktu, Nico menyadari bahwa pemikirannya mungkin sedikit keliru, dan terbersit pikiran bahwa ia salah jurusan. Memang sejak awal, minat Nico terhadap dunia game tidak semata-mata terfokus pada sisi pemrograman. Yang membuatnya tertarik adalah aspek visual, audio, dan kegembiraan yang dapat dirasakan oleh para pemain. Namun, selama tiga setengah tahun kuliah di Universitas BINUS, Nico mengalami tantangan  yang cukup besar. Jurusan Teknik Informatika ternyata tidak sesuai dengan harapan Nico. Namun demikian, berkuliah di jurusan Teknik Informatika membawa banyak manfaat bagi Nico, terutama dalam hal pembelajaran tentang logika. Ini adalah sesuatu yang dapat dijadikan kebanggaan oleh Nico dibandingkan dengan lulusan dari jurusan seni atau desain murni. Ketika berbicara tentang desain, konsep dan kreativitas memainkan peran utama, namun seringkali sulit untuk mengaplikasikannya secara logis. Berkat pendidikan dari jurusan Teknik Informatika, Nico memiliki pola pikir yang dapat menyatukan kedua hal tersebut. Bagi Nico, dia menggambarkan dirinya sebagai "my mind is logical  but my heart is artistic". Hal ini memberikan keunggulan baginya, karena sebelum meluncurkan suatu proyek, Nico dapat memikirkan secara logis bagaimana mewujudkannya. Menurutnya, hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian yang telah dia raih hingga saat ini.

Pengalaman berorganisasi di BINUS University.
Ketika masih menjadi mahasiswa di BINUS University, Nico pernah bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HIMTI) dan Bina Nusantara Computer Club (BNCC). Saat itu, Nico ingat bahwa UKM Binus Game Development Club (BGDC) belum ada. Alasan Nico bergabung dalam UKM adalah untuk mencari dukungan, terutama karena jurusan Teknik Informatika tidak sesuai dengan ekspektasinya. Nico berharap dapat menemukan lingkungan di mana minatnya bisa dikembangkan. Namun, sayangnya pada waktu itu belum ada UKM yang sesuai dengan minatnya. Berada di BINUS University, di mana tugas kuliah cukup menantang dan banyak, juga memakan waktu di luar jadwal perkuliahan, membuat Nico sulit untuk aktif dalam UKM. Meskipun demikian, karena Nico berasal dari Palembang dan tinggal di kos dekat kampus, Nico dan teman-temannya sering berkumpul di kosnya. Bagi mereka, kos tersebut menjadi semacam "Unit Kost Mahasiswa", tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman-teman dari berbagai jurusan. Meskipun tidak secara resmi menjadi anggota UKM, bagi Nico dan teman-temannya, kos tersebut menjadi UKM mereka sendiri. Nico yakin bahwa pengalaman kuliah dan persahabatan di BINUS University memberikan keunggulan yang jarang ditemui di tempat lain. Dia menganggap bahwa keunikan ini terletak pada beragamnya latar belakang budaya di antara mahasiswa, terutama bagi mereka yang datang dari luar Jakarta seperti Nico sendiri. Di BINUS University, Nico bertemu dengan orang-orang dari berbagai daerah dengan budaya yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari Sumatera dengan gaya bicara yang keras, sementara ada juga yang dari Jawa dengan cara bicara yang halus dan pelan. Namun, yang membuat Nico dan teman-temannya tetap bersatu adalah minat bersama terhadap dunia game. Menurutnya, hal ini menjadi sesuatu yang unik di BINUS University, di mana perbedaan budaya dan latar belakang tidak menghalangi persahabatan mereka yang terjalin melalui kesukaan yang sama terhadap teknologI.

Cerita atau pengalaman inspiratif.
