Oleh:
Yuventia Prisca, S.Sos., M.Fil

Apa artinya menjadi warga negara yang baik? Pertanyaan itu seringkali diajukan untuk mengingatkan apa yang sudah kita berikan kepada negeri ini. Kita lahir, hidup, berlindung dan memperoleh manfaat dari semua yang terkandung dari bumi Nusantara. Adalah kewajiban bagi kita tanpa terkecuali untuk memberikan sumbangsih kita kepada tanah air Indonesia. Hanya saja klaim di atas tentu saja bisa disangsikan dengan mengatakan, “Lantas apa yang diberikan negara kepada warga negaranya?” Kesangsian itu sah-sah saja dalam diskursus relasi negara dengan warganya agar negara tidak lalai akan kewajibannya memenuhi hak-hak warga negaranya dan membuatnya mudah jatuh ke dalam kawah otoritarianisme.

Meski demikian, pertanyaan akan kontribusi apa yang sudah diberikan oleh warga negara, bagi saya memerlukan ketulusan. Keterlibatan warga negara untuk secara nyata melakukan tindakan positif kepada negeri dan sesama anak bangsa adalah sebuah upaya luhur. Dari tindakan itu, seseorang sungguh-sungguh melampaui kediriannya, mengatasi egoismenya untuk kemudian secara sukarela berbagi kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Semangat berkontribusi kepada sesama sebenarnya wujud partipasi menjadi warga negara yang baik. Inilah yang mendasari kegiaan community service (pelayanan kepada masyarakat) di kampus Binus Malang. Mahasiswa tidak saja menuntut ilmu bagi bekal masa depan hidup pribadinya, tetapi mahasiswa memiliki kewajiban untuk berbagi ilmu yang ada padanya kepada masyarakat.

Sebelumnya secara berkelompok mereka mesti mencari komunitas masyarakat sebagai lokasi kegiatan. Lalu mereka harus merancang bentuk kegiatan community service yang akan dilakukan selama enam kali pertemuan. Sejumlah 36 mahasiswa Binus Malang program studi kewirausahaan (business creations) telah melakukan program pelayanan dengan ragam bentuk kegiatan. Kelompok yang diketuai Nabila Fairuza dan Gabriella Debora memilih kelompok Save Street Children, Malang (SSC), sebuah komunitas yang menampung anak-anak jalanan sekaligus memberikan edukasi gratis bagi mereka. Kelompok Nabila mengambil tema berbagi cerita menjadi wirausaha. Melalui tema ini, Nabila dan kawan-kawan dapat memberikan wawasan yang mendorong mereka untuk tertarik menjadi wirausaha. Sementara itu, kelompok Gabriella memilih untuk mengajar matematika dasar, seperti berhitung kepada teman-teman SSV yang masih duduk di bangku SD.

Tema mengolah barang bekas untuk bernilai ekonomis dipilih kelompok Marcelino. Bagi mereka barang-barang bekas yang tampak tidak berfaedah dan hanya membebani lingkungan dapat diolah secara kreatif sehingga menjadi komoditi untuk menghasilkan uang. Tema ini mereka sampaikan kepada 21 anak komunitas Panti Asuhan “Lima Roti Dua Ikan” di Janti, Malang. Tema mengenai mengajarkan kepemimpinan menarik perhatian kelompok Ghina Pradnya. Di dalam tema tersebut mereka mengajarkan betapa pentingnya minat membaca bagi generasi muda untuk melengkapi bakat kepemimpinan yang sudah mulai tampak pada diri seseorang. Bagi mereka, membaca dapat menajamkan visi seseorang untuk mengambil keputusan. Tema kepemimpinan ini mereka sampaikan di 20 anggota komunitas “Cinta Buku” yang merupakan pelajar SMAN 1 Lawang.

Lain halnya dengan kelompok Reynaldo Santa. Mereka memilih tema sederhana, yaitu mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak SMP Panti Asuhan Elim Bala Keselamatan. Topik mengajar bahasa Inggris mulai dari salam perkenalan, membuat deskripsi mengenai aktivitas sehari-hari, dialog mengenai meminta dan menawarkan bantuan hingga menyampaikan opini mereka tentang suatu topik sosial yang telah ditentukan sebelumnya. Di hari pertemuan terakhir mereka melakukan permainan bersama dan ditutup dengan acara makan Pizza bersama.

Tentu saja, enam kali kunjungan untuk memberikan pengajaran ke komunitas bukanlah hal yang mudah. Diperlukan semangat, komitmen besar dan kerjasama tim yang solid. Bertemu dan berbagi kepada masyarakat menjadi pengalaman yang bisa mengasah kepekaan mahasiswa untuk peduli kepada masyarakat. Karakter mulia yang diharapkan ada di setiap warga negara. [***]