People Innovation Excellence
 

Stigma Baru : Lulusan Binus = Entrepreneur & Startup Founder Sukses

Saya Gunawan Siurudin, Binusian 2012 jurusan Information Technology. Hiruk pikuk
Tech Startup belum seheboh hari ini pada saat kelulusan saya di 2012. Di tahun itu adalah
tahun-tahun awal Traveloka berdiri, 3 tahun awal Tokopedia dan 2 tahun awal Bukalapak,
tapi sama sekali belum terlalu banyak yang tertarik bekerja di Tech Startup, apalagi
mendirikan Tech Startup sendiri. Pada saat itu, lulusan IT masih sangat tertarik untuk bekerja
di IT Solution besar, seperti Accenture, Metrodata, Anabatic yang mungkin hari ini tidak lagi
semenarik dulu bagi fresh graduate.

Hari ini banyak dari alumni Binus yang sudah terkenal sebagai Startup Founder.
Perjuanganmu hari ini adalah membawa nama Binus yang saat ini dikenal sebagai pencetak
Entrepreneur & Startup Founder di dunia Tech Startup. Sebelum memulai perjalanan, orang
bijak mengatakan belajarlah dari cerita kegagalan orang lain, bukan cerita suksesnya. Ijinkan
saya menceritakan sedikit dari perjalanan saya yang masih terus meneruskan perjalanan.
Tahun 2015 itu menjadi tahun pertama saya mencoba mendirikan Tech Startup
bersama seorang teman, umurnya pun tak lama, selang beberapa hari diskusi kami
memutuskan pivot (mengubah business model), akhirnya 2 minggu pertama Tech Startup itu
pun berakhir. Kemudian di tahun 2016, saya kembali mengajak seorang teman mendirikan
Tech Startup lainnya dan kembali berulang walaupun lebih membaik, 1 bulan bertahan, Tech
Startup itu pun tak kami lanjutkan. Berbagai ide startup muncul, saya mencari partner,
akhirnya tak berhasil bahkan sama sekali tidak ada kemajuan berarti. Kurang lebih ada 3-4
ide yang saya coba wujudkan di tahun 2016, antara lain marketplace musik, marketplace beli
barang, marketplace kaos motivasi, marketplace makeup artist.

Akhirnya akhir tahun 2016, ada satu startup yang berhasil untuk berjalan panjang,
Gawepedia. Gawepedia berdiri untuk meminimalisir jurang antara pencari kerja yang kesulitan
mendapatkan pekerjaan & pihak perusahaan yang susah mencari karyawan. Adapun tagline
Gawepedia yang kami usung pada awal berdiri adalah The First Auto-Match Job Portal in
Indonesia. Kenapa ide ini muncul? Terus terang adalah pengalaman pribadi saya yang
sewaktu itu bekerja sebagai IT Manager di sebuah perusahaan swasta. Kami mencari
karyawan menggunakan Job***** tapi yang direkomendasikan oleh sistemnya sama sekali
tidak sesuai dengan requirement yang jelas-jelas sudah tertulis. Amazing! Kandidat itu
direkomendasikan oleh sistem mereka. Pada saat itu, kita ingin bantu selesaikan masalah ini,
kita survey ke banyak perusahaan dan ternyata banyak yang merasakan hal ini sebagai
masalah yang memang dialami selama proses recruitment. Kita juga membantu untuk
upgrade kemampuan kandidat maupun karyawan di perusahaan, melalui training. Benarbenar
kita tak hanya memilih-milah CV yang masuk, tapi kita bantu ‘poles’ hingga benar-benar
kandidat ini menjadi ‘seksi’ bagi recruiter perusahaan. Salah satu training kita yang sudah
terlaksana adalah Finance for Business Owners & Managers, bekerjasama dengan trainer
dari IPMI International Business School.


Pada awal 2017, saya kembali melakukan pivot dari fokus Recruitment menjadi fokus ke Performance & Engagement, namun masih dalam ranah Human Resources. Kita saat ini sedang mendevelop Worqers. Worqers menghadirkan gamification untuk membantu para karyawan supaya meningkat performance & engagementnya di tempatnya bekerja. Kali ini tagline yang diusung adalah Happy Workers, Happy Boss! Saya mengajak 2 orang Co-Founder yang semuanya adalah alumni Binus, dengan satu harapan untuk almamater Binus, agar melihat banyak lulusan Binus yang bisa jadi & mesti jadi Startup Founder yang sukses.

Berikut ini beberapa tips yang bisa dijadikan panduan untuk memulai startup :

  1. Mimpi untuk sukses di usia muda dan masuk ke dalam list yang membanggakan, sebut saja Forbes 30 Under 30.
    Hal ini turut andil dalam menguatkan perjalanan mewujudkan mimpi menjadi startup businessman yang sukses.
    Kalau perlu print case HP bertuliskan Forbes 30 Under 30 & nama kamu! Saya melakukan ini untuk menguatkan saya, karena Startup way tidak pernah mudah!
    Kamu harus tahu tujuanmu! Yakini & kuatkan diri bahwa kamu pantas! 
  2. Upgrade diri, berani bayar harga untuk investasi leher ke atas.
    Bayangkan kalau tahun 2017 kita cuma memiliki hard disk 250 MB, apa pendapatmu? Ya, demikian pula halnya dengan diri kita, setiap tahun kita harus terus menambah kapasitas kita. Apa yang kira-kira dibutuhkan untuk menjadi startup founder? Mulai list dari sekarang.
    Kalau saya sejak awal tahu tujuan saya, saya me-list hal-hal berikut yang perlu saya pelajari :
    • Public Speaking
    • Presentasi Bahasa Inggris
    • Sekolah Startup Business
  3. Belajar dari yang terbaik, berani investasi karena pasti mahal ?
    2016 saya mengambil kelas Public Speaking dari Merry Riana seharga Rp 500.000 kemudian saya ambil workshopnya juga seharga Rp 5.800.000
    2016 saya juga ambil sekolah Startup Business dengan Wempy Dyocta Koto seharga Rp 1.000.000 per sekali ketemu, total pertemuan 12x.
    2017 saya ikuti seleksi Founder Institute, setelah diterima di Founder Institute, biayanya kurang lebih Rp 8.000.000
    Kalau memang belum ada budget, bisa ikuti seleksi-seleksi incubator & accelerator, namun memang harus excellence agar bisa terpilih dan mendapatkan free program mentoring.
  4. Tahu kekuatan diri : Optimalkan kekuatan, minimalisir kelemahan.
    Banyak startup founder yang di awalnya merasa serba bisa.
    Dia lulusan IT, kemudian yakin ga butuh orang lain untuk coding.
    Dia pernah juga kerja sebagai marketing, sering meeting sama GM marketing, terus merasa dia bisa menjadi marketingnya juga.
    Dia suka menulis, pernah belajar copywriting, lantas merasa dia bisa handle copywriting juga.
    Dia pernah belajar & coba-coba FB Ads & Email Marketing, lalu merasa bisa Digital Marketing.
    Pada akhirnya, mencoba jadi SUPERMAN, dia CEO nya, dia CMO nya, dia CTO nya (kalau secara struktur : CEO & CMO & CTO). Akhirnya bagaimana? Progress startup-nya sangat lambat karena semua dikerjakan sendiri. Setelah dipelajari, ternyata misal kamu tidak terlalu kuat di coding, maka minimalisirlah dengan mencari partner untuk menjadi CTO.
  5. Mencari Co-Founder itu samakan dengan mencari istri, tidak boleh asal caplok.
    Bayangkan sebuah perusahaan yang baru merintis, apakah bisa hanya bekerja jam 9 sampai jam 5 sore?
    Jam kerja itu hanya berlaku jika perusahaan sudah stabil, sudah tersistemisasi dengan baik.
    Dalam masa membangun startup, orang yang disebut Co-Founder ini adalah orang yang akan kamu lalui waktu bersamanya dari pagi hari sampai malam berganti pagi lagi. Jadi pastikan di awal bahwa orang ini adalah orang yang dapat memahami kamu dan kamu dapat memahami dia, serta kalian memang benar dapat bekerjasama.
  6. Ajaklah orang-orang yang lebih pintar dari kamu untuk membantu kamu membangun Tech Startup-mu.
    Orang tipe A berbeda dengan orang tipe B, C apalagi D. Orang tipe A melakukan sesuatu dengan cepat, mampu memberikan feedback, mampu berpikir tanpa dikomandoi. Orang tipe B bekerja dengan baik, namun hanya selama diberikan
    komando. Kita tidak perlu bahas tipe C & tipe D.
    Untuk menjadi Co-Founder, ajaklah orang tipe A. Kalau kamu tipe A, maka pastikan tipe A+ membantumu sebagai Co-Founder.
    Bagaimana mendapatkan orang yang lebih pintar untuk bergabung denganmu?
    Itulah tugasmu sebagai Startup Founder, terlepas dari kharisma, berikan mereka visi misi-mu, yakinkan mereka bahwa visi misi-mu itu nyata, bisa terealisasi & memberi dampak perubahan ke arah yang lebih baik bagi industri yang kalian masuki.
  7. Dirikan startup yang kamu kuasai industrinya, paling tidak kamu suka businessnya.
    Kegagalan saya pada saat itu adalah mencoba mendirikan startup marketplace makeup artist. Saya tidak kuasai industrinya, saya juga tidak begitu suka
    businessnya, mungkin tepatnya tidak begitu yakin saya orang yang tepat karena ada kejanggalan kalau saya menjalankan business ini, ada perasaan aneh, kog laki jadi startup founder makeup artist. Sebenarnya sah-sah saja apabila kamu bisa menerima kondisinya. Tapi apabila sulit untuk menyukai bisnisnya, ditambah lagi memang kamu tidak kuasai industrinya, lebih baik jangan mulai. Cari bisnis yang memang kamu sukai, mengenai penguasaan business bisa dipelajari. Toh Nadiem Makarim bukan orang yang berpengalaman di online transportation pada awalnya. William Tanuwijaya juga bukan expert di marketplace pada awalnya.
  8.  Jangan pernah menyerah, namun tetap fleksibel untuk bersedia pivot apabila memang business model yang kamu buat tidak bekerja dengan baik. Bedakan keras kepala & persistence. Yang buat berhasil adalah persistensi. Listen more!

 

Gunawan Siurudin
Founder & CEO Worqers
Binusian 2012 – Information Technology


Published at :

Periksa Browser Anda

Check Your Browser

Situs ini tidak lagi mendukung penggunaan browser dengan teknologi tertinggal.

Apabila Anda melihat pesan ini, berarti Anda masih menggunakan browser Internet Explorer seri 8 / 7 / 6 / ...

Sebagai informasi, browser yang anda gunakan ini tidaklah aman dan tidak dapat menampilkan teknologi CSS terakhir yang dapat membuat sebuah situs tampil lebih baik. Bahkan Microsoft sebagai pembuatnya, telah merekomendasikan agar menggunakan browser yang lebih modern.

Untuk tampilan yang lebih baik, gunakan salah satu browser berikut. Download dan Install, seluruhnya gratis untuk digunakan.

We're Moving Forward.

This Site Is No Longer Supporting Out-of Date Browser.

If you are viewing this message, it means that you are currently using Internet Explorer 8 / 7 / 6 / below to access this site. FYI, it is unsafe and unable to render the latest CSS improvements. Even Microsoft, its creator, wants you to install more modern browser.

Best viewed with one of these browser instead. It is totally free.

  1. Google Chrome
  2. Mozilla Firefox
  3. Opera
  4. Internet Explorer 9
Close