Ada satu hal yang ingin Nico bagikan kepada semua teman Binusian, yang telah membentuk pemikirannya hingga saat ini. Mengejar mimpi itu memang sulit, mempertahankan mimpi lebih sulit, tetapi yang paling sulit adalah melepaskan mimpi. Ketika masih muda, kita cenderung melihat banyaknya kesempatan di depan mata. Namun, Nico merasa terkejut ketika mengetahui bahwa hanya 10% orang yang tahu persis apa yang mereka inginkan dan akan menjadi seperti apa hidup mereka. Sementara 90% sisanya akan tumbuh dan berkembang seiring waktu dan pengalaman, terkadang dengan mengambil inspirasi dari mimpi orang lain untuk membuatnya menjadi mimpi kita sendiri. Bagi Nico, awalnya tidak memiliki mimpi spesifik tidaklah menjadi masalah. Namun, ketika kita menemukan apa yang kita impikan, langkah berikutnya adalah mengejarnya. Contohnya, Nico memilih jurusan Teknik Informatika karena impian awalnya adalah bisa membuat game. Namun, seiring berjalannya waktu, impian-impian Nico terus berubah. Salah satunya adalah ingin menjadi seorang wartawan, karena dia aktif dalam majalah sekolah saat SMP dan SMA. Bahkan di tengah perkuliahan, Nico pernah memikirkan bahwa mungkin akan merasa lelah jika terus menjadi pengembang (developer) game seumur hidup, dan terkadang terlintas pikiran untuk membuka toko bakmi saja.
Bagi Nico, pemikiran bahwa mimpi bisa selalu berubah merupakan sesuatu yang penting. Bagi banyak orang, mengejar mimpi seringkali dianggap sebagai pencapaian akhir. Namun, Nico percaya bahwa ketika kita sudah mencapai mimpi kita, hidup tidak berakhir di situ. Ada fase di mana kita harus merelakan mimpi tersebut selesai, dan ini seringkali diabaikan oleh banyak orang. Misalnya, seseorang bermimpi menjadi pembuat game dan akhirnya berhasil mencapainya. Namun, ketika mereka menyadari betapa sulitnya membuat dan menjual game, mereka bisa merasa patah hati dan tidak tahu harus melakukan apa selanjutnya. Ini adalah contoh dari apa yang disebut sebagai "sunk cost fallacy", di mana seseorang terus berpegang pada investasi yang sudah mereka lakukan, meskipun itu tidak lagi menguntungkan bagi mereka. Nico menyarankan kepada semua Binusian untuk mempertimbangkan alternatif. Jika satu mimpi tidak terwujud, jangan takut untuk mencari opsi lain. Baginya, memiliki lebih dari satu rencana adalah kunci untuk menghadapi perubahan dan ketidakpastian dalam hidup. Sebagai individu, Nico selalu membuat rencana cadangan, karena dia percaya bahwa fleksibilitas adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan mencapai tujuan.

Latar belakang pekerjaan saat ini di OMNIVR dan Digikagi.
OMNIVR , yang dibangun oleh Nico pada tahun 2016, awalnya lahir dari keinginan untuk mengejar mimpi tanpa mempertimbangkan apakah itu menyelesaikan masalah konkret atau tidak. Pada saat itu, industri VR masih dalam tahap perkembangan, tanpa arah yang jelas. Nico dan rekan-rekannya menggunakan waktu pertama mereka untuk memahami pasar, kondisi pengembangan teknologi, dan menemukan bahwa ada permasalahan mendasar dalam industri ini. Dari sudut pandang produksi, mereka yakin bahwa produk VR memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut, karena menjanjikan pengalaman yang luar biasa.
Namun dari sisi konsumsi, terutama di pasar Indonesia yang memiliki potensi besar, muncul pertanyaan krusial: bagaimana cara memperkenalkan produk VR ini kepada khalayak luas? Akhirnya, Nico memutuskan untuk mengubah fokus OMNIVR  menjadi distributor. Namun, bukan sekadar dalam konteks jual beli produk. Mereka ingin mendistribusikan pengalaman VR secara luas, mengenalkannya kepada berbagai pihak mulai dari pemerintah, perusahaan, hingga siswa dan developer. Tujuan mereka adalah untuk memperluas pengetahuan dan penggunaan teknologi VR di Indonesia. OMNIVR memulai misi distribusinya pada tahun 2016 hingga 2017 dengan tekad untuk mengenalkan teknologi VR sebanyak mungkin kepada berbagai pihak. Meskipun mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami seluruh industri secara mendetail, mereka yakin bahwa pengalaman teknologi VR dapat membawa dampak positif jika didistribusikan secara luas dan efektif.
