Menerima Pancasila sebagai acuan dasar hidup bangsa dan negara Indonesia, tidak cukup hanya dengan ucapan, “Ya, saya mengakui Pancasila”. Dalam ranah pendidikan, Pancasila semestinya juga tidak mencukupi hanya di ranah teoritis. Memang di ruang kelas, guru menyampaikan pelbagai wawasan seputar Pancasila. Hal tersebut tentu saja penting sebagai peletak dasar pengertian siswa tentang kekayaan, kedalaman dan relevansi Pancasila. Meski demikian, itu semua baru di kawasan teori. Menghayati Pancasila mesti dilalui dengan proses keselarasan antara aktivitas membangun pengertian dan tindakan.

Keselarasan teori dan aksi itulah yang mendasari pendidikan Pancasila di perguruan tinggi Bina Nusantara (Binus). Di Binus, Pancasila tidak berhenti pada pengajaran di kelas, melainkan lebih dari itu keluhuran Pancasila mesti dibawa keluar kepada masyarakat. Mahasiswa Binus mengemban kewajiban untuk membumikan ajaran Pancasila di tengah masyarakat melalui sebuah kegiatan sosial (social project). Mahasiswa merancang sebuah aktivitas secara berkelompok secara kreatif yang didasari oleh salah satu sila Pancasila. Di dalamnya selain melakukan kegiatan pelayanan kepada suatu komunitas tertentu, mahasiswa mesti menyampaikan kepada anggota komunitas bahwa aktivitas yang mereka lakukan adalah wujud mengkongkretkan keluhuran Pancasila.
Ada empat kelompok mahasiswa Binus yang telah melakukan social project dengan baik. Kelompok mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi yang diketuai oleh Erika Mulyadi, mengambil tema “Menanamkan Pendidikan Karakter dan Nilai-nilai Kebangsaan dengan Mendongeng” kepada lima puluh anak kampung Jodipan, Malang. Melalui kegiatan yang berlandaskan sila kedua dan ketiga Pancasila, mereka hendak menyampaikan pesan persaudaraan dan persatuan bangsa. Kedua pesan itu terungkap ke dalam kisah-kisah dongeng hewan (fabel) dengan menggunakan alat peraga berupa wayang hewan. Dalam penyampaian kisah, mereka turut mengenakan pakaian adat Indonesia dari Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera, serta dengan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan.

Sementara itu, salah satu kelompok mahasiswa dari program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) yang diketuai Tania Angelica, menyuarakan pesan sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dengan tidak melakukan perundungan kepada teman-teman sekolah. Kegiatan ini berlangsung di komunitas kampung Jl. Memberano, Malang yang diikuti sekitar 15 anak Sekolah Dasar (SD). Penyampaian pesan ini dilakukan dengan mewarnai sebuah gambar yang mengilustrasikan sebuah kondisi untuk menolak bersikap bullying. Dalam gambar tersebut ada sekelompok anak bermain di taman bermain, lalu salah seorang anak jatuh. Teman-teman lainnya menertawakan dan menunjuk teman yang jatuh tersebut. Di dalam gambar tersebut tersiar pesan untuk No Bullying, It’s not a good thing.
Kelompok mahasiswa DKV lainnya Alvian Pambagio dan kawan-kawan, memilih komunitas Prasbhara, yaitu sebuah komunitas anak-anak Pramuka yang dibina oleh Polsek Blimbing. Sekitar 100 pelajar SMA yang tergabung di dalamnya menerima materi pentingnya penanggulangan bencana alam di sekitar wilayah Blimbing yang rawan terkena bencana banjir dan longsor. Alvian menerangkan bahwa penanggulangan bencana oleh warga setempat adalah tindakan preventif yang sudah harus menjadi kebiasaan warga, yang di dalamnya turut membangun kerjasama dan persatuan antar warga. Kegiatan Alvian ini didasari oleh sila Persatuan Indonesia.

Lalu kelompok Hafizh menyuarakan pesan toleransi sebagai sikap dasar yang sangat diperlukan di negeri semajemuk seperti Indonesia ini. Mereka menyampaikan pesan ini dengan cara mewarnai gambar yang telah mereka sediakan sebelumnya kepada satu kelas Taman Kanak-Kanak Akademika di Sawojajar, Malang. Tentu saja, pentingnya untuk bersikap toleransi adalah perwujudan sila pertama hingga ketiga Pancasila.
Empat kegiatan sosial berlandaskan nilai-nilai Pancasila yang telah dilakukan para mahasiswa Binus Malang adalah sebuah upaya untuk melestarikan Pancasila. Bagi para mahasiswa sendiri tentu ini menjadi aktivitas yang mengasah kemampuan sosial mereka dan tentu bagian dari usaha menginternalisasikan ajaran luhur Pancasila pada diri mereka sebagai modal warga bangsa Indonesia. Semuanya bergerak untuk Pancasila! [***]