Galuh A. Savitri, S.I.Kom, M.I.Kom

 

Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya. Dewasa ini penetrasi berbagai jenis media tersebut telah merambah ke berbagai kalangan dan komunitas di masyarakat, tanpa membedakan strata sosial dan ekonomi. Penggunaan media komunikasi smartphone dan sejenisnya telah bergeser menjadi gaya hidup masyarakat tertentu. Dalam konteks ini dapat dianalogikan bahwa teknologi media telah mengambil bagian dari peran-peran tertentu di masyarakat. Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi tentu ada beberapa konsekuensi, baik yang berkonotasi positif maupun negatif atas pengaruh penggunaan teknologi media komunikasi itu. Menurut Baran (2010:23), media berpengaruh terhadap budaya khalayak dengan ragam cara. Maka tidak heran jika kehidupan masyarakat kita saat ini tidak bisa terpisahkan oleh kehadiran teknologi media komunikasi.

Tekanan itu semakin inten ketika “media saling berlomba-lomba” dalam memberikan layanan informasi kepada konsumennya. Tingginya penetrasi media komunikasi itu dampaknya semakin sulit terkontrol. Kini konsumen tidak sekedar mendapatkan informasi, pengetahuan, dan hiburan, tetapi bisa berinteraktif langsung. Pada saat yang sama media menanamkan nilai ideologi baru berupa gaya hidup, budaya konsumerime dan model peniruan sikap dan perilaku para artis/actor tertentu yang dipopulerkan media. Maka dari itu sudah waktunya penetrasi media yang semakin gencar dan bebas harus diimbangi dengan literasi media sebagai budaya tangkal atas dampak negative media. Disamping itu literasi media juga bertujuan untuk melindungi konsumen yang rentan dan lemah terhadap dampak media penetrasi budaya media baru.

Bisa jadi progres literasi media didasarkan pada semakin pesatnya gempuran informasi media yang tidak di-imbangi dengan kecakapan mengkonsumsinya. Maka dibutuhkanlah budaya baru dalam mengkonsumsi media secara sehat. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka literasi media juga berlaku pada konsumen media on-line, atau media baru yang tersebar melalui jejaring internet. Literasi media tentu tidak bisa berjalan dengan baik tanpa peran serta masyarakat. Peran itu dapat berupa individu, komunitas, kelompok, dan budaya lokal setempat. Peran individu lebih di fokuskan pada bimbingan orang tua sebagai kepala keluarga atas konsumsi media di lingkungannya. Demikian juga pengawasan di komunitas, kelompok masyarakat tertentu yang peduli terhadap perkembangan konvergensi media, serta pemberdayaan kearifan lokal yang berkembang di komunitas masyarakat.

Salah satu cara untuk meningkatkan awareness media literasi adalah melalui komunikasi keluarga, karena keluarga merupakan unit terkecil tempat bersosialisasi. Peran ini terutama akan banyak diambil oleh Ibu Rumah Tangga. Mendidik ibu rumah tangga pedesaan untuk “melek” media penting untuk dilakukan untuk membuka wawasan mereka tentang hak masyarakat terhadap media, bentuk-bentuk literasi, dan fungsi media bagi kehidupan sosial. Namun, untuk mencapai hal tersebut ibu rumah tangga perlu didampingi dalam meliterasi tayangan TV karena perlu peningkatan pemahaman tentang hak masyarakat terhadap tayangan TV.

Referensi

Stanley J. Baran, Dennis K.Davis. 2010. Mass Communication Theory: Foundations, Ferment and Future. Belmot: CA, Wadswoth