OMNIVR mengembangkan beberapa program untuk memperkenalkan teknologi VR kepada masyarakat. Salah satunya adalah pertemuan rutin bulanan, di mana mereka mengadakan sesi diskusi antara pengembang dengan pelaku industri untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi dalam industri VR. Pada tahun 2017 hingga 2019, OMNIVR juga membangun sebuah arcade mirip seperti timezone, tetapi dengan fokus pada pengalaman VR yang lebih tinggi daripada rental PS biasa. Upaya mereka membuahkan hasil, dengan berhasil memperkenalkan VR kepada sekitar 300 hingga 350 ribu pengguna baru dalam kurun waktu tiga tahun tersebut. Pada periode tersebut, jika seseorang mengunjungi mall atau pameran yang memiliki permainan VR, kemungkinan besar itu adalah produk dari OMNIVR.
Namun, tahun 2020 membawa tantangan baru dengan munculnya pandemi COVID-19 yang berdampak pada semua aspek bisnis, termasuk pasar OMNIVR. Untuk mengatasi hal ini, mereka berpikir untuk beralih dari model bisnis Business to Business (B2B) menjadi Business to Customer (B2C), dengan memanfaatkan teknologi virtual sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di era pandemi. Dalam pencarian solusi ini, Nico dan OMNIVR menemukan ide untuk menciptakan virtual human atau virtual youtuber. Virtual youtuber adalah konten yang mirip dengan konten yang dihasilkan oleh youtuber biasa, namun berbentuk virtual. Mereka tidak terlihat seperti manusia, tetapi lebih seperti karakter kartun yang dapat berinteraksi dengan penonton, melakukan obrolan, review makanan, lucu-lucuan, bahkan menyanyi. Konsep ini menarik minat target audiens di Indonesia dan secara global. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh OMNIVR dari tahun 2020 hingga 2023, jumlah pelanggan virtual youtuber di Indonesia mencapai lebih dari 30 juta subscriber. Hal ini menunjukkan bahwa konsep virtual youtuber memiliki potensi besar untuk pertumbuhan di masa mendatang. Oleh karena itu, OMNIVR memutuskan untuk membentuk sub divisi bernama Digikagi, yang berfokus pada pengembangan virtual human dan virtual youtuber.

Tugas dan tanggung jawab Nico sebagai Founder Digikagi dan apa yang memberdakan Digikagi dengan agensi lain
Sebenarnya, ide untuk menciptakan virtual human telah direncanakan oleh Nico sejak awal, mirip dengan bagaimana dia membangun OMNIVR pada awalnya. Nico dan timnya melakukan riset intensif dalam tahun pertama, mempelajari pasar, mengidentifikasi masalah yang ada, dan mencari solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh virtual youtuber. Dari riset yang dilakukan, beberapa poin unik berhasil ditemukan, yang kemudian menjadi poin kekuatan dari Digikagi dan membedakannya dari agensi-agensi serupa. Sedangkan agensi lain sering fokus pada manajemen orang atau influencer, Digikagi mengambil pendekatan yang berbeda dengan memposisikan dirinya sebagai manajemen penggemar. Mereka tidak hanya mengelola influencer, tetapi juga mengelola penggemar, dan memiliki data statistik tentang audiens mereka, termasuk preferensi dan perilaku mereka. Fokus utama Digikagi bukan hanya menghasilkan uang dari penggemar, tetapi juga membantu penggemar tumbuh dan berkembang. Mereka menyadari bahwa sebagian besar penggemar mereka adalah remaja dan mahasiswa, yang artinya mereka memiliki potensi pertumbuhan yang besar dan penghasilan yang masih terbatas. Oleh karena itu, Digikagi ingin membantu penggemar mereka belajar dan tumbuh tidak hanya sebagai penggemar influencer Digikagi, tetapi juga secara pribadi. Ini adalah upaya untuk memberdayakan komunitas penggemar mereka secara lebih luas dan meningkatkan nilai tambah yang mereka dapatkan dari Digikagi.
