Menyusuri Pesona Alam Indonesia: "Petualangan Mendaki Gunung di Nusantara

Sangatlah monoton apabila kita hanya menghabiskan waktu liburan dengan aktivitas sepele seperti berbelanja di mal atau sekadar mengelilingi kota. Kegiatan tersebut biasanya hanya menghadirkan pemandangan gedung-gedung menjulang tinggi atau keramaian di ibu kota. Untuk saat ini, mari kita telaah dan bahas mengenai opsi-opsi destinasi liburan yang tersedia di Indonesia.

Keelokan alam Indonesia merupakan magnet kuat yang menarik perhatian baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memamerkan pesona alam yang beragam, seperti pantai yang mempesona, laut yang indah, gunung-gunung yang megah, air terjun yang memukau, hutan yang rimbun, dan berbagai tujuan wisata alam lainnya. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, tercatat bahwa jumlah pulau di Indonesia mencapai 17.508 buah. Pulau terbarat adalah Pulau Weh, yang terletak di Kota Sabang, Aceh, sementara Pulau paling timur adalah Pulau Liki yang terletak di Kabupaten Sarmi, Papua. Dengan keragaman geografisnya yang memukau, Indonesia menawarkan berbagai pemandangan alam yang dapat dinikmati, termasuk gunung-gunung yang menarik perhatian pencari petualangan dan pecinta alam. Mulai dari puncak gunung berapi hingga lereng yang hijau dan subur, gunung-gunung di Indonesia menawarkan pemandangan yang memukau, rute hiking yang menantang, serta kesempatan untuk merasakan keindahan alam yang ajaib.

Berikut ini adalah beberapa destinasi gunung yang paling populer yang dapat Anda kunjungi di Indonesia:

 

Gunung Papandayan (Jawa Barat)

Salah satu gunung yang terkenal di Jawa Barat adalah Gunung Papandayan, yang terletak di Cihuripan, Garut. Ketinggian Gunung Papandayan mencapai 2.665 mdpl di atas permukaan laut, ketinggian yang menarik bagi pendaki berpengalaman, dan juga bisa dijangkau dengan kendaraan, menjadikannya sesuai untuk pendaki pemula atau mereka yang enggan mendaki berjam-jam. Salah satu daya tarik unik Gunung Papandayan adalah keberadaan Kawah Mas, yang mungkin sudah menjadi nama yang familiar bagi sebagian orang. Selain Kawah Mas, Gunung Papandayan juga memiliki beberapa kawah lainnya, termasuk Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah ini mengeluarkan uap belerang yang bisa terlihat dengan mata telanjang, serta memiliki aroma belerang yang wajar bagi kawasan gunung berapi. Selama pendakian, Anda akan menemukan topografi yang curam, tebing-tebing terjal, serta bukit dan gunung yang menjadikan karakteristik Gunung Papandayan unik.

 

Daya Tarik Wisata Alam Gunung Papandayan.

• Kawah Gunung Papandayan

Kawah Gunung Papandayan menjadi tujuan utama wisatawan. Untuk mencapai Kawah Gunung Papandayan, Anda harus melakukan trekking melalui jalur pendakian yang telah tersedia dengan baik. Di sini, terdapat empat kawah belerang yang dapat ditemukan, yaitu Kawah Baru, Kawah Mas, Kawah Manuk, dan Kawah Nangklak, semuanya masih aktif mengeluarkan uap panas dan belerang.

• Hutan Mati

Jika Anda tetap memiliki kekuatan untuk melanjutkan perjalanan, Anda akan menemui htan mati. Hutan mati adalah kawasan hutan yang sudah lama mati akibat letusan Gunung Papandayan beberapa ratus tahun yang lalu. Ini menciptakan pemandangan yang luar biasa dan menjadi salah satu lokasi foto menarik di Tempat Wisata Alam Gunung Papandayan.

• Pondok Saladah

Pondok Saladah terletak tidak terlalu jauh dari Hutan Mati dan merupakan tempat utama bagi mereka yang ingin berkemah. Fasilitas di sekitar camping ground ini cukup lengkap, dengan warung dan toilet yang sudah tersedia.

