Menjadi model iklan, sepertinya sekarang ini menjadi cita-cita semua orang. Tidak terbatas perempuan. Kaum pria pun banyak yang ingin menjadi model iklan. Hanya saja model iklan memang lebih banyak perempuan. Mungkin karena konsep dasar sebuah iklan harus dibuat menarik, sehingga dilihat orang dan pada akhirnya diharapkan orang membeli produk yang diiklankan maka sebagian orang beranggapan model perempuan lebih bisa menarik “perhatian”.  Persoalannya timbul adalah kenapa wanita mendominasi hampir semua jenis iklan? Bahkan jika diteliti lebih lanjut, keberadaan wanta di iklan-iklan sepertinya “dipaksa”.

Contoh lain adalah cetusan kata-kata dalam iklan sebuah shampoo “ketombe? siapa takut?” Sepintas, slogan ini terdengar biasa saja namun ternyata muncul persepsi lain. Bahwa perempuan itu berani menjawabtantangan laki-laki, percaya diri bahwa ia memenuhi standar atau mencapai ukuran yang ditentukan laki-laki. Sayangnya dalam visualisasi iklan tersebut kurang baik versi perempuan dikejar-kejar dua laki-laki maupun dua perempuan di kursi listrik bergoyang yang dites keberadaan ketombenya oleh sekelompok laki-laki, malah mengesankan tindak kekerasan terhadap perempuan. Namun itu kembali lagi pada persepsi individu.

Keberadaan perempuan pada kebanyakan iklan di Indonesia agaknya terlihat terlalu diada-adakan. Hampir semua jenis produk yang di iklankan di Indonesia memakai perempuan sebagai model mereka. Mulai dari bumbu masakan, produk oli, bahkan pada produk celana dalam pria. Para produsen seharusnya benar-benar memperhatikan hal ini. Mereka seharusnya belajar bagaimana seharusnya sebuah iklan menayangkan produknya dan membangun sebuah persepsi iklan yang positif dan mendidik tanpa harus mengabaikan sisi komersial itu sendiri. Agar nantinya tidak timbul persepsi yang sumbang tentang periklanan Indonesia. Dengan begitu masyarakat tetap bisa menonton tayangan iklan yang sehat dan tentunya para produsen tetap leluasa mempromosikan produk mereka.