Selain itu, untuk mengatasi masalah keuangan dan konten yang lebih baik bagi virtual youtuber mereka, Digikagi memberikan bantuan dan dukungan. Namun, yang membuat Digikagi lebih stabil adalah karena inti dari perusahaan tersebut adalah OMNIVR sebagai perusahaan teknologi. Hal ini memungkinkan Digikagi untuk memiliki kapabilitas untuk mengembangkan produk-produk yang mungkin tidak bisa dibuat oleh agensi lain yang hanya fokus pada manajemen orang. Mereka dapat membuat aplikasi, konten digital, game, dan perangkat keras (hardware) yang dapat membantu produk digital mereka lebih terhubung dengan para penggemarnya. Dengan demikian, Digikagi memiliki keunggulan kompetitif dalam industri yang terus berkembang ini.

Bagaimana Digikagi memastikan bahwa produk digital yang mereka tawarkan adalah legal dan tidak melanggar hak cipta atau lisensi.
Digikagi sangat berhati-hati dalam menghadapi tantangan di era digital saat ini, terutama terkait dengan produk-produk yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Mereka menyadari bahwa HKI adalah aspek yang sangat rentan dan mungkin dihadapi oleh perusahaan mereka. Menurut apa yang dipelajari oleh Nico tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan pengalamannya yang telah sampai di pengadilan, salah satu hal yang sering diukur adalah niat atau intensi dari pihak yang terlibat. Digikagi memperhatikan bahwa di pasar Indonesia, kesadaran tentang pentingnya HKI dan perlindungan atas kekayaan intelektual masih rendah. Banyak yang masih menganggap bahwa HKI hanya sebatas logo atau merek dagang saja, padahal HKI mencakup aspek-aspek lain seperti hak cipta, paten, dan hak desain industri. HKI sebenarnya merupakan dukungan hukum dari apa yang telah dibangun oleh suatu perusahaan. Oleh karena itu, Nico dan timnya di Digikagi terus memperhatikan aspek HKI dalam semua produk dan layanan yang mereka tawarkan. Mereka sadar bahwa pengetahuan yang kurang tentang HKI bisa menyebabkan masalah di masa depan, dan mereka berusaha untuk mengedukasi pasar Indonesia tentang pentingnya perlindungan HKI. Selain itu, mereka juga siap menghadapi tantangan terkait HKI dengan mengandalkan bantuan hukum dan proses hukum jika diperlukan.
Digikagi sadar bahwa dalam industri yang berfokus pada fanbase, seringkali akan muncul fan art dan merchandise yang didasarkan pada IP yang mereka bentuk. Digikagi melihat ini sebagai bentuk kekaguman dari penggemar, bukan sebagai tindakan pembajakan. Mereka percaya bahwa penggemar yang membuat merchandise dari idol mereka hanya ingin mengekspresikan dukungan dan kecintaan mereka terhadap idola mereka, dan ini dianggap positif oleh Digikagi. Namun, ketika ada pihak-pihak yang mencoba memanfaatkan ini untuk mendapatkan keuntungan, Digikagi menganggap bahwa hal ini perlu untuk dibicarakan. Mereka sangat terbuka untuk berdiskusi tentang hal ini daripada melakukan pembajakan secara diam-diam. Digikagi memiliki sistem hukum yang kuat dan siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan jika ada tindakan pembajakan atau pelanggaran lain terhadap hak kekayaan intelektual mereka. Dalam menghadapi situasi seperti ini, Digikagi menganut asas musyawarah untuk mufakat. Mereka percaya bahwa diskusi dan kolaborasi adalah kunci untuk menemukan solusi yang baik bagi semua pihak yang terlibat. Dengan pendekatan ini, Digikagi berharap dapat menyelesaikan masalah dengan cara yang adil dan menghormati hak-hak semua pihak yang terlibat.

