Apakah kamu pernah mendengar istilah storyboard? Ya, storyboard sering digunakan dalam pembuatan film atau video. Storyboard biasanya dibuat pada proses perencanaan, karena didalamnya terdapat panduan untuk membantu proses pembuatan film mulai dari audisi karakter hingga proses editing video.

“Memangnya storyboard bisa dipakai untuk membuat konten eLearning?”

Tentu saja, karena pada dasarnya storyboard membantu kita dalam menyusun sebuah konten belajar, format konten eLearning yang sering digunakan juga dalam bentuk multimedia yang mampu mendukung multi-platform (desktop, mobile dan tablet). 

Multimedia yang sering digunakan untuk konten eLearning mencakup video dan multimedia interaktif. Anda pasti sudah mengenal format video, tapi yang dimaksud dengan multimedia interaktif disini adalah gabungan dari berbagai jenis media (audio, teks, animasi, video) dimana penggunanya juga dapat memiliki kontrol terhadap konten di dalamnya.

“Multimedia interaktif adalah gabungan dari berbagai jenis media (audio, teks, animasi, video) dimana penggunanya dapat memiliki kontrol terhadap konten di dalamnya”

Anda dapat melihat beberapa contoh multimedia interaktif buatan dosen BINUS disini 

Apakah Anda sudah dapat melihat perbedaan antara video dengan multimedia interaktif? Setelah melihat perbedaannya, dapat terbayangkan pembuatan storyboardnya pun pasti berbeda, baik dari segi template maupun hal-hal yang harus diperhatikan. 

“Sebenarnya storyboard itu apa ya?”

Storyboard merupakan sebuah teknik untuk menggambarkan garis besar sebuah interaksi antara seseorang (atau banyak orang) dan produk tertentu dalam bentuk narasi, yang meliputi serangkaian gambar-gambar, sketsa, dan kata-kata yang menghasilkan sebuah cerita.

Contoh template storyboard untuk multimedia interaktif

Selain digunakan untuk membuat film, storyboard juga biasa digunakan pada berbagai industri, seperti periklanan, video game, multimedia untuk pelatihan, pengembangan website dan video pemerintahan. 

Storyboard untuk video

Storyboard untuk video memiliki perbedaan pada beberapa bagian, seperti komponen yang ada pada template, teknik pengambilan gambar, teknik editing, lokasi pengambilan gambar, sudut pengambilan gambar dll.

Pada dasarnya storyboard untuk video menggambarkan rangkaian tampilan yang akan dijadikan video, mulai dari awal atau judul hingga credit title. Masing-masing bagian atau yang biasa disebut scene berisi komponen detil mengenai aktor (ekspresi, gerakan, pakaian, properti), teknik pengambilan gambar, lokasi pengambilan gambar, suasana, narasi yang akan disampaikan, backsound (apabila ada).

Contoh storyboard sederhana untuk produksi video

Apabila Anda berencana untuk membuat video hanya di satu lokasi, dan menggunakan satu aktor, komponen storyboard juga tidak akan serumit yang disebutkan sebelumnya. Hanya saja pastikan narasi yang akan disampaikan sudah disiapkan dan dilatih terus, karena berbicara di depan kamera pasti berbeda dengan berbicara langsung di depan kelas.

Apabila Anda selama ini menggunakan powerpoint dalam menyampaikan materi di kelas, Anda dapat menggunakan file tersebut sebagai landasan dalam pembuatan storyboard untuk konten eLearning format multimedia interaktif.

Tips dan Strategi Menyusun Storyboard

Mengingat pentingnya storyboard dalam pengembangan konten eLearning, berikut ini strategi yang dapat membantu Anda dalam melakukan desain storyboard.

  1. Gambar-gambar yang akan digunakan sebaiknya konsisten dan jelas sesuai dengan desain antarmuka sebelum proses pembuatan desain storyboard dimulai.
  2. Kombinasi dari berbagai metode desain instruksional dapat digunakan untuk memberikan informasi, seperti audio, ilustrasi gambar dan studi kasus.
  3. Pembuatan konten eLearning yang menyertakan interaktivitas, sebaiknya disetujui terlebih dahulu, untuk menghindari ketidaksesuaian dengan pengguna.
  4. Jangan lupa sertakan quiz atau evaluasi jenis lainnya
  5. Hal-hal yang menyulitkan pengguna seperti melebih-lebihkan informasi harus diperhatikan agar tidak dilakukan oleh SME.
  6. Sebelum mengembangkan storyboard, buatlah rencana awal untuk menyusun format, urutan, dan penyajian konten tertentu. Rencana tersebut dapat meliputi tujuan pembelajaran dan membagi mata kuliah menjadi beberapa modul, serta menyiapkan alur untuk memvisualisasikan interaksi atau skenario yang kompleks.

Setelah Anda telah mempersiapkan hal-hal tersebut, berikut ini 8 langkah mudah dalam menyusun storyboard untuk eLearning:

  1. Menetapkan tujuan mata kuliah. Anda dapat berdiskusi bersama dengan klien untuk merumuskan hasil akhir yang akan dicapai oleh pengguna.
  2. Mengumpulkan materi. Anda dapat bekerjasama dengan SME untuk melakukan analisis kebutuhan, identifikasi pengetahuan yang harus dimiliki oleh pengguna, dan identifikasi kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dihadapi.
  3. Menetapkan learning objective yang akan menjadi panduan selama proses pengembangan multimedia untuk konten eLearning.
  4. Membuat kriteria asesmen. Setiap learning objective harus sejalan dengan level dari Taksonomi Bloom. Dengan demikian, akan membantu Anda dalam memeriksa pengetahuan yang akan dicapai atau skenario untuk menilai pebelajar.
  5. Gunakan template storyboard yang sudah ada, lebih baik jika template tersebut gratis. 
  6. Pilih model atau metode desain tertentu yang dapat menyampaikan konten eLearning Anda secara efektif dan mudah dipahami oleh pebelajar. Ada beberapa model yang dapat Anda gunakan: ADDIE, Knirk and Gustafson, SAM, The Action Mapping Process, Gagne’s 9 Principles, CCAF, dan lain-lain.
  7. Pilih element desain yang akan digunakan seperti gambar-gambar, video, interaktif, dan kuis-kuis.
  8. Pilih authoring tools yang sesuai dengan kemampuan Anda. Authoring tools merupakan alat yang digunakan untuk mengembangkan multimedia khususnya konten eLearning. Alat yang dapat Anda gunakan seperti: Articulate storyline, Articulate Studio ‘13, Lectora, Adobe Captivate, Moodle, Claro, Udutu, dan lain-lain.

Dengan demikian, storyboard tidak hanya dapat digunakan pada industri video, melainkan juga sangat berperan penting dalam pembuatan multimedia interaktif pada konten eLearning.

Sumber: