Menurut Tegar Prajaksa (2016), Brand adalah kunci yang menghasilkan image atau persepsi seseorang tentang produk atau sebuah perusahaan. Brand adalah kombinasi lengkap dari asosiasi yang orang bayangkan, dengar, dan rasakan ketika mendengar sebuah nama perusahaan atau produk. Sehingga brand harus melibatkan indera visual, auditori, dan kinestetik. Artinya, kita mendasarkan penilaian kita pada hal-hal yang dapat diterima panca indera, seperti stimulasi visual, rasa, bau, sentuhan, dan suara serta kita melakukan ini bahkan di alam bawah sadar kita. Jadi, kita sangat terbiasa mengaitkan nama, kata ataupun simbol tertentu dengan harapan kualitas, konsistensi, layanan pelanggan,dll. Banyak pelanggan memutuskan membeli atau tidak suatu barang karena adanya brand. Bahkan brand lah yang dapat mempengaruhi harga dari suatu barang atau jasa. Brand juga berperan dalam membantu pebisnis baru untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor. Brand sangat berperan dalam membentuk ikatan atau menjalin hubungan dengan customer hingga menjadi raving fans yang pada akhirnya menghasikan repeat order yang terus menerus. Hal ini harus dapat dipahami karena sangat membantu pebisnis pemula dalam membuat brand yang baik. Idealnya, brand akan menjadi ruh, jiwa, karakter, dan kepribadian bisnis seorang pengusaha. Brand menjadi sebuah identitas yang akan ditunjukkan oleh pemilik bisnis kepada para pelanggan mereka.

David A. Aaker dalam Rangkuti (2002:36) menjelaskan bahwa merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa yang yang dihasilkan oleh kompetitor. Kemudian ditambahkan pula oleh William J. Staton dalam Rangkuti (2002:36) bahwa merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus atas beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang  ditawarkan oleh penjual. Sebagai contoh brand minuman yang sudah melekat di pikiran kita semua yaitu Starbucks. Hanya dengan mendengar namanya saja atau melihat logonya, kita dapat merasakan bahwa brand itu menjual atau menyediakan kopi berkelas, kafe dengan interior yang mewah, fasilitas yang nyaman untuk nongkrong, dll. Begitu hebatnya brand yang sudah tertanam di benak masyarakat dapat memberikan mindset terhadap produk tersebut. Jika dianalogikan bahwa terdapat dua gelas yang sama-sama berisi kopi tetapi salah satu gelasnya terdapat logo Starbucks, sebelum diberi brand kemungkinan harga kopi tersebut bisa lebih rendah daripada harga kopi yang sudah diberikan brand. Identitas dan karakter usaha memang harus dibangun sejak awal bahkan sebelum bisnis / usaha berdiri untuk  membuat bisnis tersebut mudah untuk mencuri hati para konsumen terlebih lagi konsumen potensial.

Branding dikaitkan dengan merek sebuah produk, para konsumen mudah mengingat merek yang out of the box atau lain dari pada yang lain misalnya merek Rawon Kalkulator di Surabaya. Sebenarnya tidak ada hubungan yang signifikan antara produk makanan rawon dengan kalkulator, hanya saja penjual memiliki strategi untuk memunculkan kreativitas agar dapat menarik konsumen untuk membeli produk makanan mereka. Selain itu, konsumen juga akan lebih tertarik dengan merek yang mudah diingat dan sekaligus dapat mengasosiasi mereka, sebagai contoh Mie Setan Malang. Produk ini dapat mengasosiasi konsumen hanya dengan melihat merek nya saja, karena dengan sekedar membaca atau melihat mereknya para konsumen dapat dengan mudah mengerti bahwa makanan ini merupakan jenis makanan yang sangat pedas dan memiliki tingkatan level dalam pedasnya. Adanya merek yang unik sekaligus dapat membuat konsumen penasaran, merupakan salah satu keuntungan dari perusahaan yang berhasil menanamkan brand awareness yang kuat di hati konsumen.

Pengertian dari Brand Awareness (kesadaran merek) sendiri adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1996:90). Maka untuk membuat calon pembeli mudah mengenali dan mengingat kembali suatu produk salah satunya adalah dengan adanya slogan atau tagline menarik dari sebuah produk. Tagline merupakan bagian dari iklan yang bertujuan agar iklan tersebut mudah diingat oleh konsumen. Sebuah tagline atau slogan adalah frase pendek  yang merangkum merek dan menandai komunikasi perusahaan serta menyertai nama merek perusahaan baik sebelum, sesudah atau di samping nama merek perusahaan (Callen, 2010). Arnold (2009) mengemukakan bahwa tagline merupakan ungkapan (frase) pendek yang menyampaikan ide penting kepada pelanggan. Penggunaan tagline ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan iklan dalam mencapai sasarannya yaitu mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan serta mengetahui titik pembeda dari pesaing (Susanto dan Wijanarko,2004:86). Mayoritas, konsumen lebih mengingat taglinenya terlebih dahulu daripada merek sebuah produk (Tegar,2016). Sebagai contoh produk sepatu Nike yang memiliki tagline “Just do It” , ponsel pintar merek LG yang memiliki tagline “Life’s Good”, dan Oreo “Diputar, Dijilat, Dicelupin”. Semua tagline yang dibuat adalah untuk mempermudah konsumen mengingat produk mereka kemudian menumbuhkan kesadaran dan keinginan pribadi untuk membeli. Perusahaan atau para pebisnis sangat diuntungkan dengan adanya branding berupa merek dan tagline unik yang mereka buat. Oleh karena itu Branding is everything.

Daftar Pustaka

Aaker A. David, 1996. Manajemen Equitas Merek. Jakarta : Spectrum Mitra Utama.

Aaker, David. 2002. Brand Leadership. New York, The Free Press

A.B, Susanto dan Himawan Wijanarko. 2004. Power Branding Membangun Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta selatan : PT. Mizan Publika.

Arnold, John,. Ian Lurie., Marty Dickinson,. Elizabeth Marsten dan Michael, Becker. (2009). Web Marketing all in one for dummies. Canada : Willey Publishing, Inc

Callen, Barry. 2010. Manager’s Guide To Marketing, Advertising, and Publicity. USA : The McGraw-Hill Companies,Inc.

Prajaksa, Tegar. 2016. Kitab Pesugihan 17 Rahasia Bisnis Dijamin Laris. Yogyakarta : Pustaka Ilmu.

Rangkuti, Freddy. 2002. Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.