• Taman Edelweiss

Sesuai dengan namanya, taman ini memiliki spot yang penuh dengan padang bunga edelweiss abadi, sering digunakan sebagai tempat untuk berfoto dengan latar belakang bunga yang cantik dan udara pegunungan yang sejuk.

 

Gunung Ijen

Gunung Ijen, yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia, merupakan sebuah gunung berapi yang mencapai ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut. Keelokan Kawah Ijen dan fenomena alamnya yang mendunia merupakan salah satu yang tak terbantahkan. Fenomena Api Biru menjadi daya tarik utama dari Kawah Ijen. Kawah Ijen adalah sebuah objek wisata alam berupa danau asam dengan warna hijau kebiruan, dengan diameter sekitar 700 meter dan luas mencapai 5.466 hektar. Kedalamannya mencapai 200 meter dan volume airnya mencapai 36 juta meter kubik. Pada malam hari, api biru memancar dari dasar Kawah Ijen karena sublimasi gas belerang yang mencapai suhu lebih dari 200 derajat Celsius. Ini adalah fenomena alam langka yang hanya terjadi di dua tempat di dunia, dengan satu lokasi berada di Islandia. Kawah ini juga merupakan kawasan dengan kandungan asam terbesar di dunia, sebagai hasilnya, Gunung Ijen menarik perhatian bukan hanya dari wisatawan domestik, tetapi juga dari mancanegara.

 

Gunung Ijen menawarkan berbagai daya tarik alam, yaitu:

  • Kawah Aktif Ijen

Kawah Ijen ini mengandung air asam dan merupakan salah satu kawah dengan tingkat keasaman tertinggi di dunia. Oleh karena itu, sangat dilarang untuk memasuki air kawah saat berkunjung, karena konsentrasi asam sulfat yang sangat tinggi. Kawah Ijen juga sering ditutup bagi pengunjung karena kadar belerang yang tiba-tiba meningkat, yang dapat membahayakan kesehatan pengunjung dengan mengakibatkan masalah pernapasan, pusing, bahkan pingsan. Bau belerang yang tajam juga dapat menyebabkan masalah kesehatan, dan dalam beberapa kasus, bahkan kematian. Bagi calon wisatawan saat berkunjung ke Kawah Ijen, disarankan untuk menggunakan masker pelindung karena bau belerang yang tajam. Terlalu lama terpapar asam belerang dapat mengakibatkan rasa pahit di bibir, terutama jika tidak menggunakan masker. Perlu persiapan dan perlengkapan yang sesuai saat berkunjung ke Kawah Ijen.

 

  • Pesona Blue Fire, Satu-satunya di dunia dan Islandia

Keistimewaan Kawah Ijen tidak hanya terbatas pada pesonanya yang luar biasa. Fenomena alam Blue Fire atau api biru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kawah Ijen. Fenomena Blue Fire adalah fenomena alami yang hanya terjadi di dua tempat di dunia, yaitu di Kawah Ijen dan di Islandia. Blue Fire dapat diamati pada dini hari, sehingga para pengunjung harus memulai pendakian mereka dari tengah malam. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara banyak yang datang khusus untuk menyaksikan fenomena ini. Blue Fire sering menjadi objek penelitian bagi para ahli geologi. Selama musim kemarau, Blue Fire memiliki api yang lebih besar, sehingga direkomendasikan untuk mengunjunginya antara bulan Juli hingga September dan juga akses ke kawah lebih mudah dan aman.

 

  • Aktivitas Pertambangan Belerang

Tidak hanya pesona alamnya yang memukau, tetapi juga aktivitas pertambangan di Kawah Ijen yang menarik perhatian. Ketika berkunjung ke sana, Anda akan melihat para penambang yang membawa belerang dengan berat hingga 80-100 kilogram, berjalan jauh dengan alat-alat sederhana. Kehidupan para penambang kecil ini keras yang mengajarkan kita arti dari perjuangan. Bagi beberapa orang bekerja sebagai penambang belerang di Kawah Ijen disebut sebagai pekerjaan menakutkan, mereka menghadapi risiko jatuh dan terpapar belerang yang tinggi setiap hari.

