Miranti Nurul Huda, S.Sn, M.Ds

 

Kota Semarang adalah ibu kota dari provinsi Jawa Tengah. Layaknya semua kota di Indonesia, Semarang juga mempunyai maskot kota yang menjadi ciri khas budaya di Jawa Tengah. Salah satu maskot yang paling terkenal yaitu Warak Ngendhog. Meskipun demikian, maskot kota Warak Ngendhog ini tidak diketahui siapa pembuatnya dan belum pasti kapan dinobatkan menjadi maskot kota, sepertinya masyarakat kota Semarang sudah sama-sama sepakat bahwa maskot kota Semarang itu Warak Ngendhog. Saat perayaan Dugderan, selain diarak binatang warak ini juga banyak dijual belikan dalam bentuk mainan, celengan dan patung. Bentuknyapun sangat beragam dan kreatif. Tingkat kreatifitas pedagang menjadi penentu keberhasilan penjualan mainan warak. Tidak sedikit pedagang yang memodifikasi bentuk Warak Ngendhog menjadi jauh berbeda dengan bentuk filosofi awalnya. Akhirnya terciptalah bentuk warak yang paling disukai oleh masyarakat menjadi ‘bentuk baru’ bagi Warak Ngendhog. Ada beberapa pengrajin yang membuat warak dengan bentuk yang tidak seperti biasanya seperti menambahkan asesoris kalung pada leher warak, membuat leher warak lebih panjang seperti jerapah atau tidak lagi menaruh telur dibawah kaki warak padahal telur adalah salah satu elemen bentuk Warak Ngendhog yang paling penting. Bentuk Warak Ngendhog ‘kontemporer’ sudah sedemikian kreatif sehingga ia tidak bisa dikenali lagi sebagai Warak Ngendhog. Mainan warak sepertinya menjadi media menyalurkan ekspresi seninya para pengrajin dalam bentuk karya seni kerajinan tangan (craft). Dalam bukunya Prof. Dr. Tjetjep Rohendi Rohidi mengatakan bahwa kebutuhan seni bukan hanya milik orang kaya yang memiliki banyak peluang untuk menyalurkan rasa keindahan, tetapi juga orang miskin yang walaupun mereka harus bekerja lebih keras dalam memenuhi kebutuhan pokoknya bukan berarti mereka menghabiskan waktu hanya untuk bekerja. Dengan begitu jelas bahwa para pengrajin seni juga membutuhkan sarana untuk meyalurkan ekspresi seninya namun mereka juga harus memikirkan pemenuhan kebutuhan pokok mereka, sehingga karya seni yang mereka buat lebih berorientasi pada penjualan yang hasilnya dapat segera dinikmati dengan biaya produksi seminimal mungkin. Dapat dikatakan sepertinya hal inilah yang kemudian memicu munculnya perubahan bentuk Warak Ngendhog di kota Semarang semakin menjauh dari filosofi awalnya. Dibawah ini beberapa contoh perubahan bentuk Warak Ngendhog :

Dari gambar-gambar diatas terlihat bahwa wujud Warak Ngendhog memiliki berbagai variasi dan cara mengarak maskot kota ini juga terdapat perbedaan. Ada yang mengaraknya dengan menggunakan pakaian muslim dan ada yang menggunakan pakaian ala tanah Jawa. Melihat perbedaan ini dapat diasumsikan bahwa Warak Ngendhog sudah menjadi karya seni milik warga kota Semarang, sehingga semua warganya merasa memiliki dan berhak untuk mengapresiasikannya sesuai  dengan keinginan dan pemahaman mereka. Para pengrajin warak ini memvisualkan bentuk – bentuk naga, buraq, dan kambing sesuai dengan persepsi dan pemahaman mereka sendiri. Keberagaman bentuk Warak Ngendhog yang sudah sangat kreatif ini sebenarnya memberi dampak positif karena secara tidak langsung membuat maskot kota Semarang ini semakin terkenal baik oleh masyarakatnya sendiri maupun warga dari kota lain dan dapat terus berkembang. Namun disisi lain maskot kota Semarang menjadi seperti kehilangan identitasnya sebagai pembawa pesan karakteristik budaya kota Semarang.