Mentor dan Tokoh yang berpengaruh dalam karir Nico
Nico memiliki dua mentor yang telah membantunya dalam perjalanan bisnisnya hingga saat ini. Mentor pertama ditemui Nico pada tahun 2004, di awal karir profesionalnya, sementara mentor kedua ditemukan pada tahun 2023. Jarak waktu 19 tahun antara dua mentor ini telah memberikan wawasan yang berharga bagi Nico dan membantunya terus berkembang. Kedua mentor ini mengajarkan pada Nico bahwa menjalankan bisnis bukanlah sesuatu yang selalu menyenangkan. Meskipun ada satu atau dua aspek dari bisnis yang bisa menjadi menyenangkan, seperti membuat game, namun ketika bisnis tersebut berkembang menjadi sebuah entitas yang besar, hal tersebut akan menjadi rutinitas yang membosankan. Hal ini termasuk memastikan bahwa pekerjaan rutin dijalankan setiap hari, mengawasi karyawan untuk memastikan tugas mereka diselesaikan, serta bekerja sama dengan perusahaan lain, mencari pelanggan, dan membangun jaringan dengan klien dan mitra lainnya. Meskipun pekerjaan tersebut bisa menjadi monoton, tetapi harus dilakukan karena merupakan bagian penting dari menjaga agar perusahaan tetap berjalan. Mentor-mantor Nico menekankan bahwa tidak boleh hanya tertarik pada aspek-aspek bisnis yang menyenangkan saja. Bisnis juga membutuhkan ketekunan, konsistensi, dan komitmen untuk menjalankan rutinitas yang kadang-kadang membosankan namun penting untuk kesuksesan jangka panjang perusahaan. Dengan demikian, Nico telah belajar untuk melihat bisnis secara holistik, tidak hanya fokus pada aspek-aspek yang menyenangkan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek yang lebih teknis dan rutin untuk menjaga keberlangsungan perusahaan.
Nico dapat berbagi pengalaman ini karena dia adalah seseorang yang sangat memperhatikan visi dan tujuan masa depan. Dia memiliki kemampuan untuk melihat potensi di industri-industri tertentu yang mungkin belum banyak dijamah oleh kompetitor dan percaya bahwa investasi pada industri ini akan menghasilkan keuntungan di masa depan. Semangat dan komitmennya untuk mewujudkan visi ini telah membawanya ke panggung-panggung internasional, di mana dia diundang untuk berbicara tentang bagaimana teknologi VR dapat diterapkan di pasar Indonesia. Namun, penting untuk dicatat bahwa semua pencapaian ini tidak selalu berujung pada keuntungan langsung bagi Nico. Profitabilitas seringkali terjadi ketika ada minat dari pihak lain yang tertarik dengan gagasan dan produk yang dia tawarkan, dan kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan internal dan identifikasi masalah yang dapat dipecahkan melalui teknologi yang dimiliki. Nico juga sadar akan kelemahan pribadinya, terutama kecenderungannya untuk cepat bosan dan mencari tantangan baru. Dia menyadari bahwa sifat ini bukanlah sifat yang ideal untuk seorang CEO, dan bahwa keberhasilan seorang CEO tidak hanya terlihat saat dia berbicara di depan publik, tetapi juga saat dia menjalankan tugas sehari-hari dengan baik. Seorang CEO yang baik harus mampu menjaga karyawan dan klien tetap senang, serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan. Itulah yang menjadi fokus utama Nico, dan dia sadar bahwa itulah yang akan mengukur keberhasilannya sebagai pemimpin perusahaan.
