Adhimurti Citra Amalia S.Ant,.M.Med.Kom

Menjadi seorang Public Relations membuat kita memiliki banyak bidang pekerjaan, salah satunya adalah Media Relations. Media Relations sendiri adalah salah satu pekerjaan Public Relations yang terbatas pada interaksi dengan para pekerja media seperti jurnalis, reporter, editor, blogger, dsb.

Pekerjaan Media Relations memungkinkan kita untuk berhubungan dengan banyak pekerja media. Kita mungkin membutuhkan media untuk menyampaikan pesan dari perusahaan kita kepada publik.  Sebaliknya, media juga mungkin membutuhkan kita sebagai narasumber untuk mendapatkan informasi yang layak diangkat sebagai sebuah berita.

Bagaimana sebuah isu, peristiwa, informasi, atau cerita itu kemudian bisa menjadi berita yang disampaikan kepada publik? Semua itu memerlukan yang namanya news value, atau nilai berita yang terkandung di dalamnya.

Menurut Jane Johnston (2013), sebuah isu, peristiwa, informasi, atau cerita itu bisa dikategorikan sebagai berita apabila ia memiliki nilai berita atau elemen-elemen berita ini di dalamnya. Pertama, impact atau dampak. Apakah berita itu berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Kedua, konflik. Ketika ada satu pihak yang ingin mendapatkan sesuatu kemudian terhalang oleh sesuatu, atau bertentangan dengan pihak lain yang memiliki tujuan yang sama, maka akan terjadi sebuah konflik. Ketiga, timeliness atau timing-nya tepat. Keempat, proximity atau jarak. Berita yang lokasinya dekat dengan diri kita, biasanya lebih menarik perhatian kita. Kelima, prominence atauketenaran. Keenam, currency atau hal-hal yang masih beredar, atau berlaku. Ketujuh, human interest atau kepentingan manusia. Kedelapan, the unusual atau sesuatu yang aneh atau novelty yaitu sesuatu yang baru. Kesembilan, money atau uang. Semakin banyak elemen yang terkandung dalam berita tersebut, maka berita itu akan semakin bernilai di mata masyarakat.

Contoh, misalnya ada berita tentang DPR yang tidak setuju bahwa Kemenkeu Sri Mulyani meminta bantuan IMF untuk menangani krisis moneter di Indonesia. Dari sini kita bisa melihat bahwa ada beberapa nilai berita atau elemen yang terkandung di dalamnya, seperti konflik, uang, impact, dan currency. Berbeda halnya kalau beritanya adalah tentang Syahrini dan Reino Barack yang menikah di Jepang. Nilai beritanya lebih dekat ke prominence atau ketenaran atau novelty atau sesuatu yang baru. Atau berita tentang bagaimana pemerintah mengubah Hotel Patra menjadi RS khusus untuk pasien penderita covid-19. Nilai beritanya mencangkup impact, timeliness, proximity, human interest, dan unusual atau novelty.

Dari nilai berita ini yang perlu kita perhatikan sebagai praktisi PR adalah setiap kali mau berbagi informasi, cerita, atau press release dengan media, kira-kira berita kita ini sudah memiliki nilai berita atau belum? Kalau sudah, apa saja nilai berita yang terkandung di dalamnya? Apakah sudah cukup memenuhi nilai berita untuk diberitakan oleh media? Apabila kita sebagai praktisi PR tidak memahami tentang nilai berita ini, maka informasi atau press release yang kita berikan bisa saja tidak akan pernah bisa dimuat di media karena kalah dengan berita-berita lain yang nilai beritanya lebih tinggi.