Menghadapi Konflik di Tempat Kerja

Ketika bekerja, kita akan bertemu dengan banyak orang dengan berbagai kepribadian dan latar belakang. Mau tidak mau, kita harus menghadapi berbagai dinamika dalam interaksi interpersonal yang terjadi di lingkungan kerja. Konflik merupakan salah satu dinamika dalam hubungan interpersonal. Di manapun dan kapanpun, selama masih terjadi interaksi antar manusia, maka akan selalu ada potensi terjadinya konflik.

Konflik interpersonal terjadi ketika seseorang memiliki persepsi bahwa pihak lain menghambat atau menghalangi usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan dari masing-masing orang tentu akan mempengaruhi cara pandang atau persepsi terhadap suatu masalah. Hal ini dapat menjadi pemicu munculnya gesekan di antara anggota organisasi.

Kebanyakan orang memiliki anggapan yang negatif mengenai konflik. Asumsi ini seringkali mendorong respon yang kurang adaptif sehingga konflik yang terjadi di tempat kerja tidak terselesaikan dengan baik. Dampaknya konflik menjadi berlarut-larut dan menghambat kinerja karyawan. Padahal, baik atau buruknya konflik ditentukan oleh bagaimana konflik tersebut ditangani dan diselesaikan. Bahkan konflik dengan intensitas yang sedang dapat membantu perusahaan mencapai tingkat efektivitas yang optimum ketika ditangani secara konstruktif.

Lalu bagaimana cara menghadapi konflik di tempat kerja?

Keterampilan yang berguna untuk menghadapi konflik interpersonal di tempat kerja, di antaranya:

  1. Self-awareness
    Self-awareness merupakan kemampuan untuk menyadari perasaan yang sedang dialami. Seseorang dengan self-awareness yang baik akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dan melihat suatu permasalahan melalui kaca mata orang lain sehingga akan lebih mampu dalam mengambil keputusan dan membuat solusi permasalahan yang lebih efektif.
  2. Kontrol diri
    Kontrol diri adalah kemampuan untuk mengelola impuls-impuls dan emosi dari dalam diri secara efektif. Dalam konflik, emosi dan persepsi pribadi memiliki peran yang utama, oleh karena itu, kemampuan dalam mengendalikan emosi menjadi modal yang penting dalam upaya resolusi konflik.
  3. Komunikasi asertif
    Komunikasi asertif dideskripsikan sebagai gaya komunikasi yang dinamis di mana seseorang mampu menyampaikan maksud dan keinginannya dengan tetap menghormati orang lain. Berbeda dengan gaya komunikasi agresif yang justru akan menghambat proses komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi asertif, kita dapat menyampaikan ketidaksepahaman atas suatu masalah dan menyampaikan alternatif solusi dengan tetap mempertimbangkan aspirasi dari orang lain.
  4. Kolaborasi
    Konflik terjadi ketika terjadi perbedaan persepsi atas suatu objek atau permasalahan. Oleh karena itu, kolaborasi dengan mengkomodir pendapat dari berbagai pihak dapat menjadi solusi dari penyelesaian konflik.
  5. Pemecahan Masalah
    Kemampuan dalam membuat, mencari, dan menentukan solusi yang tepat menjadi salah satu modal penting dalam resolusi konflik.
  6. Empati
    Empati adalah kapabilitas untuk memahami emosi dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk empati akan mendorong terjadinya proses saling memahami dan kolaborasi.
  7. Mendengarkan
    Mendengarkan secara aktif dapat membantu kita untuk lebih memahami dan menerima posisi pihak lain dan mendorong terjadinya pemecahan masalah melalui diskusi.

Referensi:
Mccorkle, S., & Reese, M. 2015. Personal Conflict Management: Theory and Practice. Routledge
Midtrans. 2022. 5 Jenis Konflik yang Sering Terjadi di Tempat Kerja. Diakses pada tanggal 20 April 2023. https://midtrans.com/id/blog/5-jenis-konflik-yang-sering-terjadi-di-tempat-kerja
Rahim, M. A. 2010. Managing Conflict in Organizations. Transaction Publishers
Wilson, C. R. 2022. 14 Conflict Resolution Strategies for the Workplace. PositivePsychology.Com. Diakses pada tanggal 20 April 2023.  https://positivepsychology.com/conflict-resolution-in-the-workplace/

Penulis: Nisrina Hanun Iftadi, M.Psi., Psikolog
Editor: Ira Setyawati, S.Psi., M.A.