 

  • Pemandangan Alam Sekitar yang Tak Kalah Cantik

Selain pesona Kawah Ijen, Blue Fire, dan aktivitas penambangan, wisatawan juga dapat menikmati kecantikan alam sekitar Gunung Ijen. Meskipun harus melewati jalur pendakian yang curam, keindahan alam di sekitar akan membalas perjuangan Anda. Setelah menikmati pesona Kawah Ijen, Blue Fire, atau sunrise di puncak Ijen, saat hari mulai terang, Anda akan melihat betapa indahnya alam di sekitar kawah. Saat turun, Anda akan disuguhi dengan pemandangan alam yang luar biasa di sepanjang jalur pendakian. Ketika Anda sedang mendaki, keindahan alamnya mungkin belum terlihat karena masih gelap, tetapi saat matahari mulai bersinar, Anda akan terpesona oleh pemandangan sekitar yang memukau.

 

Gunung Rinjani

Gunung Rinjani merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, dengan ketinggian mencapai 3.726 meter di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di dalam cincin api atau Ring of Fire, suatu wilayah di mana pertemuan lempeng tektonik sering mengakibatkan gempa bumi dan letusan gunung berapi. Setelah Gunung Kerinci di Pulau Sumatera. Gunung Rinjani menjadi gunung berapi aktif kedua tertinggi di Indonesia dan Gunung Rinjani juga merupakan gunung ketiga tertinggi di Indonesia setelah Gunung Jayawijaya (4.884 mdpl) di Pulau Papua dan Gunung Kerinci (3.805 mdpl) di Pulau Sumatera.

Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Gunung Rinjani termasuk dalam daftar Indonesia Seven Summits, yang merujuk pada tujuh puncak tertinggi yang terletak di tujuh pulau terbesar di Indonesia. Gunung Rinjani sering dikunjungi oleh pendaki, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Keindahan alam Gunung Rinjani, termasuk puncaknya yang disebut Puncak Dewi Anjani dan danau kawah yang disebut Segara Anak. Gunung Rinjani juga merupakan bagian dari kawasan konservasi yang dikelola oleh Taman Nasional Gunung Rinjani.

Medan pendakian Gunung Rinjani dapat dikatakan tidak terlalu sulit jika Anda sudah menemukan jalur yang tepat. Beberapa jalur pendakian yang biasa digunakan adalah Sembalun, Senaru, Timba Nuh, dan Torean. Jalur pendakian yang paling populer adalah Jalur Pendakian Sembalun karena tingkat kesulitannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan jalur lainnya.

 

  • Legenda Gunung Rinjani

Masyarakat Pulau Lombok, khususnya suku Sasak dan suku Bali, menganggap Gunung Rinjani sebagai tempat suci yang merupakan istana para dewa. Menurut legenda setempat yang terkait dengan asal usul nama Gunung Rinjani, gunung ini dinamai sesuai dengan nama Dewi Rinjani, yang merupakan anak Datu Taun dan Dewi Mas. Datu Taun dan Dewi Mas adalah raja dan permaisuri yang hidup dalam damai, tetapi merasa sedih karena belum memiliki anak. Datu Taun kemudian meminta izin untuk menikahi Sunggar Tutul, putri Patih Aur. Dengan kekuasaan Tuhan, Dewi Mas yang sebelumnya tidak bisa hamil tiba-tiba menjadi hamil. Sunggar Tutul yang iri pada kehamilan Dewi Mas memfitnahnya, yang mengakibatkan Dewi Mas diusir dari istana. Dewi Mas kemudian tinggal di Gili dan dibawa oleh seorang nakhoda ke Bali. Di Bali, Dewi Mas melahirkan anak kembar, Raden Nuna Putra Janjak dan Dewi Rinjani. Ketika mereka dewasa, Dewi Mas mengungkapkan bahwa ayah mereka adalah Datu Taun, seorang raja di Lombok. Raden Nuna Putra Janjak pergi ke Lombok untuk menemui ayahnya. Meskipun awalnya mereka bertarung, bisikan gaib dari angkasa membantu sang raja menyadari bahwa yang dia perangi adalah anaknya sendiri, sehingga akhirnya mereka berdamai dan raja Datu Taun menjemput Dewi Mas ke Bali. Raden Nuna Putra Janjak kemudian menjadi raja menggantikan ayahnya, sementara sang ayah dan Dewi Rinjani pergi ke puncak gunung untuk bersemedi. Konon kataya menurut cerita penduduk sekitar, di sinilah Dewi Rinjani diangkat menjadi ratu dunia astral, dan inilah mengapa gunung ini dinamai Gunung Rinjani.

  • Tempat Wisata di Sekitar Gunung Rinjani

Selain menjadi tempat pendakian yang menarik, Gunung Rinjani juga memiliki berbagai tempat wisata alam yang dapat dikunjungi. Destinasi wisata di sekitar Gunung Rinjani termasuk air terjun dengan pemandangan yang memukau, seperti Air Terjun Sendang Gile, Air Terjun Tiu Kelep, Air Terjun Jeruk Manis, Air Terjun Mayung Polak, dan Air Terjun Mangku Sakti. Selain itu, ada juga tempat-tempat seperti Otak Kokok Joben (Joben Eco Park), Telaga Biru, Gunung Kukus, Sebau, dan Savana Propok yang menawarkan pengalaman alam yang unik bagi pengunjung.

 

Gunung Bromo

Gunung Bromo atau dalam bahasa Tengger dieja "Brama" juga dikenal sebagai Kaldera Tengger, adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Nama "Bromo" berasal dari dewa utama dalam agama Hindu, yaitu Brahma. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan terletak dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo dikenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur dan menarik banyak pengunjung karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung Bromo pernah meletus beberapa kali dengan interval waktu yang teratur, yaitu setiap 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1974, yang terakhir pada tahun 2016. Gunung Bromo terletak di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Salah satu daya tarik utama Gunung Bromo adalah kawahnya yang sering dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun internasional. Wisatawan yang datang ke Gunung Bromo akan dapat menikmati pemandangan yang luar biasa. Salah satu yang paling terkenal adalah sunrise yang indah di Gunung Bromo, yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Pulau Jawa. Setelah momen matahari terbit, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan negeri di atas awan yang memukau. Selain itu, Gunung Bromo juga memiliki pesona lain seperti kawahnya, Pasir Berbisik, Bukit Penanjakan 1 dan 2, dan Bukit Teletubbies.

Bukit Penanjakan 1 dan 2 merupakan dua bukit yang menjadi pilihan untuk menyaksikan pemandangan Gunung Bromo. Keduanya adalah lokasi yang ideal untuk menikmati matahari terbit dan melihat keindahan puncak Gunung Bromo, Batok, dan Semeru. Meskipun pemandangan sekitarnya sama-sama indah dengan pepohonan yang hijau, Bukit Penanjakan 2 kurang ramai dikunjungi, menjadikannya tempat yang nyaman untuk menikmati pemandangan dan mengabadikan momen.

Puncak Gunung Bromo adalah tujuan akhir dari perjalanan wisata Gunung Bromo. Sampai ke puncak ini adalah suatu keharusan, karena dari sini Anda akan mendapatkan pandangan yang luar biasa atas daerah sekitarnya yang berada di atas 2000 meter di atas permukaan laut. Anda bahkan bisa merasa seperti berada di dekat awan, terutama jika Anda tiba sebelum matahari terbit.

Kawah Gunung Bromo adalah destinasi selanjutnya setelah menikmati pemandangan dari puncak. Meskipun hanya kawah yang terlihat, dengan kedalaman sekitar 200-600 meter, tempat ini adalah spot yang ideal untuk mengabadikan momen liburan yang berbeda.

Di bagian timur Gunung Bromo, Anda akan menemukan Pasir Berbisik, sebuah hamparan pasir hitam yang luas dan indah. Tempat ini dikenal sebagai Pasir Berbisik karena jika Anda mendekatkan telinga ke pasir, Anda akan mendengar suara bisikan. Tempat ini semakin terkenal setelah menjadi lokasi syuting film "Pasir Berbisik" dan merupakan spot foto yang menarik untuk mengabadikan momen Anda di Gunung Bromo.

Terakhir, ada Bukit Teletubbies di Gunung Bromo, yang mirip dengan tempat syuting tayangan Teletubbies. Bukit ini sangat instagramable dan cocok bagi pecinta fotografi yang ingin mendapatkan gambaran yang indah dari perbukitan.

 

Gunung Kelimutu

Gunung Kelimutu, terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, merupakan sebuah gunung berapi yang memiliki ciri khas yang unik. Gunung ini terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende Lio. Apa yang membuat Gunung Kelimutu begitu menarik adalah tiga danau yang terbentuk dari letusan gunung ini di masa lalu. Ketiga danau ini memiliki warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih, dan warna-warna ini sering berubah-ubah seiring berjalannya waktu.

Danau Kawah Gunung Kelimutu memiliki pesona yang sangat memukau, sehingga menjadi daya tarik utama bagi pengunjung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Meskipun untuk mencapainya, pengunjung harus berjalan kaki menaiki puluhan anak tangga dengan trek yang cukup menanjak, banyak yang bersedia melakukannya hanya untuk melihat Danau Kelimutu dari ketinggian. Dari puncak, pengunjung dapat menikmati pemandangan panorama 360 derajat yang mengelilingi Danau Kelimutu. Danau Kelimutu juga merupakan tempat yang ideal untuk menyaksikan sunrise yang memukau. Pengunjung bahkan rela melakukan trekking di pagi buta hanya untuk menikmati keindahan matahari terbit dari puncak Gunung Kelimutu.

Kata "Kelimutu" sendiri berasal dari kata "keli" yang berarti gunung dan "mutu" yang berarti mendidih dalam bahasa setempat. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna yang terdapat di danau Kelimutu memiliki makna dan kekuatan alam yang luar biasa.

Sejarah Gunung Kelimutu mencatat letusan pertamanya pada tahun 1830, mengeluarkan lava hitam dan letusan yang hebat. Letusan kedua terjadi pada tahun 1860 hingga 1870 bersamaan dengan aliran lahar panas. Yang terakhir, gunung ini sangat aktif pada tahun 1968. Saat ini, Gunung Kelimutu mendapatkan perhatian baik dari para wisatawan maupun pemerintah. Hutan Ericaceous yang luas dan pemandangan hijau di ketinggian lebih dari 1500 meter memberikan kesan yang asri untuk Gunung Kelimutu. Tak heran jika sekarang ini banyak orang yang ingin berwisata di Danau Kelimutu yang terdapat di Puncak Gunung Kelimutu.

Danau Kelimutu, atau Tiwu Kelimutu, dibagi menjadi tiga bagian yang sesuai dengan warnanya yang unik. Ketiga warna danau ini memiliki makna berikut:

– Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" dianggap sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda yang telah meninggal. Ini adalah danau terluas dengan luas sekitar 5,5 hektar dan memiliki warna hijau lumut kebiruan yang khas jika dilihat dari kejauhan.

– Danau berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" dianggap sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama hidup mereka melakukan perbuatan jahat atau tenung. Meskipun paling kecil dengan luas 4 hektar, danau ini memiliki kedalaman dangkal sekitar 64 meter.

– Danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" dianggap sebagai tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal dengan luas danau sekitar 4,5 hektar.

Hingga saat ini, masyarakat setempat tetap meyakini bahwa roh orang yang telah meninggal dalam keluarga mereka berkumpul di ketiga danau ini sesuai dengan perilaku sosial mereka selama hidup. Penduduk sekitar danau percaya bahwa saat warna-warna danau berubah, mereka harus segera melaksanakan tradisi Pati Ka dengan memberikan sesajen kepada arwah orang-orang yang telah meninggal. Secara geologis, Danau Kelimutu memang merupakan tempat yang sangat mistis, terutama karena perubahan warnanya yang tidak dapat diprediksi.