Sebelum bertemu dengan mentor, Nico fokus pada hal-hal yang menyenangkan baginya dalam menciptakan produk-produk yang menarik dan seru bagi pengguna. Dia tidak terlalu mempedulikan hal-hal yang mungkin tidak begitu menyenangkan, dan lebih fokus pada aspek kreatif dan inovatif dari pekerjaannya. Salah satu contoh dari kreativitasnya adalah ketika dia mulai terjun ke industri VR. Nico menciptakan mesin untuk simulator pesawat dan simulator terbang. Dia juga mengembangkan perangkat yang memungkinkan pengguna untuk menggabungkan sepeda dengan teknologi VR, sehingga orang dapat merasakan sensasi bersepeda di berbagai tempat tanpa harus keluar rumah. Inilah hal-hal yang benar-benar menyenangkan bagi Nico, meskipun belum pasti apakah produk-produk ini dapat dijual secara komersial. Pengalaman Nico dengan mentor-mentor telah membantunya untuk terus berkembang dan mengembangkan potensinya dalam industri VR. Mereka memberikan wawasan dan arahan yang berharga bagi Nico, membantunya memahami aspek-aspek yang penting dalam menjalankan bisnis dan mengembangkan produk-produk yang sukses. Dengan bimbingan dari mentor-mentor ini, Nico terus melangkah maju dan mengejar impian-impian barunya, termasuk pengembangan teknologi vtuber yang menarik perhatiannya sejak tahun 2018 dan mulai dia eksplorasi pada tahun 2022.

Harapan dan tujuan masa depan yang ingin Nico gapai baik dalam karir dan kehidupan pribadi.
Digikagi memang didirikan dengan fokus bisnis untuk mendapatkan keuntungan, seperti halnya kebanyakan perusahaan. Namun, di samping itu, Digikagi memiliki misi tambahan yang sangat penting bagi mereka. Mereka ingin membuat vtuber menjadi pelaku utama dalam industri Virtual Human, tidak hanya dari segi konten atau jumlah audiens, tetapi juga dari segi pendapatan atau penghasilan. Nico sebagai pendiri Digikagi, sangat tertarik dengan konsep "Hidup dari Karya". Baginya, ini adalah konsep yang menarik, meskipun di Indonesia saat ini, nilai dari karya-karya kreatif belum sepenuhnya dihargai dengan baik. Namun, tujuan dari Digikagi adalah untuk mengubah paradigma ini. Mereka ingin menciptakan lingkungan di mana para kreator, termasuk vtuber, dapat hidup dari hasil karyanya sendiri. Ini bukan hanya untuk vtuber yang berada di bawah naungan Digikagi, tetapi juga untuk seluruh komunitas vtuber dalam industri VR secara keseluruhan. Selain itu, Nico juga memiliki harapan bahwa melalui OMNIVR, tidak hanya perusahaan mereka sendiri yang akan tumbuh, tetapi juga para pengembang, perusahaan VR lainnya, regulator, audiens, pasar, dan semua pemangku kepentingan terlibat lainnya. Mereka ingin mendorong pertumbuhan industri VR secara keseluruhan, bukan hanya dalam konteks permainan, tetapi juga dalam aplikasi yang lebih luas. Dengan demikian, Digikagi berusaha untuk membawa perubahan positif dalam industri ini, memungkinkan para kreator untuk hidup dari hasil karyanya dan memajukan industri VR secara keseluruhan.
Bagi Nico, harapan dan mimpi adalah sesuatu yang dapat berubah seiring berjalannya waktu. Salah satu mimpi pribadinya adalah membantu 100 juta orang untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Baginya, angka tersebut adalah tujuan yang besar, yang bisa menjadi titik tolak untuk melihat seberapa jauh dia telah mencapai visinya tersebut. Meskipun angka 100 juta terasa besar, Nico menyadari bahwa setiap langkah kecil menuju tujuan tersebut adalah suatu prestasi. Namun, ada ketakutan yang ada dalam diri Nico terkait dengan berhasil membantu orang sebanyak itu. Dia bertanya pada dirinya sendiri, "Apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah mencapai tujuan itu?" Tetapi Nico percaya bahwa sesuatu yang dapat diukur atau dihitung dalam kehidupannya adalah hal yang penting. Ini membantunya untuk memahami progresnya dan mengevaluasi pencapaian serta menentukan langkah selanjutnya. Saat ini, Nico beranggapan baru membantu sekitar 1 juta orang. Meskipun itu hanya 1% dari jumlah yang dia harapkan, Nico tidak merasa terbebani oleh hal ini. Sebaliknya, dia terus berusaha untuk mengejar impian dan tujuan tersebut. Baginya, setiap orang yang dia bantu adalah langkah kecil menuju kesuksesan dan memajukan visi yang lebih besar. Dengan menetapkan target yang jelas dan terus berusaha untuk mencapainya, Nico menjalani hidupnya dengan keyakinan bahwa setiap tindakan kecil memiliki dampak yang besar dalam mencapai tujuan yang lebih besar untuk membantu orang lain dan memperbaiki dunia di sekitarnya.

