Sebuah pepatah lama yang tentunya sudah begitu familiar bagi kita semua. Pepatah ini tentunya bisa ditafsirkan dalam banyak makna positif. Salahsatunya terkait dengan budaya, dimana ketika kita tinggal disuatu tempat,suatu daerah tertentu, sudah selayaknya kita berperilaku, bersikap dan menghargai budaya setempat dengan adat istiadatnya.  Demikian halnya dengan Binus Bandung menjunjung dan sangat mengapresiasi nilai-nilai budaya Sunda dan menjadikannya sebagai suatu ciri khas dari Binus Bandung. Mengapa? Tentunya karena nilai-nilai kesundaan ini merupakan tatanan nilai yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakat  Sunda, yang juga merupakan khasanah budaya lokal yang adiluhung.

Mari kita sedikit mengenal mengenai masyarakat Sunda dan nilai kearifannya

Siapa sebenernya yang disebut masyarakat Sunda? Ya tentunya masyarakat Sunda ini adalah mereka yang tinggal di Jawa Barat yang berbahasa ibu Sunda. Masyarakat Sunda ini memiliki sejumlah karakteristik mentalitas yang khas sebagai masyarakat ladang (huma )yaitu mereka secara alamiah dan tipografinya hidup didaerah perbukitan.

Nilai kesundaan yang sangat khas yang tercermin, melekat dan diamalkan dalam pergaulan sehari-hari adalah nilai Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh (SILAS).

Apa itu Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh (SILAS)?

Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh secara konsepnya merupakan nilai kearifan lokal yang juga menjadi falsafah hidup masyarakat Sunda. Nilai-nilai ini melekat dan dijadikan pegangan, landasan dalam hidup bermasyarakat.

Secara harafiah, silih sendiri dapat disubtitusi dalam bahasa Indonesia dengan kata “saling”. Kata silih ini bukan sekedar menunjukan kesadaran untuk berbagi, tetapi juga merujuk pada kesadaran bahwa apa yang dikerjakan dan dihasilkan adalah untuk kepentingan bersama. Silih juga mencerminkan suatu kesadaran untuk dapat maju dan bertumbuh kembang bersama.

Silih Asih berarti saling mengasihi, saling mencintai satu sama lainnya. Memberi perhatian, afeksi, dan kasih sayang, satu sama lain menunjukan kepeduliannya, memberikan apa yang dibutuhkan dengan tulus. Silih Asah secara harafiah memiliki arti mempertajam. Silih Asah, mempunyai makna saling bertukar ilmu, satu sama lain mengajarkan apa yang dia ketahui dan kuasai. Sedangkan Silih Asuh dapat diartikan sebagai saling mengasuh, mengayomi, membimbing satu sama lainnya. Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dapat diartikan sebagai  saling mempertajam diri, saling mengasihi, dan saling memelihara.

Dalam bersosialisasi yang Nyunda ,SILAS ini dapat dimaknai sebagai berikut:

  • Silih Asih atau silaturahim yang bening,
  • Silih Asah atau saling mencerdaskan akal pikiran lahir batin,
  • dan Silih Asuh atau sadar posisi, proporsional dan profesional.

Di dalam bersosialisasi yang sehat, nilai kesundaaan SILAS perlu didukung dengan nilai kemanusiaan yang Nyunda yaitu Manusia Sunda anu cageur (sehat lahir batin, sehat fisik dan psikis, sehat jasmani dan rohani), bageur (hidupnya sesuai dengan hukum Agama,  dan hati nurani), bener (jelas dan benar visi, misi hidupnya), pinter  (mampu mengatasi masalah hidup).

Mari kita menjaga silaturahmi dan bersosialisasi dengan menjunjung nilai-nilai Kesundaan. Let’s do Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh