Truk merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup populer di Indonesia, kendaraan ini umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengangkut berbagai macam barang mulai dari ekspedisi sampai dengan bahan bangunan. Truk-truk yang beroperasi di Indonesia memiliki keunikan yang tidak didapati di negara lain. Bagian belakang bak truk (umumnya truk terbuka) mayoritas dihiasi dengan tipografi dan lukisan yang memiliki berbagai macam tema, namun secara umum tulisan-tulisan tersebut mengandung muatan komedi atau kata-kata bijak.

 

 

Grafis dan tipografi pada bagian belakang bak truk ini umumnya dibuat secara independen oleh pemilik truk itu sendiri, namun di beberapa daerah terdapat beberapa kalangan yang membuka jasa pengecatan bak sekaligus pembuatan grafis dan tipografi.  Fenomena desain tipografi dan grafis yang terdapat dalam bak truk di Indonesia merupakan salah satu contoh dari Tipografi atau desain Vernakular. Menurut Walt Wolfram dan Natalie Schilling-Estes (1998), Vernakular adalah bahasa lokal atau dialek lokal yang digunakan oleh masyarakat tertentu. Sedangkan dalam dunia desain sendiri desain vernakular berarti sebuah desain yang memiliki identitas lokal dimana desain tersebut berkembang. Lukisan dan tipografi yang terdapat di bak truk dibuat oleh komunitas pengemudi truk sebagai ekspresi sosial mereka terhadap kondisi dan fenomena-fenomena yang terdapat dalam dunia kerja mereka. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi budaya lukisan dan tipografi vernakular yang terdapat di bak truk:

 

  1. Kondisi pekerjaan para supir truk yang mempengaruhi konten lukisan dan tipografi bak truk.

Supir truk merupakan pekerjaan yang umumnya dilakukan pada waktu yang panjang, bisa berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Tuntutan pekerjaan ini mengakibatkan para supir truk terpaksa meninggalkan keluarga di rumah, situasi ini mengakibatkan timbulnya beberapa isu dan topik yang seringkali mewarnai kehidupan para supir truk. Kerinduan mereka terhadap keluarga atau bahkan fenomena perselingkuhan menjadi bahan yang cukup umum diangkat dalam lukisan attau tipografi bak truk.

  1. Bak truk sebagai media ekspresi menanggapi isu sosial dan isu politik

Menjadi supir truk merupakan sebuah pekerjaan yang menguras banyak waktu dan tenaga, seringkali di waktu senggang mereka para supir tersebut beristirahat dan membicarakan hal-hal yang dapat menennagkan pikiran mereka. Tema-tema yang sering diangkat dalam pembicaraan mereka adalah isu-isu sosial dan isu-isu politik, pembicaraan ini semakin berkembang dan pada akhirnya mereka aplikasikan kepada kendaraan yang mereka anggap merupakan barang personal milik mereka pribadi.

  1. Lukisan dan Tipografi Sebagai Identitas Truk dan Supir

Selain sebagai media ekspresi, lukisan dan tipografi bak truk juga digunakan oleh para supir truk sebagai media untuk memberi identitas unik pada kendaraan mereka. Para supir dikenal memiliki persaudaraan yang cukup erat dikarenakan pekerjaan mereka yang menuntut untuk meninggalkan keluarga dalam jangka waktu yang panjang, oleh karena itu orang terdekat setelah keluarga yang sering menjadi rekan berbincang adalah teman-teman sesama sopir. Persaudaraan ini sangat dekat sehingga seringkali ketika mereka berpapasan di tengah jalan mereka sering menyapa satu sama lain entah dengan membunyikan klakson atau memanggilnya. Untuk membedakan kendaraan milik supir satu dengan yang lain inilah para sopir memberikan lukisan dan tulisan yang membuat mereka  mudah dikenali oleh supir yang lain. Identitas yang cukup mencolok ini membuat mereka mudah dikenali meskipun dari jarak yang jauh.

Referensi:

Wolfram, Walt; Schilling-Estes, Natalie (1998). American English: dialects and variation. Malden, Mass.: Blackwell. pp. 13–16.