Hobi dan Minat Nico.
Nico memiliki beragam hobi yang mencerminkan minat dan kepribadiannya. Dia sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Wibu, seperti menonton anime, membaca manga, bermain game, dan menikmati hidangan yang terinspirasi dari budaya Jepang. Selain itu, meskipun dia seorang introvert, Nico juga menemukan kesenangan dalam melakukan kegiatan sendirian atau bersama dengan orang-orang terdekat yang dia percayai. Baginya, kebebasan untuk mengeksplorasi dunia di sekitarnya tanpa perlu bertemu banyak orang merupakan pengalaman yang berharga. Namun, meskipun dia menikmati kesendirian, Nico juga tidak merasa betah diam di satu tempat. Dia merasa tertarik untuk keluar dan melihat dunia, terutama ke tempat-tempat yang tidak begitu dikenal oleh nya serta orang-orang disana juga tidak mengenalnya, seperti perjalanan ke luar negeri. Bagi Nico, melakukan perjalanan ke luar negeri memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi hal-hal baru dan melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda. Sebagai seorang yang berada dalam industri kreatif, Nico menyadari pentingnya tetap relevan dan segar dalam menciptakan konten atau produk. Oleh karena itu, dia senantiasa mencari hal-hal baru dan berinovasi, dan kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang dapat diterima oleh pasar. Dengan demikian, bagi Nico, dia bukan hanya seorang traveller yang menikmati eksplorasi, tetapi juga seorang introvert yang senantiasa mencari inspirasi baru dan menciptakan hal-hal yang segar dalam dunia kreatif. Jadi bagi Nico, dia menggambarkan dirinya adalah seorang Traveller tapi Introvert.

Pesan-pesan untuk BINUSIAN.
Nico memberikan pesan yang sangat penting kepada rekan-rekan Binusian, terutama yang berasal dari jurusan teknik informatika, computer science, teknik komputer, dan sejenisnya. Dia menekankan betapa pentingnya untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan baik, terutama kepada orang-orang di luar bidang teknis mereka. Nico memahami bahwa BINUS University telah memberikan kualitas pendidikan yang baik dan memberikan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil di dunia profesional. Namun, Nico ingin menyoroti kebutuhan untuk lebih dari sekadar keterampilan teknis. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik kepada berbagai pihak, termasuk orang-orang dari latar belakang yang berbeda, merupakan hal yang sangat penting dalam dunia kerja. Dia mengungkapkan bahwa seringkali dia melihat developer yang memiliki keterampilan teknis yang luar biasa, tetapi ketika diminta untuk berkomunikasi tentang progres atau kendala dalam proyek kepada orang-orang di luar tim teknis, mereka kesulitan. Mereka mungkin mahir dalam berbicara dengan sesama engineer, tetapi saat berurusan dengan orang-orang dari departemen lain seperti pemasaran, akuntansi, atau manajemen, mereka tidak mampu menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dimengerti.
Nico menyarankan agar rekan-rekan Binusian untuk belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan berbagai jenis orang, termasuk yang bukan dari latar belakang teknis mereka. Kemampuan ini akan sangat berharga dalam karir mereka dan akan membedakan mereka dari yang lain. Dengan demikian, Nico berharap bahwa mereka dapat lebih baik yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis tetapi juga menjadi ahli dalam berkomunikasi, yang merupakan keterampilan yang sangat dicari di dunia kerja saat ini. Dia menjelaskan bahwa meskipun memiliki keterampilan teknis yang kuat dan ide-ide brilian adalah hal yang penting, kemampuan untuk menyampaikan ide-ide tersebut dengan jelas dan efektif kepada orang lain adalah kunci untuk kesuksesan dalam karir dan kewirausahaan. Nico menyarankan agar para mahasiswa melatih kemampuan berkomunikasi mereka dengan berbicara kepada orang-orang di sekitar mereka, bahkan kepada anak-anak kecil seperti sepupu atau keponakan. Ini adalah cara yang bagus untuk melatih kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua orang. Dengan berlatih menjelaskan topik yang kompleks secara sederhana kepada orang yang mungkin tidak memiliki pengetahuan yang sama, para mahasiswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam menyampaikan ide-ide dengan jelas dan efektif. Ini adalah keterampilan yang sangat penting di dunia kerja, di mana interaksi dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang merupakan hal yang biasa. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik akan membantu para mahasiswa membedakan diri mereka dan sukses dalam berbagai situasi profesional.
