Perkembangan teknologi video dan audio kian meningkat, teknologi tersebut dapat dimanfaatkan dalam pembuatan digital content sebagai salah satu media di dalam proses belalar-mengajar. Setiap konten yang bersifat digital dianggap lebih menarik dan mudah untuk dipahami dibandingkan dengan konten yang dimuat di kertas dan penuh dengan tulisan. Digital Content itu sendiri adalah konten yang berupa teks, gambar, atau kombinasinya yang diubah dengan software tertentu menjadi sebuah konten digital yang dapat diakses di perangkat teknologi seperti komputer, laptop, dan smartphone yang digunakan sehari-hari .

Membuat digital content harus mengikuti beberapa aturan, diantaranya pembuat harus mengetahui tujuan dalam membuat digital content tersebut, karakteristik peserta yang menggunakannya, dan hasil akhir yang diinginkan. Hal tersebut dilakukan agar konten yang ingin disampaikan tepat pada sasaran dan dapat dipahami dengan mudah. Pada bidang pendidikan, digital content dipilih sebagai media belajar dalam menyampaikan materi – materi yang dianggap memerlukan media dalam penyampaiannya. Jenis digital content yang dibuat dalam pendidikan ada dua yaitu bersifat linear dan bersifat interaktif. Digital content linear berjalan berurutan dan tidak melibatkan respon dari peserta yang menggunakannya, seperti contoh tayangan di televisi, video-pembelajaran dan film. Berbeda dengan digital content linear, digital content interaktif dilengkapi dengan tombol pengontrol yang dapat dioperasikan sehingga pengguna memberikan respon untuk memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya, contoh digital content interaktif yaitu video interaktif, aplikasi, dan games digital.

Apa hubungannya dengan Instructional Design ?

Instructional design terdiri dari dua kata, instructional (pembelajaran) dan design (perancangan) sehingga instructional design adalah sebuah kompetensi yang digunakan untuk merancang proses pembelajaran termasuk merancang media belajar yang tepat pada sasaran. Seorang instructional designer merancang suatu proses pembelajaran dengan beberapa model, dan model yang paling mudah dan banyak digunakan adalah model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation) . Pada konteks pembuatan digital content untuk pembelajaran dengan model ADDIE, terlebih dahulu seorang instructional designer menganalisis dengan memahami materi yang diberikan oleh SME (Subject Material Expert) dan menentukan topik yang sesuai untuk disampaikan, memastikan apa tujuan akhir yang diinginkan dan menentukan karakter peserta. Lalu materi tersebut didesain sesuai dengan hasil analisis sebelumnya dalam suatu storyboard, dikembangkan menjadi sebuah digital content yang berkualitas, setelah itu diserahkan kembali kepada SME untuk direview dan digunakan oleh peserta yang dituju. Tahap terakhir yaitu mengeveluasi digital content tersebut dari hasil respon peserta dan pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan melalui digital content tersebut.

* * *