Hidup Setelah Covid-19
Dunia akan membentuk tatanan baru, Yuval Harari mengatakan setelah Covid-19 berlalu maka negara dan lembaga berlomba untuk melindungi rakyat dan anggotanya dengan merangkum sebanyak mungkin data untuk diolah guna mendapatkan rekomendasi langkah. Data pribadi memudar, menjadi mata uang yang rela ditukar dengan perlindungan kesehatan yang dijanjikan.
Data akan semakin penting, mereka yang menguasai teknologi berbasis AI, Machine Learning, Blockchain akan menjadi pemain utama, berikutnya bioinformatika dan biomedik membuntuti di belakang berbekal data yang telah ada. Industri farmasi yang berbasis kapitalis berdiri lebih di belakang sedikit, siap menyambar kesempatan apapun yang muncul.
Tiap wabah dahsyat hadir di bumi, maka tatanan baru dunia akan terbentuk, persis seperti yang disampaikan Jared Diamond, wabah penyakit setara mengerikannya dengan pecahnya perang.
Apa yang jelas akan berubah?
Kombinasi teknologi (yang disebut di atas) dan jejaring yang kuat akan menjadi tatanan baru melawan orientasi profit dan sifat-sifat individu. Platform dan ekosistem menjadi jawaban yang semakin relevan.
Mereka yang akan jadi pemenang adalah para pemilik teknologi, ilmu pengetahuan dan niat baik yang senantiasa berorientasi kepada mendistribusikan kesejahteraan, agar lebih merata. Solidaritas menjadi bahasa dunia baru. Mereka yang mampu secara cepat dan efisien melakukan konsolidasi akan jadi pemain baru yang diperhitungkan. Krisis Covid-19 inilah ujian nyatanya.
Ujian atas kemanusiaan dan keberadaban tengah berlangsung tepat di depan mata. Dulu saat menonton Star Trek: First Contact, Kapten Jean-Luc Picard bernarasi, “The economics of the future are somewhat different. You see, money doesn’t exist in the 24th century. The acquisition of wealth is no longer the driving force of our lives. We work to better ourselves and the rest of humanity,” saya berguman penuh sangsi, tatanan tersebut saya berkeyakinan masih akan terwujud lama.
Namun nyatanya semua dunia tengah dipaksa untuk bergerak ke arah sana. Seperti halnya Bekerja Di Rumah, Belajar Di Rumah, Mengajar Di Rumah, Ibadah Di Rumah menjadi budaya baru. Mereka yang kemarin-kemarin masih banyak yang sangsi untuk diminta menceburkan diri di sana dengan segala macam alasannya, tiba-tiba kini sudah ikut berenang di dalamnya.
Tatanan baru berorientasi solidaritas, kemanusiaan, keberadaban tengah mencari keseimbangan baru.
(Danu Widhyatmoko)