Saran dari Nico untuk alumni BINUS sangat bernilai. Menyadari potensi besar yang dimiliki oleh jaringan alumni, Nico mengusulkan agar BINUS menciptakan proyek-proyek yang melibatkan partisipasi aktif dari para alumni yang ingin bergabung dalam proyek tersebut. Ini bisa menjadi kesempatan bagi para alumni untuk berkontribusi kembali kepada institusi mereka dan juga untuk membantu memecahkan berbagai masalah atau tantangan yang dihadapi oleh BINUS. Ini akan memperkuat ikatan antara BINUS dan alumni serta menciptakan dampak yang berkelanjutan dalam pengembangan pendidikan dan profesionalisme.

Apakah Nico bangga menjadi alumni dan merekomendasikan BINUS University.
Nico memberikan perspektif yang sangat berharga tentang pengalaman sebagai alumni BINUS University. Nico merasa bahwa gelar alumni adalah hal biasa bagi dirinya. Bagi Nico, terdapat aspek-aspek dari pengalaman di BINUS yang membuatnya bangga dan masih dijaga dengan baik hingga saat ini, sementara ada aspek lain yang perlu terus dikembangkan. Nico ingin menyampaikan kepada calon mahasiswa bahwa kualitas sebuah universitas tidak semata-mata ditentukan oleh prestasi alumni, karena pengalaman kuliah, pengajar, kurikulum, dan dunia industri pada saat itu berbeda dari saat ini. Bagi mereka yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, Nico menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang jelas. Menurutnya, saat ini belajar dapat dilakukan di mana saja, yang merupakan situasi yang sangat berbeda dari masa ketika dia kuliah, di mana akses internet masih terbatas dan tidak setiap orang memiliki akses yang sama.
Pengalaman Nico berkuliah di BINUS dan bertemu dengan beragam orang dari berbagai suku dan budaya di BINUS juga menjadi nilai tambah bagi Nico. Ini menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan inklusif, mempersiapkan mahasiswa untuk bekerja dalam lingkungan yang multikultural di masa depan. Selain itu, Nico juga memuji program magang BINUS yang menurutnya merupakan salah satu yang terbaik. Program ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman praktis, serta laporan magang yang diperhatikan dengan serius. Dengan demikian, melalui pandangannya, BINUS University terlihat sebagai lembaga yang berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas, peluang magang yang berharga, dan lingkungan belajar yang mendukung bagi mahasiswa.

Harapan Nico untuk BINUS University.
Nico berharap agar harga kuliah di BINUS tetap terjangkau sehingga lebih banyak calon mahasiswa dapat mengakses pendidikan berkualitas yang ditawarkan oleh BINUS. Nico mengakui bahwa salah satu alasan utama dia memilih BINUS University adalah karena biayanya yang terjangkau. Namun, dengan kesuksesan dan perkembangan BINUS yang pesat, dia mengamati peningkatan biaya kuliah yang mungkin menjadi hambatan bagi banyak calon mahasiswa. Keinginan Nico untuk menjaga pendidikan yang terjangkau sejalan dengan aspirasi untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi semua lapisan masyarakat. Dengan menurunkan harga kuliah, BINUS dapat menarik lebih banyak calon mahasiswa berkualitas dan berbakat, yang pada gilirannya dapat membantu universitas mempertahankan dan meningkatkan standar kualitasnya. Sehingga BINUS dapat terus menjadi institusi pendidikan yang berkembang dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.