Oleh: Dr. Kukuh Lukiyanto, S.T., M.M., M.T.

 

Belajar dari kasus dalam artikel Value proposition (1), menarik  untuk mencari informasi lebih jauh mengapa mereka merubah value proposition padahal selama ini konsumen sudah sangat familier dengan value proposition itu. Konsumen yang terbiasa dengan satu kondisi biasanya akan sulit untuk dirubah kepada hal yang baru. Secara naluri, manusia akan menunjukkan resistensi terhadap hal baru. Oleh sebab itu dalam kasus sebelumnya ( Value proposition 1), perubahan yang terjadi dari model prasmanan menjadi dilayani pramuniaga, membuat warung menjadi sepi.

Pasti ada sebab mengapa pemilik warung membuat demikian, dan boleh-boleh saja hal itu dilakukan. Tetapi yang perlu diingat adalah, apakah cara penyajian yang baru bisa diterima konsumen? Pertanyaan ini menjadi kunci utama sebuah perubahan. Adakalanya perubahan tidak bisa dihindari, mungkin ada kendala dengan cara seperti saat ini. Tetapi perlu diingat, bagaimana perubahan tidak mengurangi minat konsumen, itu yang harus dipertimbangkan.

Kembali kepada warung yang diceritakan diatas, setelah beberapa kali datang dan bertanya-tanya, akhirnya saya mendapatkan jawaban yang mengejutkan. Alasan perubahan sistem penyajian disebabkan karena konsumen ketika memilih ayam/bebek yang mau digoreng biasanya dibolak-balik mencari yang sesuai dengan seleranya. Misal mencari paha, karena posisi paha dibawah maka yang diatasnya harus dipindahkan dulu. Kondisi ayam/bebek sudah direbus memakai bumbu sehingga lunak, hal ini  membuat banyak yang hancur.

Sebuah ironi terjadi disini, ketidak tahuan tentang inovasi dan kurangnya pengetahuan entrepreneuship membuat pemilik warung harus melakukan kesalahan besar. Konsumen yang sudah merasa nyaman justru pergi karena keputusan yang salah. Dalam melakukan inivasi seharusnya konsumen yang menjadi pertimbangan utama. Inovasi yang dilakukan hanya berdasarkan kepentingan pemilik saja. Coba seandainya perubahan dilakukan hanya dengan memisahkan masing-masih potongan berdasarkan kelompok yang sama, paha sendiri, dada sendiri, berarti hanya perlu menambah tempat. Dengan demikian value proposition yang sudah bagus tidak harus dirombak total, yang ujungnya justru membuat konsumen kecewa.

Sebuah pelajaran menarik yang bisa kita ambil, dalam berbisnis saat ini konsumen adalah penentu segalanya. Persaingan semakin ketat, hampir tidak ada bisnis tanpa pesaing, sehingga dengan mudah konsumen akan berpindah kepada pesaing kita jika merasa tidak puas.

Salam Sukses